Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Landasan Teori

8

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi kinerja profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 – 2008.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, apabila dikaitkan dengan kinerja profitabilitas perusahaan. b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis dengan memberikan pengetahuan mengenai kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah. 9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pengelola Bank Sebagai pertimbangan pengelola bank dalam mengambil keputusan perbaikan peningkatan kualitas pelayanan nasabah dan untuk menjaga kinerja bank. b. Bagi Investor Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan pertimbangan masyarakat investor terhadap Bank Umum Syariah. c. Bagi Akademis Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di dalam dunia perbankan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Merkusiwati 2007

Judul : “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan” Perumusan Masalah : 1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 1998 - 2001? 2. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 1998? 3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 1999? 4. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 2000? 5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 2001? Hasil Penelitian : 1. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity CAMEL pada tahun 1997 – 2000 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1998 – 2001. 10 11 2. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1998. 3. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity CAMEL pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1999. 4. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 2000. 5. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity CAMEL pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 2001.

2. Yuliani 2007

Judul : “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Perumusan Masalah : Bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia? Hasil Penelitian : Variabel MSDN, BOPO, CAR, dan LDR secara bersama-samasimultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya ROA. Secara parsial variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap 12 ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

3. Kusumo 2008

Judul : “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002- 2007 dengan Pendekatan PBI No. 91PBI2007” Perumusan Masalah : Apakah terdapat pengaruh penilaian berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007 terhadap kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri pada Periode 2002-2007 ? Hasil Penelitian : Dari keseluruhan rasio keuangan yang terdiri dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPPM, Kualitas Aktiva Produktif KAP, Net Operating Margin NOM, Short Term Mismatch STM, dan Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar MR; selama 6 enam Periode, pengamatan ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan BSM tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan industry keuangan. Serta BSM memiliki kemampuan keuangan yang memadai dalam mendukung rencana pengembangan usaha dan pengendalian risiko apabila terjadi perubahan yang signifikan pada industri perbankan. 13

