Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas Pada BANK Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Di Indonesia Periode 2007 – 2012.

(1)

Pada BANK Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Di Indonesia Periode 2007 – 2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

PRIANTO VREDIAWAN

0913010190/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Di Indonesia Periode 2007 – 2012

Disusun Oleh :

PRIANTO VREDIAWAN

0913010190/FE/EA

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 13 Juni 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama : Ketua

Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks Drs. Ec. H. Muslimin, MSi Sekretaris

Dra. Ec. Siti Sundari, MSi Anggota

Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi


(3)

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Periode 2007-2012”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagagi pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya:

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dany Ichsanudin, MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, Ms selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

5. Bapak Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, serta saran untuk penulis.

6. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah, Ibu, dan Kakak, beserta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan usulan penelitian ini.

Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan segala kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.

Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 20 Juni 2013


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAK... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 8

1.3 Tujuan Penelitian ………... 9

1.4 Manfaat Penelitian ………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ………... 11

2.2 Landasan Teori ………... 16

2.2.1 Pengertian Bank...………... 16

2.2.2 Pengertian Bank BUMN... 18


(6)

2.2.4 Dasar Hukum... 19

2.2.5 Laporan Keuangan... 22

2.2.5.1 Pengertian Laporan keuangan... 22

2.2.5.2 Arti Penting Laporan Keuangan... 24

2.2.5.3 Pemakai Laporan Keuangan... 24

2.2.5..4 Tujuan Laporan Keuangan... 27

2.2.5.5 Komponen Laporan Keuangan Bank... 28

2.2.5.6 Penyajian Laporan Keuangan... 30

2.2.5.7 Keterbatasan Laporan Keuangan... 34

2.2.6 Analisa Laporan Keuangan... 35

2.2.7 Analisa Rasio Keuangan... 37

2.2.8 Kinerja Perusahaan... 38

2.2.8.1 Pengertian Kinerja Perusahaan... 38

2.2.8.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan.... 40

2.2.8.3 Penilaian Kinerja Perusahaan... 40

2.2.8.4 Profitabilitas (ROA)... 41

2.2.9 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ... 42

2.3 Kerangka pemikiran Rasio CAMEL dengan Probabilitas...…... 46


(7)

2.5 Hipotesis... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …………... 52

3.2 Teknik Penentuan Sampel... 56

3.3 Teknik Pengumpulan data... 57

3.3.1 Jenis Data……….……….…………. 57

3.3.2 Sumber Data………….……… 58

3.4 Uji Kualitas Data...……….……….. 58

3.4.1 Uji Normalitas... ……….………….. 58

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 59

3.5.1 Uji Asumsi Klasik... 59

3.5.2 Teknik Analisis...…... 61

3.5.3 Uji Hipotesis... 62

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 65

4.1.1 Bank Rakyat Indonesia... 65

4.1.2 Bank Negara Indonesia... 66

4.1.3 Bank Tabungan Negara... 69

4.1.4 Bank Mandiri... 70


(8)

4.2.1 CAR (Capital Adequancy Ratio)... 72

4.2.2 NPL (Non Performing Loan)... 75

4.2.3 NIM (Net Interest Margin)... 77

4.2.4 LDR (Loan to Deposit Ratio)... 79

4.2.5 Profitabilitas ROA (Return On Asset)... 81

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 83

4.3.1 Uji Normalitas... 83

4.3.2 Uji Asumsi Klasik Regresi... 86

4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda... 88

4.3.4 Koefisien Determinasi ... 90

4.3.5 Uji Hipotesis... 91

4.3.5.1 Uji Hipotesis dengan Uji F... 91

4.3.5.2 Uji Hipotesis dengan Uji t... 92

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 93

4.5 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang 98

4.6 Keterbatasan penelitian... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN... 102

5.2 SARAN... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel 1.1 Hasil perhitungan Rata- rata Return On Assets Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia...

6

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 15

Tabel 3.1 Tahun Beroperasi Empat Bank BUMN di Indonesia... 57

Tabel 4.1 Data Capital Adequancy Ratio Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...

73

Tabel 4.2 Data Non Performing Loan Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank

Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Mandiri... 75

Tabel 4.3 Data Net Interest Margin Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara

Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri... 78 Tabel 4.4 Data Loan Deposit Ratio Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara

Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...

80

Tabel 4.5 Data Return On Asset Pada Bank Rakyat Indonesia, bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...

