46
5. Likuiditas liquidity
Likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila
terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan Muhammad, 2004:64.
Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan rumus berikut: Kredit yang dibebankan
LDR = Dana Pihak Ketiga
2.3. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas
Investor merupakan hal yang terpenting sebagai fungsi pemberian dana kepada perusahaan. Tetapi para investor akan mengambil keputusan
tertentu untuk berinvestasi dengan pertimbangan–pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang mungkin diambil investor adalah mengenai kondisi
kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur melalui tingkat profitabilitas
untuk menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Menurut Kasmir 2000:259, kinerja bank ini merupakan
ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga
merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Menurut Merkusiwati 2007, laba sebagai proksi dari
kinerja, maka laporan akuntansi menempati posisi dominan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Kinerja yang berkaitan dengan laba
47
perusahaan atau profitabilitas dapat dinilai dengan rasio ROA Return On Asset.
Sedangkan CAMEL merupakan salah satu teknik analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan rasio.
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Susilo, 2000:22. Dengan tingkat kesehatan bank
dapat diketahui seberapa baik atau buruknya kinerja bank. Kinerja profitabilitas yang dapat dihitung dengan rasio ROA ini
menurut Yuliani 2007, Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Maka Bank dapat dikatakan sehat apabila tingkat profitabilitasnya tidak mengalami penurunan dan berangsur
meningkat karena dengan itu dapat menandakan bahwa usaha operasional bank berjalan baik.
Dengan kata lain, ketika kinerja bank itu baik maka tingkat kesehatan bank tersebut akan ikut mengartikan keadaan yang sehat.
Sehingga Bank yang memiliki kinerja dengan tingkat kesehatan yang baik akan mampu melakukan kegiatan operasional hingga memobilisasi
simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, dan investor menanamkan investasi.
48
Dalam melihat kesehatan bank untuk menilai kinerjanya ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan rasio tingkat
kesehatan atau rasio CAMEL. Dalam penelitian ini menggunakan rasio CAEL, dimana terdiri dari Capital, Asset Quality, Earning, dan Liquidity.
Capital dihitung dengan ukuran CAR merupakan alat untuk mengukur permodalan. Permodalan dilihat dari bagaimana perusahaan untuk
menghasilkan sumber dana. Menurut kasmir 2000:45, sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian
perolehan dana tersebut untuk membiayai operasinya. Sehingga Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula laba yang
akan diterima perusahaan sehingga berpengaruh terhadap Pengembalian atas Aktiva ROA dalam kemampuan memperoleh laba. Bank dengan CAR
tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko
apabila bank tersebut dilikuidasi. Dengan kondisi modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya yang banyak pula yang
nantinya akan meningkatkan keuntungan bank sebagai tujuan dari perusahaan
.
Asset Quality atau kualitas aset diukur dengan rasio Aktiva
Produktif Yang Diklasifikasikan APYD. Rasio APYD digunakan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara
maksimal Kusumo, 2008. Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio antara aktiva produktif yang diklasifikasikan APYD terhadap total aktiva
49
produktif. Menurut Setiawan 2009, APYD sendiri adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian yang dihitung khusus, sedangkan Aktiva Produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun
valuta asing yang menghasilkan keuntungan. Setiawan 2009 juga mengatakan bahwa semakin tinggi rasio ini semakin baik kualitas aktiva
produktif bank syariah. Apabila kualitas aset produktif baik maka akan akan dapat menekan APYD serta akan memperbesar produktivitas operasi yang
artinya akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah. Laba yang bertambah juga akan mempengaruhi
pengembalian aset yang baik yang artinya kinerja profitabilitaspun tinggi. Earning atau profitabilitas bank syariah dengan rasio utama NOM
untuk mewakili kesehatan bank menurut SEBI No.924DPbS. Menurut Budi 2009 NOM digunakan untuk dapat mengetahui kemampuan aktiva
produktif bank syariah dalam menghasilkan laba. Secara otomatis, semakin tinggi rasio NOM ini memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan profitabilitas dalam usaha operasi banknya. Tingkat NOM yang tinggi akan membuat Return On Asset
yang tinggi pula. Rasio NOM dan ROA ini hampir sama karena sama-sama sebagai rasio yang dapat menjelaskan tingkat kinerja kesehatan profitabilitas
bank. Pembedanya hanya pada besarnya kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba pada rasio NOM dan kemampuan semua aktiva baik
produktif maupun tidak produktif dalam menghasilkan laba.
50
Liquidity dihitung dengan rasio LDR sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan dendawijaya, 2005:116.
Dengan rendahnya kemampuan likuiditas bank maka akan berdampak pada turunnya kepercayaan konsumen atau nasabah
pada perusahaan bank tersebut, yang akihrnya dana yang diserap dari masyarakat akan berkurang. Dana yang berkurang dapat membuat
perusahaan dalam membiayai produk jasa akan terganggu sehingga secara otomatis keuntungan profitabilitas bank akan berkurang. Dengan laba yang
berkurang maka dapat diprediksikan Return On Asset akan mengalami penurunan. Sebaliknya LDR yang rendah menunjukkan kurangnya
efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Kemudian dari aspek profitabilitas, LDR yang tinggi akan membawa perusahaan ke tingkat
profitabilitas tinggi. LDR yang tinggi, berarti bank tersebut telah menjalankan fungsinya dengan maksimal yaitu menyalurkan dananya
kepada masyarakat. Maka dengan keadaan LDR yang tinggi, tingkat profitabilitas bank juga akan baik, yang dapat menggambarkan tingginya
keuntungan yang diperoleh bank tersebut. Maka hal tersebut yang akan mempengaruhi Return On Asset perusahaan.
51
2.4. Kerangka Pemikiran