4. Setiawan 2009

Judul : “Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia” Permasalahan : 1. Bagaimana Kesehatan Finansial dari Bank Umum Syariah di Indonesia? 2. Bagaimana Kesehatan Sosial dari Bank Umum Syariah di Indonesia ? Kesimpulan : 1. Secara keseluruhan dalam periode tahun 2003-2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dari BSM. Secara rata-rata dari periode tersebut tingkat kesehatan finansial BMI mendapatkan nilai kredit setelah pembobotan kumulatif sebesar 77,25. Nilai tersebut lebih tinggi 6,15 dari nilai kesehatan finansial BSM yang hanya sebesar 71,10. Tingkat kesehatan finansial BMI tersebut merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kualitas Aset 54,60; Rentabilitas 10,65; dan Likuiditas 12,00. Sedangkan nilai kumulatif bagi BSM berasal dari sumber Kualitas Aset sebesar 50,40; Rentabilitas 8,40; dan Likuiditas 12,30. Dari sini dapat dilihat bahwa BMI memiliki aspek Kualitas Aset dan Rentabilitas yang lebih baik dari BSM, masing-masing berpaut 4,20 dan 2,12. Sedangkan nilai skor Likuiditas BSM lebih baik berselisih 0,30 dari likuiditas BMI. Berdasarkan masing-masing tahun, nilai kesehatan finansial BSM tahun 2003 lebih baik bila dibandingkan dengan BMI. Tetapi, selebihnya semenjak tahun 2004 sampai dengan 14 tahun 2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dibandingkan dengan BSM. Tren selisih skornya juga semakin meningkat. Dimana tahun 2004 nilainya hanya berpaut 1,50, tahun 2005 meningkat menjadi 3,75, tahun 2005 semakin tinggi menjadi 10,75 dan tahun 2007 semakin lebar berselisih 16,25. 2. Tingkat kinerja sosial BSM dalam periode tahun 2003-2007 lebih baik dari BMI. Secara rata-rata dalam periode tersebut tingkat kinerja sosial BSM mendapatkan nilai kredit setelah pembobotan kumulatif sebesar 64,07. Nilai tersebut lebih tinggi 8,17 dari nilai kinerja sosial BMI yang hanya sebesar 55,89. Tingkat kinerja sosial BSM tersebut merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE sebesar 10,80; Kontribusi Kepada Masyarakat KKM sebesar 13,00; Kontribusi Untuk Stakeholder KUS sebesar 13,60; Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR sebesar 13,60; dan Distribusi Pembangunan Ekonomi DPE bernilai 13,07. Sedangkan nilai kumulatif bagi BMI berasal dari sumber: KPE sebesar 14,40; KKM sebesar 10,40; KUS sebesar 13,76; PKSR sebesar 6,40; serta DPE senilai 10,93. Dari sini dapat dilihat bahwa 91 BSM memiliki aspek KKM, PKSR dan DPE yang lebih baik dari BMI, masing-masing berpaut 2,60, 7,20 dan 2,13. Sedangkan nilai skor KPE dan KUS BMI lebih baik senilai 3,60 dan 0,16 dari KPE dan KUS BSM. Berdasarkan masingmasing tahun, penelitian ini juga menemukan bahwa nilai kinerja sosial BMI lebih baik dari BSM hanya 15 terjadi pada tahun 2004. Selebihnya semenjak tahun 2003, 2005 sampai dengan tahun 2007 kinerja sosial BSM lebih baik dibandingkan dengan BMI. Meski demikian trend kinerja sosial BMI terus meninggkat, dan selisih skornya juga semakin kecil. Dimana tahun 2003 nilainya berpaut sangat lebar 22,00, tetapi tahun 2004 BMI bisa meningkatkan kinerja sosialnya menjadi lebih baik dibanding BSM sehingga selisih berpaut 4,20. Tahun 2005 BSM mendapat skor lebih tinggi dengan selisih menjadi 8,80, dan tahun 2006 selisih semakin tinggi menjadi 10,40. Tetapi tahun 2007 karena kinerja sosial BSM turun dan kinerja sosial BMI meningkat maka selisihnya menyempit senilai 3,87. 16 Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang No Peneliti Judul Variabel X Variabel Y 1. Merkusiwati Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, CML, LDR Kinerja Perusahaan ROA 2. Yuliani Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang GoPublik di Bursa Efek Jakarta MSDN, BOPO, CAR, LDR Kinerja Profitabilitas ROA 3. Kusumo Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 dengan Pendekatan PBI No. 91PBI2007 KPMM CAR, APYD, NOM, STM, MR Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 4. Setiawan Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia APYD, NPF, NOM, REO, DP, ROE, idFR, STM, STMP, RAPB, MMR, AR, KPJP, PFA, KKM, ZR, RFS, CSR, KSM, KM, KI, KPW, KPP, P4, RD, PDAN, PDIN, KPLJ Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia 5. Vesadianti Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 - 2008 CAR, APYD, NOM, LDR Kinerja Profitabilitas ROA 17 Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bank

Pengertian bank yang diatur dalam pasal 1 UU Nomor 71992 menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Peran intermediasi keuangan yang dijalankan bank berkaitan dengan penyaluran dana Abdullah, 2004:17. Financial intermediary artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikatakan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama Muhammad, 2004:1. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain memindahkan uang; menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening Koran; mendiskonto surat wesel,surat order maupun surat berharga lainnya; membeli dan menjual surat-surat berharga; serta memberi jaminan bank Muhammad, 2004:1 18

2.2.2. Pengertian Bank

Syariah Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan, Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Undang- undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008. Kegiatan usahanya hampir sama dengan bank konvensional, hanya berbeda dasar yang melandasinya yakni Prinsip Syariah. Bank Syariah beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Sehingga Bank Syariah adalah lembaga keungan usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uanga yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam Muhammad, 2004:1.