82

Tabel 4.6 Test Normalitas... 84


(10)

Tabel 4.10 Pengaruh Regresi Antar Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat... 90

Tabel 4.11 Hasil Uji F... 91

Tabel 4.12 Hasil Uji T... 92


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan ROA Bank BUMN... 6 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 51 Gambar 4.1 Grafik Normalitas... 85


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 : Perhitungan Rasio Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, dan Bank Mandiri Tahun 2007-2012 2 : Input Data

3 : Regresi Linier Berganda 4 : Tes Normalitas


(13)

PADA BANK BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DI INDONESIA PERIODE 2007-2012

By :

PRIANTO VREDIAWAN

ABSTRACT

Good management of national banks and national banking supervision tightened greatly to the success of the performance of banking itself. In the management of the banks themselves must be done in a professional manner, so as to make a profit, like other major goals established bank that is other than as intermediary and collector of funds, the bank has a goal to make a profit on an ongoing basis. BI requirements of the Rating System for Commercial Banks in No.13/24/DPNP Circular dated October 25, 2011 about the Rating System for Commercial Banks describing the CAMEL ratios as a measure to evaluate the performance of bank soundness.

The research was conducted at the General Board 4 Bank Owned (SOEs) in Indonesia, which consists of Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bang National Savings, and Bank Mandiri with secondary data financial reporting period 2007-2012. Tool used is regression analysis. Analysis results are then analyzed by the classical assumption test and F-test and t-test statistics.

Based on the conclusion that the multiple linear regression model to determine the effect produced on CAR (X1), NPL (X2), NIM (X3), and LDR (X4) to Profitability ROA (Y). It is known from the F test obtained a significant level of 0.000 is less than 5% (sig <0,05). Meanwhile, partially CAR (X1) has a positive effect on the profitability ROA (Y) using the t test where a significant level of 0.026 is less than 5% (sig <0.05), NIM (X2) negatively affect the profitability ROA (Y) with 0,000 results significantly less than 5% (sig <0.05), NIM (X3) has a positive effect on the profitability ROA (Y) derived from a significant level of 0.000 is less than 5% (sig <0.05), and LDR (X4) influential Profitability negative ROA (Y) with significant results 0,000 less than 5% (sig <0,05).


(14)

OLEH :

PRIANTO VREDIAWAN

ABSTRAK

Pengelolaan perbankan nasional yang baik serta pengawasan perbankan nasional yang diperketat sangat menunjang keberhasilan kinerja perbankan itu sendiri. Dalam pengelolaan dalam perbankan sendiri harus dilakukan secara professional, sehingga dapat memperoleh keuntungan, seperti tujuan utama lainnya bank didirikan yaitu selain sebagai lembaga intermediasi dan penghimpun dana, bank memiliki tujuan untuk memperoleh laba secara berkelanjutan. Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menjelaskan rasio CAMEL sebagai alat ukur tingkat kesehatan mengevaluasi kinerja bank.

Penelitian ini dilakukan pada 4 Bank Badan Umum Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bang Tabungan Negara, dan Bank Mandiri dengan data sekunder laporan keuangan periode tahun 2007-2012. Alat analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.

Berdasarkan kesimpulan bahwa model regresi linier berganda yang dihasilkan sesuai untuk mengetahui pengaruh CAR (X1), NPL (X2), NIM (X3), dan LDR (X4) terhadap Profitabilitas ROA (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh tingkat signifikan sebesar 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05). Sedangkan, secara parsial CAR (X1) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan menggunakan uji t dimana tingkat signifikan sebesar 0,026 kurang dari 5% (sig < 0,05), NIM (X2) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05), NIM (X3) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas ROA (Y) berasal dari tingkat signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05), dan LDR (X4) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05).


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi, dalam perekonomian tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan.Salah satu diantara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam perekonomian adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank. Sehingga lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Disamping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan.


(16)

utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2000).

Ditinjau dari segi kepemilikannya, bank dapat dibagi atas empat kelompok (Kasmir, 2004) yaitu bank milik pemerintah (BUMN), bank milik swasta nasional, bank milik asing, dan bank campuran. Keempat kelompok bank ini dalam kenyataannya bersaing ketat untuk menunjukkan good performance di mata publik. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan proksi rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa proksi rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank.

Sektor perbankan dianggap sebagai roda penggerak perekonomian suatu negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya sistem perbankan yang sehat maka akan mendorong perekonomian negara. Sehat atau tidaknya suatu bank tidak terlepas dari kinerja bank itu sendiri.

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu dengan standar Bank


(17)

keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2000).

Untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan perbankan. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya menggunakan beberapa aspek penilaian yaitu capital, assets quality, management,earning, liquidity. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio-rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen


(18)

untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini, Profitabilitas merupakan indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi atau kinerja yang dicapai oleh perusahaan perbankan. Return on Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang di milikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilkinya. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. (Dendawijaya : 2005)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital


(19)

adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, missal kredit yang diberikan (Dendawijaya : 2005). Hubungan antara CAR dan ROA suatu bank adalah positif, dimana jika CAR suatu bank meningkat maka ROA akan meningkat juga. Standar besarnya CAR adalah sebesar 8%. Tahun 2007 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar, dan Tahun 2004 Bank Indonesia menentukan presentase Giro Wajib Minimum (GWM) yang disesuaikan dengan besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK). Modal bank merupakan alat pendorong kegiatan operasional bank. Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp. 80 M pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp. 100 M pada akhir tahun 2010.

Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia maka pihak bank perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan yang sehat dan efisien, berikut hasil perhitungan Return On Assets Perusahaan Perbankan Pemerintah (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

Tabel 1.1 : Hasil perhitungan Rata- rata Return On Assets Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sumber : Indonesian Capital Market Directories (Diolah)

Gambar 1.1 : Grafik Perkembangan ROA Bank BUMN

Dilihat dari perkembangan Return On Asset perhitungan di atas yang dimiliki oleh bank-bank milik pemerintah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kinerja Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengalami peningkatan yang konsisten dari tahun ketahun. Hal ini dapat diliat dari grafik perkembangan ROA Bank BUMN yang mengalami peningkatan sejak tahun 2007 – 2012.

Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba dapat

0 1 2 3 4

2007 2008 2009 2010 2011 2012

ROA

ROA

No Periode Tahun Rata – Rata ROA

1 2007 2,43

2 2008 2,4

3 2009 2,48

4 2010 3,15

5 2011 3,32


(21)

digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh 7 manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak terkecuali perbankan.

Berdasarkan ketentuan perundang – undangan tentang perbankan. Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat kesehatan Bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan surat edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu CAMEL (1) Capital, merupakan rasio kecukupan permodalan. (2) Assets Quality, merupakan rasio kualitas aktiva. (3) Management, digunakan untuk menilai kualitas manajemen. (4) Earning, merupakan rasio rentabilitas bank. (5) Liquidity, merupakan rasio likuiditas bank. Karena laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan keuangan menempati posisi dominant sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.

Dalam kamus perbankan ( Institut Bankir Indonesia 1999 ) CAMEL adalah aspek yang berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang berpengaruh juga terhadap kondisi suatu kesehatan bank. CAMEL merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank.


(22)

Penelitian rasio tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya, Merkusiwati (2007) CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001. Linna (2008), melakukan penelitian dengan variabel CAMELS terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang didapat secara bersama-sama variabel tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan, secara parsial hanya variabel ROA dan LDR yang tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Erna (2010), melakukan penelitian dengan variabel CAR, NIM, KAP, LDR, BOPO dan ROA terhadap perubahan laba. Hasil yang didapat hanya rasio LDR yang memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas Pada BANK Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Di Indonesia Periode 2007 - 2012”

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi profitabilitas pada Bank BUMN di Indonesia?


(23)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis CAMEL terhadap Profitabilitas pada Bank BUMN di Indonesia periode 2007 – 2012.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382).

b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis dengan memberikan pengetahuan mengenai profitabilitas Bank BUMN.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengelola Bank

Sebagai pertimbangan pengelola bank dalam mengambil keputusan perbaikan peningkatan kualitas pelayanan nasabah


(24)

b. Bagi Investor

Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan pertimbangan masyarakat / investor terhadap Bank BUMN. c. Bagi Akademis

Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di dalam dunia perbankan.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENELITIAN TERDAHULU 1. Merkusiwati (2007)

Judul : “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan” Perumusan Masalah :

1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 - 2001?

2. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998?

3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1999?

4. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2000?

5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2001?

Hasil Penelitian :

1. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 – 2000 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998 – 2001.


(26)

2. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998.

3. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1999.

4. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2000.

5. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2001.

2. Yuliani (2007)

Judul : “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.

Perumusan Masalah : Bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia?

Hasil Penelitian :

Variabel MSDN, BOPO, CAR, dan LDR secara bersama-sama/simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA). Secara parsial variabel BOPO dan CAR


(27)

berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

3. Vesadianti (2009)

Judul : Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 – 2008

Perumusan Masalah : Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi kinerja profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

Hasil Penelitian : Rasio CAMEL periode 2005-2008 berpengaruh secara simultan terhadap ROA. Tetapi secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA kecuali rasio Earning NOM.

4. Mapantau (2012)

Judul : Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode Vertikal - Horizontal dan Rasio Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perbankan Pada Bank BUMN periode 2008-2010.

Perumusan Masalah :

1. Apakah kinerja keuangan bank BUMN (BRI, BNI, Bank Mandiri dan BTN) optimal berdasarkan analisis vertikal-horizontal?


(28)

2. Bagaimana gambaran rasio keuangan bank BUMN(BRI, BNI, BTN, dan Bank Mandiri) dan pengaruhnya terhadap ROA selama periode 2008-2010?

Kesimpulan :

1. Berdasarkan analisis vertikal dapat disimpulkan bahwa indeks neraca dan laporan laba rugi Bank BUMN optimal dan laporan arus kas Bank BUMN cenderung tidak optimal karena arus kas masuk Bank BUMN cenderung meningkat secara signifikan sedangkan arus kas keluar cenderung tidak stabil, dimana kadang angka indeks dari satu tahun ke tahun berikutnya menurun drastis.