2.2.3. Tujuan Bank Syariah

Tujuan didirikannya Bank Syariah menurut Sumitro 2004:17 adalah : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agarterhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usahaperdagangan lain yang mengandung unsure gharar tipuan, di 19 mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga teah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 2. Untuk memnciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal orang kaya dengan pihak yang membutuhkan dana orang miskin. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat,dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha berwirausaha. 4. Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank Islam di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga kestabilan ekonomimoneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas Bank Islalm yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank 20 dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terehadap bank non-Islam konvensional yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga umat islamntidak bisa melaksanakanajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.

2.2.4. Dasar Hukum

Ketentuan BI tentang Bank Umum Syariah : - SK Dir BI No.3234KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia - Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. - SE BI No.924DPbs tanggal 30 Oktober 2007 tentang Semua Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah : Peraturan Bank Indonesia PBI No.91PBI2007 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah. 21 Penilaian mencakup terhadap faktor-faktor sebagai berikut: a. permodalan capital; b. kualitas asset asset quality; c. manajemen management; d. rentabilitas earning; e. likuiditas liquidity; f. sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk.

2.2.5. Laporan Keuangan

2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan Jumingan, 2006:4. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan 22 tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut SAK Standar Akuntansi Keuangan 2007:3 tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan SAK, 2007:5.

2.2.5.2. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh pemakainya untuk memprediksi perusahaan. Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan SAK Standar Akuntansi Keuangan 2007:2, para pemakai dari laporan keuangan meliputi: 23 1. Investor Penanam Modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memugkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskakn apakah jumlah yang tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih 24 pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistic lainnya. 7. Masyarakat Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan tren dan perkembanagn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 25

2.2.5.3. Laporan Keuangan Syariah

Laporan keuangan dalam bank syariah diharapkan dapat menunjukkan gambaran tentang baik buruknya suatu bank syariah dapat dikenali melalui kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan pengguna laporan keuangan syariah ini, meliputi Muhammad, 2004:138 : 1. Shahibul maal pemilik dana; 2. Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana; 3. Pembayar zakat, infak, dan shadaqah; 4. Pemegang saham; 5. Otoritas pengawasan; 6. Bank Indonesia; 7. Pemerintah; 8. Lembaga penjamin simpanan; dan 9. Masyarakat 26

2.2.5.4. Manfaat Laporan Keuangan Bank Syariah

Di dalam Laporan Keuangan akan memberikan informasi menyangkut kinerja yang bermanfaat. Informasi tersebut meliputi Muhammad, 2004:139 : 1. Untuk pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan 2. Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas di masa datang 3. Mengenai sumber daya ekonomis bank economic resources, kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat memengaruhi perubahan sumber daya tersebut 4. Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya 5. Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi terikat 6. Mengenai pemenuhan fungsi social bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. 27

2.2.5.5. Komponen Laporan Keuangan Syariah

Secara umum, laporan keungan untuk bank syariah dijelaskan sebagai berikut Muhammad, 2005: 235-236: 1. Laporan Keuangan menggambarkan fungsi untuk bank islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank islam itu dari masalah investasinya apakah ekonomi atau sosial. Mekanisme investasi yang digunakan terbatas hanya kepada beberapa cara yang diperbolehkan syariah. Karenanya, laporan keuangan meliputi: a. Laporan posisi keuangan b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas d. Laporan laba ditahan atau laporan perubahan pada saham pemilik 2. Sebuah laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi terbatas, yang dikelola oleh bank islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan. Laporan semacam ini akan dirujuk sebagai Laporan Perubahan dalam Investasi Terbatas. 28 3. Laporan keuangan yang menggambarkan peran bank islam sebagai fiduciary dari dana yang tersedia untuk jasa social ketika jas asemacam itu diberikan melalui dana terpisah. a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial. b. Laporan sumber dan penggunaan dana qardh.

2.2.5.6. Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Penyajian Laporan Keuangan meliputi Muhammad, 2004: 141 : 1. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan; kinerja keuangan; perubahan akuitas; arus kas; perubahan investasi terikat; sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah; sumber dan penggunaan dana qardhul hasan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Aktiva disajikan berdasarkan karateristiknya menurut urutan likuiditas, kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak terikat disajikan dalam unsur terendiri. 3. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa 29 termasuk pihak-pihak yang terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang multiple step dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. 5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap pos dalamkomponen laporan keuangan harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan, yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap laporan keuangan pokok, sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak akan menyesatkan pembaca. Informasi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai: 1 Gambaran umum bank syariah; 2 Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan; 3 Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen laporan keuangan; dan 4 Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan 30 Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase. 6. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Perubahan estimasi akuntansi Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi yang mendasarinya. Selain itu juga wajib diungkapkan pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun periode-periode berikutnya. 2 Perubahan kebijakan akuntansi a Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila 1 Terdapat peraturan perundangan atau standar akuntansi yang berbeda penerapannya; atau 2 Diperkirakan babhwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan. b Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian. c Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya atau memngikuti ketentuan 31 dalam PSAK yang berlaku apabila terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada standar akuntansi keuangan baru. 3 Terdapat kesalahan mendasar Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dalam melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian. 7. Pada setiap lembar neraca; laporan laba rugi; laporan perubahan ekuitas; laporan arus kas; laporan perubahan investasi terikat; laporan sumber dan penggunaan zakat, infaq dan shadaqah; laporan sumber dan penghasilan dana qardhul hasan harus diberi pernyataan “catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”. 8. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi bank yang telah go public wajib pula mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.

2.2.5.7. Keterbatasan Laporan Keuangan

Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain Muhammad, 2004:144: 32 1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau. 2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidakdapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja. 3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila tetrdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai substansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya formalitas. 5. Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 7. Hanya melaporkan informasi yang material. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar bank. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 33

2.2.6. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk mmenghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini mengurangi ketidakpastian analisis bisnis dengan tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis Wild, 2005:3-4. Kegiatan analisis laporan keuangan ini sangat berguna sebagai informasi. Tujuan laporan Keuangan menurut Bernstein 1983 dalam buku Harahap 1998:19 adalah sebagai berikut : 1. Screening Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. 3. Forcasting Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 34 4. Diagnosis Analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalah- masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Dengan kata lain, kegiatan analisa laporan keuangan akan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan terlihat dari tiap laporan keuangan yang merupakan kumpulan pencatatan aktifitas perusahaan dalam melaksanakan usahanya.

2.2.7. Analisa Rasio Keuangan

Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Menurut Riyanto 2001:329, Rasio Keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik analisa lainnya. Keunggulan Harahap, 1998:298 tersebut adalah : 35 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah Harahap, 1998:298-299: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 36 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.8. Kinerja Perusahaan

2.2.8.1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya Kasmir, 2000:259. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data non keuangan lain. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Mulyadi, 2000:415. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan 37 digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut Weston dan Brigham, 1993 Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja perfomance adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Machfoedz 1999 dalam jurnal Merkusiwati 2007, bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Mahfoedz 1999 juga menerangkan bahwa kinerja keuangan perusahaan diukur dengan efisiensinya diproksikan dengan beberapa keuangan.

2.2.8.2. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Mulyadi 2001:416, penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum. b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. 38 c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.8.3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: Mulyadi, 2001:434-435 a. Ukuran kriteria tunggal Single Criterium Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. b. Ukuran kriteria beragam Multiple Criterium Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja. c. Ukuran kriteria gabungan Composite Criterium Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam pengukuran kinerja. 39 Kinerja suatu bank, biasanya tercermin dalam laporan keuangannya. Untuk menganalisisnya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Macam Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: Muhammad, 2005:258 1 Rasio Likuiditas Adalah untuk ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital. 2 Rasio Aktivitas Adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory. 3 Rasio Biaya Adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rasio biaya atau BOPO Biaya Operasional Pendapatan Operasional. 40 4 Rasio Profitabilitas Adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Rasio Profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin ,dan Return on Assets.