2. Berdasarkan analisis horizontal dapat disimpulkan bahwa neraca dan laporan laba rugi Bank BUMN optimal sedangkan laporan arus kas bank BUMN cenderung tidak optimal dimana masih terdapat arus kas yang berfluktuatif.

3. Berdasarkan analisis rasio CA-EL dapat disimpulkan bahwa dari segi Capital, Aset, dan Earning, Bank BUMN telah memenuhi standar minimal Bank Indonesia. Bank Mandiri memiliki rasio NIM dan NPL yang lebih baik dibandingkan Bank BRI, BNI dan BTN. Bank BRI memiliki rasio ROA yang lebih tinggi dibandingkan Bank Mandiri, BNI dan BTN. Bank BTN memiliki rasio CAR yang lebih tinggi dibanding Bank BUMN yang lainnya dan rasio LDR yang telah memenuhi standar


(29)

likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan Bank BNI memiliki rasio NPL tertinggi di banding Bank BUMN lainnya, akan tetapi rasio ini terus menurun dari tahun 2008-2010, hal ini berarti kredit bermasalah Bank BNI mulai menurun dan Bank BNI terus berusaha memperbaiki kinerjanya, dan memiliki berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

No Peneliti Judul Variabel (X) Variabel (Y)

1. Merkusiwati Evaluasi Pengaruh CAMEL

terhadap Kinerja

Perusahaan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, CML, LDR Kinerja Perusahaan (ROA)

2. Yuliani Hubungan Efisiensi

Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang GoPublik di Bursa Efek Jakarta

MSDN, BOPO, CAR, LDR Kinerja Profitabilitas (ROA)

3. Vesadianti Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 - 2008

CAR, APYD, NOM, LDR Kinerja Profitabilitas (ROA)

4. Mapantau Analisis Laporan Keuangan

Berdasarkan Metode

Vertikal - Horizontal dan Rasio Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perbankan

Pada Bank BUMN periode 2008-2010

CAR, NIM, NPL, LDR, Analisis Vertikal dan Horizontal

Kinerja Profitabilitas (ROA)

5. Vrediawan Analisis Pengaruh Rasio

CAMEL terhadap

Profitabilitas pada Bank BUMN di Indonesia periode 2007 - 2012

CAR, NPL, NOM, LDR

Profitabilitas (ROA)


(30)

Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.

2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2001 : 23).

Kasmir (2002) menyatakan bahwa bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.

Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of services (Triandaru dan Budisantoso, 2008: 9)


(31)

1. Agen of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.

2. Agen of Development

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.

3. Agen of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.


(32)

2.2.2. Pengertian Bank BUMN

Bank BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Sebelum terjadi krisis moneter, jumlah bank BUMN di Indonesia cukup banyak, namun setelah periode krisis moneter jumlah bank BUMN hanya empat buah, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN) dan Bank Mandiri yang beradal dari penggabungan Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Operasi Bank BUMN tidak berbeda dengan bank umum lainnya. Kegiatan utama bank ini tetap menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Sebelum ada deregulasi di bidang moneter, bank BUMN memang mendapat perlakuan istimewa dari pemerintah. Hal ini menyebabkan banyaknya kredit macet di bank pemerintah tersebut. Namun, setelah adanya deregulasi, perlakuan istimewa tersebut tidak ada lagi sehingga bank BUMN pun harus bisa berkompetisi dana dari masyarakat.

2.2.3. Tujuan Bank BUMN

Tujuan didirikannya Bank BUMN antara lain:

1. Berperan serta dalam meningkatkan mutu industri perbankan di Indonesia, memperlancar perputaran uang di masyarakat, menjadi agen pembangunan dan meningkatkan pendapatan pajak.


(33)

2. Memberikan tambahan penghasilan bagi pemegang saham melalui dividen yang dibagikan sesuai keuntungan dna keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Memberikan bantuan di bidang permodalan dan mengamankan dana masyarakat serta member jasa perbankan melalui pelayanan dan kualitas yang terbaik, sehingga memberi nilai tambah yang wajar dan terpeliharanya hubungan kemitraan dengan nasabah.

4. Memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi). Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKMK yang mencakup Peningkatan akses pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahan, peningkatan pasar produk UMKMK, reformasi regulasi UMKMK.

2.2.4. Dasar Hukum

Ketentuan BI tentang Bank BUMN :

Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 TAHUN 1992 Tentang Perbankan. Azas dan Prinsip-Prinsip Perbankan :

Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi :


(34)

berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Menurut Rochmat Soemitro ( 1991: 185 ) pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.

Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu prinsip kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian ( prudential principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip mengenal nasabah ( know how costumer principle ) .

1) Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relationprinciple )

Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.

2) Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )

Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan


(35)

terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.

3) Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)

Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antar bank.

4) Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau


(36)

kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum: Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Faktor-faktor penilaian tingkat Kesehatan Bank terdiri dari: a. permodalan (capital);

b. Good Corporate Governance (GCG);

c. Profil risiko (risk profile)); d. rentabilitas (earning);

2.2.5. Laporan Keuangan

2.2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan


(37)

untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2006:4).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (2009:3) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan (SAK, 2009:5).


(38)

2.2.5.2 Arti Penting Laporan Keuangan

Laporan keuangan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai ‘alat penguji’ dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak – pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akunt ansi yang dapat digunakan sebagai alat kom unikasi ant ara dat a keuangan at au akt ivit as suat u perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepent ingan dengan dat a at au akt ivit as perusahaan t ersebut .

2.2.5.3 Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh pemakainya untuk memprediksi perusahaan.


(39)

Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (2009:2), para pemakai dari laporan keuangan meliputi:

1. Investor

Penanam Modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memugkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.


(40)

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskakn apakah jumlah yang tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistic lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi


(41)

kecenderungan (tren) dan perkembanagn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.5.4 Tujuan Laporan Keuangan

Berikut tujuan laporan keuangan yang dikemukakan oleh Mamduh (2004:79).

a. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal

untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan.

c. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu pihak eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih perusahaan,

d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang meliputi utang dan modal saham.

e. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode tertentu untuk membantu pihak eksternal menentukan harapannya mengenai prestasi perusahaan pada masa-masa mendatang atau dengan kata lain memberikan informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponennya.

f. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana perusahaan menerima kas, mengenai pinjaman dan pelunasan


(42)

pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk dividen yang dibayarkan dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan.

2.2.5.5 Komponen Laporan Keuangan BANK

Berikut ini merupakan komponen laporan keuangan pada bank:

1. Neraca

Neraca atau laporan posisi keuangan (bahasa Inggris:balance sheet atau statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset,liabilitas, dan ekuitas.

2. Laporan Laba/Rugi Bank

Laporan laba/rugi bank (Profit and Loss Statement) atau lebih dikenal juga dengan Income Statement dari suatu Bank umum adalah suatu laporan keuanganbank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu.


(43)

3. Laporan Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva diartikan sebagai jasa yang akan datang dalam bentuk uang atau jasa mendatang yang dapat ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa-jasa yang timbul dari kontrak yang belum dijalankan kedua belah pihak secara sebanding) yang didalamnya terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hukum atau keadilan bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Aktiva juga diartikan sebagai manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Marianus Sinaga, 1997)

4. Laporan Komitmen & Kontigensi

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas.Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system (ABC system).


(44)

5. Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara yang palingumum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasiomenggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya.Karena penginterprestasikan terhadap rasio – rasio ini cukup kompleks, makakeefektifan rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dankemampuan dan keahlian analisis dalam menginterprestasikannya.

2.2.5.6 Penyajian Laporan Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 berisi tentang penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Penyajian Laporan Keuangan meliputi:

1. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan; kinerja keuangan; perubahan ekuitas; arus kas; perubahan investasi terikat; sumber dan penggunaan dana disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(45)

2. Aktiva disajikan berdasarkan karateristiknya menurut urutan likuiditas, kewajiban disejikan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak terikat disajikan dalam unsure terendiri.

3. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa termasuk pihak-pihak yang terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.

5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap pos dalamkomponen laporan keuangan harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan, yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap laporan keuangan pokok, sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak akan menyesatkan pembaca. Informasi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai:


(46)

1) Gambaran umum bank;

2) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

3) Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen laporan keuangan; dan

4) Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan

Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase.

6. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perubahan estimasi akuntansi

Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi yang mendasarinya. Selain itu juga wajib diungkapkan pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun periode-periode berikutnya.

2) Perubahan kebijakan akuntansi


(47)

(1) Terdapat peraturan perundangan atau standar akuntansi yang berbeda penerapannya; atau

(2) Diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan.

b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian.

c) Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya atau memngikuti ketentuan dalam PSAK yang berlaku apabila terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada standar akuntansi keuangan baru.

3) Terdapat kesalahan mendasar

Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dalam melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian.


(48)

7. Pada setiap lembar neraca; laporan laba rugi; laporan perubahan ekuitas; laporan arus kas; laporan perubahan investasi terikat; laporan sumber dan penggunaan dana harus diberi pernyataan “catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.

8. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi bank yang telah go public wajib pula mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.

2.2.5.7 Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diketahui, antara lain:

a. Laporan keuangan dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan integritas report (laporan yang harus dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan laporan yang final. Karena itu jumlah dan hal-hal interim report ini terdapat pendapat pribadi yang dilakukan oleh akuntan maupun manajemen.

b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.


(49)

c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut berubah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan turunnya nilai uang yang diikuti dengan kenaikan tingkat inflasi.

d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai fakta yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.

2.2.6 Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk mmenghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini mengurangi ketidakpastian analisis bisnis dengan tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis (Wild, 2005:3-4).


(50)

Kegiatan analisis laporan keuangan ini sangat berguna sebagai informasi. Tujuan laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) dalam buku Harahap (1998:19) adalah sebagai berikut :

1. Screening

Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

2. Understanding

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

3. Forcasting

Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

4. Diagnosis

Analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

5. Evaluation

Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Dengan kata lain, kegiatan analisa laporan keuangan akan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan terlihat dari tiap laporan keuangan yang merupakan kumpulan pencatatan aktifitas perusahaan dalam melaksanakan usahanya.


(51)

2.2.7 Analisa Rasio Keuangan

Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Menurut Riyanto (2001:329), Rasio Keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.

Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik analisa lainnya. Keunggulan (Harahap, 1998:298) tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.


(52)

Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah (Harahap, 1998:298-299):

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.8 Kinerja Perusahaan

2.2.8.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya (Kasmir, 2000:259). Untuk mengukur keberhasilan


(53)

suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data non keuangan lain.

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000:415). Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993)

Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (perfomance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Machfoedz (1999) dalam jurnal Merkusiwati (2007), bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Mahfoedz (1999) juga menerangkan bahwa kinerja keuangan perusahaan diukur dengan efisiensinya diproksikan dengan beberapa keuangan.


(54)

2.2.8.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.8.3 Penilaian Kinerja Perusahaan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: (Mulyadi, 2001:434-435) a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.

b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam


(55)

ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.

c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam pengukuran kinerja.

2.2.8.4 Profitabilitas (ROA)

Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan Rasio Profitabilitas berupa Return on Assets (ROA).

Pengembalian atas Aktiva (Return on Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi overal (Kasmir, 2000:281). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki (Yuliani, 2007). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan (Hanafi dan Halim, 2005:85). ROA yang tinggi berarti profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari distribusi bunga. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti profitabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya maka perusahaan akan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti


(56)

mengalami penurunan tingkat laba. Begitu pula pendapat Yuliani (2007), Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut :

ROA = Laba bersih sebelum pajak X 100% Total aktiva

2.2.9 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22). Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank. Pentingnya tingkat kesehatan ini untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya


(57)

potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya.

Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar dan melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja (2004:34), pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat mengendalikan risiko yang timbul dan kegiatan bank, sehingga bisa diharapkan terwujudnya bank yang aman dan sehat, serta mendukung terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap sehat atau tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity.

Penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMEL (Kasmir, 2008 : 50-53).Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu dengan rasio CAMEL (capital(modal), asset quality (aktiva) modal (management), earning(rentabilitas), dan liquidity (likuiditas)). Penilaian dari


(58)

masing-masing aspek tersebut meliputi : Komponen-komponen CAMEL sebagai variabel pengukur kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut :

1. Permodalan (capital)

Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya (Merkusiwati, 2007).

Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut:

CAR = Modal

AktivaTer timbangMenur utRisiko 100 %

2. Kualitas Asset (asset quality)

Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan nilai real dari asset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank (Gandapraja, 2004:34).

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut:


(59)

3. Manajemen (management)

Untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen risiko. Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari pertahanan atas risiko (Gandapraja, 2004:34).

Penilaian manajemen mencakup dua komponen, yaitu:

a. Manajemen umum, dimana manajemen umum ini meliputi : strategis/sarana,struktur, system, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya kerja. Dimana aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat kesehatan bank dalam operasionalnya.

b. Manajemen Risiko, meliputi Resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko pemilik dan pengurus. Resiko tersebut merupakan suatu kendala yang apabila tidak diperhatikan dan tidak dikendalikan akan mempengaruhi kesehatan bank.

Dalam mendapatkan nilai faktor manajemen ini adalah dengan cara mengukur kemampuan keseluruhan manajemen bank melalui pemberian pertanyaan dan dari pertanyaan tersebut akan dinilai sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Untuk pemberian pertanyaan tersebut dipercayakan oleh Bank Indonesia. Sehingga dalam analisis ini aspek manajemen tidak ikut dihitung.


(60)

4. Rentabilitas (earnings)

Rentabilitas ini digunakan untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank (Gandapraja, 2004:35).

Rasio Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus berikut:

NIM = Pendapatan BungaBer sih

Rata−r ataAktivaPr oduktif x100%

5. Likuiditas (liquidity)

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.

Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan rumus berikut:

LDR = Kr edit yangdibebankan

DanaPihakKetiga x100%

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN RASIO CAMEL DENGAN PROBABILITAS

Investor merupakan hal yang terpenting sebagai fungsi pemberian dana kepada perusahaan. Tetapi para investor akan mengambil keputusan tertentu untuk berinvestasi dengan pertimbangan–pertimbangan. Salah satu


(61)

pertimbangan yang mungkin diambil investor adalah mengenai kondisi kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat diukur melalui tingkat profitabilitas untuk menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Menurut Kasmir (2000:259), kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Menurut Merkusiwati (2007), laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan akuntansi menempati posisi dominan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Kinerja yang berkaitan dengan laba perusahaan atau profitabilitas dapat dinilai dengan rasio ROA (Return On Asset).

Sedangkan CAMEL merupakan salah satu teknik analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan rasio. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22). Dengan tingkat kesehatan bank dapat diketahui seberapa baik atau buruknya kinerja bank.

Profitabilitas yang dapat dihitung dengan rasio ROA ini menurut Yuliani (2007), Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam


(62)

kondisi bermasalah semakin kecil. Maka Bank dapat dikatakan sehat apabila tingkat profitabilitasnya tidak mengalami penurunan dan berangsur meningkat karena dengan itu dapat menandakan bahwa usaha operasional bank berjalan baik.

Dengan kata lain, ketika kinerja bank itu baik maka tingkat kesehatan bank tersebut akan ikut mengartikan keadaan yang sehat. Sehingga Bank yang memiliki kinerja dengan tingkat kesehatan yang baik akan mampu melakukan kegiatan operasional hingga memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, dan investor menanamkan investasi.

Dalam melihat kesehatan bank untuk menilai kinerjanya ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan rasio tingkat kesehatan atau rasio CAMEL. Dalam penelitian ini menggunakan rasio CAEL, dimana terdiri dari Capital, Asset Quality, Earning, dan Liquidity.

Capital dihitung dengan ukuran CAR merupakan alat untuk mengukur permodalan. Permodalan dilihat dari bagaimana perusahaan untuk menghasilkan sumber dana. Menurut kasmir (2000:45), sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian perolehan dana tersebut untuk membiayai operasinya. Sehingga Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula laba yang akan diterima perusahaan sehingga berpengaruh terhadap Pengembalian atas Aktiva (ROA) dalam kemampuan memperoleh laba. Bank dengan CAR tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko


(63)

apabila bank tersebut dilikuidasi. Dengan kondisi modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya yang banyak pula yang nantinya akan meningkatkan keuntungan bank sebagai tujuan dari perusahaan.

Asset Quality atau kualitas aset diukur dengan rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio NPL adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas (ketidak mampuan membayar pihak ketiga), Rentabilitas (utang tidak bisa ditagih), Solvabilitas (Modal berkurang) . Sedangkan profitabilitas (ROA) yang merosot adalah salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di samping harus menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas kredit. Selektifitas dan kehati - hatian yang dilakukan manajemen dalam memberikan kredit dapat mengurangi risiko kredit macet, oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik agar memiliki kinerja NPL yang baik.

Earning atau rentabilitas suatu bank diukur dengan rasio Net Interest Margin (NIM). Net Interest Margin (NIM) merupakan perbandingan antara presentase hasil bunga terhadap total asset atau terhadap total earning assets (Selamet Riyadi, 2006: 21). Kegunaan Net Interest Margin (NIM) menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) adalah Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi


(64)

beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan ROA akan meningkat pula.

Liquidity dihitung dengan rasio LDR sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (dendawijaya, 2005:116). Dengan rendahnya kemampuan likuiditas bank maka akan berdampak pada turunnya kepercayaan konsumen atau nasabah pada perusahaan bank tersebut, yang akihrnya dana yang diserap dari masyarakat akan berkurang. Dana yang berkurang dapat membuat perusahaan dalam membiayai produk jasa akan terganggu sehingga secara otomatis keuntungan (profitabilitas) bank akan berkurang. Dengan laba yang berkurang maka dapat diprediksikan Return On Asset akan mengalami penurunan. Sebaliknya LDR yang rendah menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Kemudian dari aspek profitabilitas, LDR yang tinggi akan membawa perusahaan ke tingkat profitabilitas tinggi. LDR yang tinggi, berarti bank tersebut telah menjalankan fungsinya dengan maksimal yaitu menyalurkan dananya kepada masyarakat. Maka dengan keadaan LDR yang tinggi, tingkat profitabilitas bank juga akan baik, yang dapat menggambarkan tingginya


(65)

keuntungan yang diperoleh bank tersebut. Maka hal tersebut yang akan mempengaruhi Return On Asset perusahaan.

2.4 BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Analisis Regresi Berganda

2.5 HIPOTESIS

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan tujuan teori dan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan adalah :

Diduga variabel-variabel CAMEL, yang terdiri dari CAR, NPL, NIM, dan LDR dapat berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Nasional (BTN) dan Bank Mandiri.

Profitabilitas (ROA) (Y)

CAR (X1)

LDR (X4) NIM (X3) NPL (X2)


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ROA (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah CAR (X1), NPL (X2), NIM (X3), dan LDR (X4). Definisi operasional dan variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel Bebas (X), meliputi :

a. Capital Adequacy Ratio (X1)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang menggunakan risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana-dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (Dendawijaya, 2005:121). Diukur dengan skala rasio dengan satuan persentase. Besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 dikelompokkan dalam: (1) Bank sehat


(1)

101

SEBI No.9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007 dan didalamnya tidak mengikut sertakan pengaruh rasio penunjang yang dibahas pada peraturan tersebut.

3. Dalam rasio yang mewakili Likuiditas tidak dapat menggunakan rasio utama STM (Short Term Mismatch) menurut SEBI No.9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007, karena ketidaktersedian data Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan yang dibutuhkan untuk menghitung rasio tersebut. Rasio STM (Short Term Mismatch) membandingkan Aktiva jangka pendek terhadap Kewajiban jangka pendek, membutuhkan data aktiva dan kewajiban jangka pendek likuid selama 3 bulan yang hanya dapat dilihat dari Catatan atas Laporan Keuangan dari objek penelitian Bank BUMN.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut :

1. Model regresi linier berganda yang dihasilkan sesuai untuk mengetahui pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas (Return On Asset) pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2007-2012.

2. Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Net Interest Margin (NIM)

mempunyai kontribusi (berpengaruh positif) terhadap Profitabilitas Return On Asset pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia periode 2007-2012.

3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai kontribusi (berpengaruh negatif) terhadap Profitabilitas (Return On Asset) pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia periode 2007-2012.


(3)

103

5.2. SARAN

Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagi pengelola bank; agar dapat menjaga dan mengembangkan kinerjanya terutama kinerja profitabilitasnya dengan memperhatikan aspek CAMEL yaitu CAR, NPL, NIM, dan LDR sebagai alat ukur kesehatan bank sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia, sehingga bank BUMN dapat memberikan kepercayaan kepada nasabah atau pelanggannya.

2. Bagi investor; tingkat profitabilitas (ROA) dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan pada perusahaan tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya; apabila akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang tema yang sejenis sebaiknya penelitiannya menggunakan data primer selain itu juga perlu menambah variabel lain yang belum diteliti.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Anonim, 2012, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, FE UPN “Veteran” Jawa Timur.

, 1998, Undang-Undang RI nomor 10 Tentang Perbankan.

, 2007, Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.

, 2004, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

, 2011, Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat kesehatan Bank.

, 2013, Kinerja Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), http://bumnwatch.com, diakses tanggal 3 Mei 2013

Abdullah, Faisal, 2003. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor. Dian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani, 2005, Analisis Rasio Keuangan

Terhadap Perubahan Kinerja Pada perusahaan Yang Terdaftar di BEJ, SNA VIII, Solo.

Gandapraja, Permadi, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2006, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Harahap, Sofyan Syafri, 1998, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Jumingan, 2003, Analisis Rasio Keuangan Dan Legal Lending Limit Sebagai Alat Dalam Memprediksi Kesehatan Bank. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Koch, W.Timothy, 1997, Bank Management,The Dryden Press – International Edition.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Mamduh, Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.

Mamduh, Hanafi dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan edisi Dua , UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Masyhud, Ali, 2004. Asset Liability Management, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, UPP STIE- YKPN, Yogyakarta.

Niswonger, C. Rollin; Philip E. Fess, and Carl S. Warren,1992. Prinsip-prinsip akuntansi, Terjemahan Marianus Sinaga, Edisi 14, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Pudjo, Muljono Teguh, 1999, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi revisi 1999, Cetakan 6, Jakarta Djambatan, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Rochmat Soemitro, 1991, Azas dan Dasar Perpajakan 2, PT. Eresco, Bandung. Slamet Riyadi, 2006, Banking Assets And Liability Management, Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametik, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Supomo, Bambang dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta

Susilo, Sri Y, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Wild, John J, 2005, Analisa Laporan Keuangan jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal

Kusumo, Yunanto Adi, 2008, Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007), Jurnal Ekonomi Islam, Vol II, No, 1.

Yuliani, 2007, Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publiv di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.5 No. 10.

Skripsi

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, 2007, Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahan, Buletin Studi Ekonomi, Volume 12 No.1. Mapantau, Senny, 2012, Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode

Vertikal - Horizontal dan Rasio Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perbankan Pada Bank BUMN periode 2008-2010, Skripsi Akademik FE-UNHAS, Makasar.

Vesadianti, Pritta, 2009, Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 – 2008, Skripsi Akademik FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Website

http://www.idx.co.id, diakses tanggal 29 Mei 2013 http://www.btn.co.id, diakses tanggal 29 Mei 2013 http://www.bni.co.id, diakses tanggal 29 Mei 2013


Dokumen yang terkait

Analisis Kedudukan Keuangan Negara dalam Badan Usaha Milik Negara yang Sudah Di Privatisasi

4 88 116

Analisis Yuridis Terhadap Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan dengan Non Performing Loan Pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN):(Studi Pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Wilayah I Medan)

2 63 130

Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

9 152 128

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

17 131 163

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

Penyebaran Kepemilikan Saham Pemerintah Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Untuk Menciptakan Perusahaan Yang Sehat Dan Efisien

4 85 458

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2014

4 44 81

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008.

0 0 118

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN.

0 1 18

Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas Pada BANK Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Di Indonesia Periode 2007 – 2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

0 0 24