2.2.8.4. Kinerja Profitabilitas ROA

Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis kinerja profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan Rasio Profitabilitas berupa Return on Assets ROA. Pengembalian atas Aktiva Return on Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi overal Kasmir, 2000:281. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki Yuliani, 2007. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan Hanafi dan Halim, 2000:85. ROA yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari distribusi bagi hasil. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti kinerja profitabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya maka perusahaan akan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti mengalami penurunan tingkat laba. Begitu pula pendapat Yuliani 2007, 41 Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Return On Asset ROA atau yang sering disebut juga Return On Investment ROI diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return On Asset ROA adalah sebagai berikut : Laba bersih sebelum pajak ROA = Total aktiva X 100

2.2.9. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Susilo, 2000:22. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank Muhammad, 2004:154. Pentingnya tingkat kesehatan ini untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka akan 42 dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban- kewajibannya. Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar dan melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja 2004:34, pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat mengendalikan risiko yang timbul dan kegiatan bank, sehingga bisa diharapkan terwujudnya bank yang aman dan sehat, serta mendukung terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap sehat atau tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Pada tanggal 12 April 2004 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 610PBI2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang merupakan penyempurnaan dari sistem penilaian sebelumnya. Selanjutnya untuk mengakomodasi perbedaan operasional dari bank syariah, untuk menilai kesehatan bank syariah BI mengeluarkan ketentuan baru. Metode penilaian baru tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Untuk menganalisa kesehatan finansial bank syariah, variabel operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat 43 kesehatan untuk bank syariah. Metode ini ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat Kesehatan Bank Syariah dalam PBI adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau UUS melalui: 1 Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan capital, kualitas aset asset quality, rentabilitas earning, likuiditas liquidity; dan 2 Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen management. Komponen-komponen CAMEL sebagai variabel pengukur kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut : 1. Permodalan capital Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya Merkusiwati, 2007. Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut: Modal CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 44 2. Kualitas Asset asset quality Kualitas Aktiva Produktif KAP untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan nilai real dari asset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank Gandapraja, 2004:34. Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut: Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD = Aktiva Produktif 3. Manajemen management Untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen risiko. Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari pertahanan atas risiko Gandapraja, 2004:34. Penilaian manajemen mencakup dua komponen, yaitu Muhammad, 2004:164 : a. Manajemen umum, dimana manajemen umum ini meliputi : strategissarana,struktur, system, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya kerja. Dimana aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat kesehatan bank dalam operasionalnya. 45 b. Manajemen Risiko, meliputi Resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko pemilik dan pengurus. Resiko tersebut merupakan suatu kendala yang apabila tidak diperhatikan dan tidak dikendalikan akan mempengaruhi kesehatan bank. Dalam mendapatkan nilai faktor manajemen ini adalah dengan cara mengukur kemampuan keseluruhan manajemen bank melalui pemberian pertanyaan dan dari pertanyaan tersebut akan dinilai sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Untuk pemberian pertanyaan tersebut dipercayakan oleh Bank Indonesia. Sehingga dalam analisis ini aspek manajemen tidak ikut dihitung. 4. Rentabilitas earnings Rentabilitas ini digunakan untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank Gandapraja, 2004:35. Rasio Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus berikut: PO – DBH – BO NOM = Rata-rata AP X 100 Dimana: NOM : Net Operating Margin PO : Pendapatan Operasional DBH : Distribusi Bagi Hasi BO : Biaya Operasional Rata-rata AP: merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan 46 5. Likuiditas liquidity Likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan Muhammad, 2004:64. Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan rumus berikut: Kredit yang dibebankan LDR = Dana Pihak Ketiga

2.3. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas