8
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi kinerja profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2005 – 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
berdasarkan Prinsip Syariah, apabila dikaitkan dengan kinerja profitabilitas perusahaan.
b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis dengan memberikan pengetahuan mengenai kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah.
9
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Pengelola Bank Sebagai pertimbangan pengelola bank dalam mengambil keputusan
perbaikan peningkatan kualitas pelayanan nasabah dan untuk menjaga kinerja bank.
b. Bagi Investor
Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan pertimbangan masyarakat investor terhadap Bank Umum Syariah.
c. Bagi Akademis
Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di dalam dunia perbankan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Merkusiwati 2007
Judul : “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan” Perumusan Masalah :
1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap kinerja
perusahaan ROA tahun 1998 - 2001? 2.
Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 1998?
3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja
perusahaan ROA tahun 1999? 4.
Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan ROA tahun 2000?
5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja
perusahaan ROA tahun 2001? Hasil Penelitian :
1. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
CAMEL pada tahun 1997 – 2000 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1998 – 2001.
10
11
2. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1998.
3. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
CAMEL pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 1999.
4. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 2000.
5. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity
CAMEL pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset ROA tahun 2001.
2. Yuliani 2007
Judul : “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.
Perumusan Masalah : Bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go
public di Indonesia? Hasil Penelitian :
Variabel MSDN, BOPO, CAR, dan LDR secara bersama-samasimultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya ROA.
Secara parsial variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap
12
ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
3. Kusumo 2008
Judul : “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002- 2007 dengan Pendekatan PBI No. 91PBI2007”
Perumusan Masalah : Apakah terdapat pengaruh penilaian berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 91PBI2007 terhadap kinerja keuangan
Bank Syariah Mandiri pada Periode 2002-2007 ? Hasil Penelitian :
Dari keseluruhan rasio keuangan yang terdiri dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPPM, Kualitas Aktiva Produktif KAP,
Net Operating Margin NOM, Short Term Mismatch STM, dan Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar MR; selama 6 enam Periode,
pengamatan ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan BSM tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi
perubahan kondisi perekonomian dan industry keuangan. Serta BSM memiliki kemampuan keuangan yang memadai dalam mendukung rencana
pengembangan usaha dan pengendalian risiko apabila terjadi perubahan yang signifikan pada industri perbankan.
13
4. Setiawan 2009
Judul : “Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”
Permasalahan : 1.
Bagaimana Kesehatan Finansial dari Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana Kesehatan Sosial dari Bank Umum Syariah di Indonesia ?
Kesimpulan : 1. Secara keseluruhan dalam periode tahun 2003-2007, kesehatan
finansial BMI lebih baik dari BSM. Secara rata-rata dari periode tersebut tingkat kesehatan finansial BMI mendapatkan nilai kredit
setelah pembobotan kumulatif sebesar 77,25. Nilai tersebut lebih tinggi 6,15 dari nilai kesehatan finansial BSM yang hanya sebesar 71,10.
Tingkat kesehatan finansial BMI tersebut merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kualitas Aset 54,60; Rentabilitas 10,65; dan
Likuiditas 12,00. Sedangkan nilai kumulatif bagi BSM berasal dari sumber Kualitas Aset sebesar 50,40; Rentabilitas 8,40; dan Likuiditas
12,30. Dari sini dapat dilihat bahwa BMI memiliki aspek Kualitas Aset dan Rentabilitas yang lebih baik dari BSM, masing-masing berpaut
4,20 dan 2,12. Sedangkan nilai skor Likuiditas BSM lebih baik berselisih 0,30 dari likuiditas BMI. Berdasarkan masing-masing tahun,
nilai kesehatan finansial BSM tahun 2003 lebih baik bila dibandingkan dengan BMI. Tetapi, selebihnya semenjak tahun 2004 sampai dengan
14
tahun 2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dibandingkan dengan BSM. Tren selisih skornya juga semakin meningkat. Dimana tahun
2004 nilainya hanya berpaut 1,50, tahun 2005 meningkat menjadi 3,75, tahun 2005 semakin tinggi menjadi 10,75 dan tahun 2007 semakin
lebar berselisih 16,25. 2. Tingkat kinerja sosial BSM dalam periode tahun 2003-2007 lebih baik
dari BMI. Secara rata-rata dalam periode tersebut tingkat kinerja sosial BSM mendapatkan nilai kredit setelah pembobotan kumulatif sebesar
64,07. Nilai tersebut lebih tinggi 8,17 dari nilai kinerja sosial BMI yang hanya sebesar 55,89. Tingkat kinerja sosial BSM tersebut
merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kontribusi Pembangunan Ekonomi KPE sebesar 10,80; Kontribusi Kepada
Masyarakat KKM sebesar 13,00; Kontribusi Untuk Stakeholder KUS sebesar 13,60; Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset PKSR
sebesar 13,60; dan Distribusi Pembangunan Ekonomi DPE bernilai 13,07. Sedangkan nilai kumulatif bagi BMI berasal dari sumber: KPE
sebesar 14,40; KKM sebesar 10,40; KUS sebesar 13,76; PKSR sebesar 6,40; serta DPE senilai 10,93. Dari sini dapat dilihat bahwa 91 BSM
memiliki aspek KKM, PKSR dan DPE yang lebih baik dari BMI, masing-masing berpaut 2,60, 7,20 dan 2,13. Sedangkan nilai skor KPE
dan KUS BMI lebih baik senilai 3,60 dan 0,16 dari KPE dan KUS BSM. Berdasarkan masingmasing tahun, penelitian ini juga
menemukan bahwa nilai kinerja sosial BMI lebih baik dari BSM hanya
15
terjadi pada tahun 2004. Selebihnya semenjak tahun 2003, 2005 sampai dengan tahun 2007 kinerja sosial BSM lebih baik dibandingkan
dengan BMI. Meski demikian trend kinerja sosial BMI terus meninggkat, dan selisih skornya juga semakin kecil. Dimana tahun
2003 nilainya berpaut sangat lebar 22,00, tetapi tahun 2004 BMI bisa meningkatkan kinerja sosialnya menjadi lebih baik dibanding BSM
sehingga selisih berpaut 4,20. Tahun 2005 BSM mendapat skor lebih tinggi dengan selisih menjadi 8,80, dan tahun 2006 selisih semakin
tinggi menjadi 10,40. Tetapi tahun 2007 karena kinerja sosial BSM turun dan kinerja sosial BMI meningkat maka selisihnya menyempit
senilai 3,87.
16
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No Peneliti
Judul Variabel X Variabel Y
1. Merkusiwati Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja
Perusahaan CAR,
RORA, NPM, ROA,
BOPO, CML, LDR
Kinerja Perusahaan
ROA
2. Yuliani Hubungan
Efisiensi Operasional dengan Kinerja
Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang GoPublik
di Bursa Efek Jakarta MSDN,
BOPO, CAR, LDR
Kinerja Profitabilitas
ROA
3. Kusumo Analisis Kinerja Keuangan
Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 dengan
Pendekatan PBI No. 91PBI2007
KPMM CAR,
APYD, NOM,
STM, MR Kinerja
Keuangan Bank Syariah
Mandiri Periode
2002-2007
4. Setiawan Kesehatan Finansial dan
Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia
APYD, NPF, NOM,
REO, DP, ROE, idFR,
STM, STMP,
RAPB, MMR, AR,
KPJP, PFA, KKM, ZR,
RFS, CSR, KSM, KM,
KI, KPW, KPP, P4,
RD, PDAN,
PDIN, KPLJ
Kesehatan Finansial dan
Kinerja Sosial Bank
Umum Syariah di
Indonesia
5. Vesadianti Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja
Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2005 - 2008 CAR,
APYD, NOM, LDR
Kinerja Profitabilitas
ROA
17
Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian
terdahulu.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank
Pengertian bank yang diatur dalam pasal 1 UU Nomor 71992 menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank merupakan lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Peran intermediasi keuangan yang dijalankan bank
berkaitan dengan penyaluran dana Abdullah, 2004:17. Financial intermediary artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam
aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikatakan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar
terjadinya perdagangan yang utama Muhammad, 2004:1. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas,
antara lain memindahkan uang; menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening Koran; mendiskonto surat wesel,surat order maupun
surat berharga lainnya; membeli dan menjual surat-surat berharga; serta memberi jaminan bank Muhammad, 2004:1
18
2.2.2. Pengertian Bank
Syariah
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan, Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Undang-
undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008. Kegiatan usahanya hampir sama dengan bank konvensional, hanya berbeda dasar yang
melandasinya yakni Prinsip Syariah. Bank Syariah beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga
dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Sehingga Bank Syariah adalah lembaga keungan usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uanga yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam Muhammad, 2004:1.
2.2.3. Tujuan Bank Syariah
Tujuan didirikannya Bank Syariah menurut Sumitro 2004:17 adalah : 1.
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agarterhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usahaperdagangan lain yang mengandung unsure gharar tipuan, di
19
mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga teah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.
2. Untuk memnciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal orang kaya
dengan pihak yang membutuhkan dana orang miskin. 3.
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat,dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin,
yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha berwirausaha.
4. Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah
kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank Islam di dalam
mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti
program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan
modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5.
Untuk menjaga kestabilan ekonomimoneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas Bank Islalm yang diharapkan mampu
menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank
20
dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terehadap bank
non-Islam konvensional yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga umat islamntidak bisa
melaksanakanajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
2.2.4. Dasar Hukum
Ketentuan BI tentang Bank Umum Syariah :
- SK Dir BI No.3234KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
- Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. - SE BI No.924DPbs tanggal 30 Oktober 2007 tentang Semua Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah :
Peraturan Bank Indonesia PBI No.91PBI2007 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.
21
Penilaian mencakup terhadap faktor-faktor sebagai berikut: a.
permodalan capital; b.
kualitas asset asset quality; c.
manajemen management; d.
rentabilitas earning; e.
likuiditas liquidity; f.
sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk.
2.2.5. Laporan Keuangan
2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan
perusahaan Jumingan, 2006:4. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
22
tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Menurut SAK Standar Akuntansi Keuangan 2007:3 tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik pokok yaitu: dapat dipahami, relevan,
keandalan, dan dapat diperbandingkan SAK, 2007:5.
2.2.5.2. Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh pemakainya untuk memprediksi perusahaan.
Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan SAK Standar Akuntansi Keuangan 2007:2, para pemakai dari laporan
keuangan meliputi:
23
1. Investor
Penanam Modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari
investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau
menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memugkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden. 2.
Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskakn apakah jumlah yang tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
24
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan. 5.
Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada
perusahaan. 6.
Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistic lainnya. 7.
Masyarakat Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan tren dan perkembanagn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
25
2.2.5.3. Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan dalam bank syariah diharapkan dapat menunjukkan gambaran tentang baik buruknya suatu bank syariah
dapat dikenali melalui kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah
adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi
bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan pengguna laporan keuangan syariah ini,
meliputi Muhammad, 2004:138 : 1.
Shahibul maal pemilik dana; 2.
Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana; 3.
Pembayar zakat, infak, dan shadaqah; 4.
Pemegang saham; 5.
Otoritas pengawasan; 6.
Bank Indonesia; 7.
Pemerintah; 8.
Lembaga penjamin simpanan; dan 9.
Masyarakat
26
2.2.5.4. Manfaat Laporan Keuangan Bank Syariah
Di dalam Laporan Keuangan akan memberikan informasi menyangkut kinerja yang bermanfaat. Informasi tersebut meliputi
Muhammad, 2004:139 : 1.
Untuk pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan 2.
Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas di masa datang
3. Mengenai sumber daya ekonomis bank economic resources,
kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya
transaksi dan peristiwa yang dapat memengaruhi perubahan sumber daya tersebut
4. Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk
pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta
penggunaannya 5.
Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi terikat
6. Mengenai pemenuhan fungsi social bank, termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat.
27
2.2.5.5. Komponen Laporan Keuangan Syariah
Secara umum, laporan keungan untuk bank syariah dijelaskan sebagai berikut Muhammad, 2005: 235-236:
1. Laporan Keuangan menggambarkan fungsi untuk bank islam
sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank islam itu dari masalah investasinya apakah ekonomi
atau sosial. Mekanisme investasi yang digunakan terbatas hanya kepada beberapa cara yang diperbolehkan syariah. Karenanya,
laporan keuangan meliputi: a.
Laporan posisi keuangan b.
Laporan laba rugi c.
Laporan arus kas d.
Laporan laba ditahan atau laporan perubahan pada saham pemilik
2. Sebuah laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam
investasi terbatas, yang dikelola oleh bank islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak
perwakilan. Laporan semacam ini akan dirujuk sebagai Laporan Perubahan dalam Investasi Terbatas.
28
3. Laporan keuangan yang menggambarkan peran bank islam sebagai
fiduciary dari dana yang tersedia untuk jasa social ketika jas asemacam itu diberikan melalui dana terpisah.
a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial.
b. Laporan sumber dan penggunaan dana qardh.
2.2.5.6. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Penyajian Laporan Keuangan meliputi Muhammad, 2004: 141 : 1.
Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan; kinerja keuangan; perubahan akuitas; arus kas;
perubahan investasi terikat; sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah; sumber dan penggunaan dana qardhul hasan
disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Aktiva disajikan berdasarkan karateristiknya menurut urutan
likuiditas, kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak terikat disajikan dalam unsur terendiri.
3. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank
disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
29
termasuk pihak-pihak yang terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut
karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang multiple step dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.
5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis
dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap pos dalamkomponen laporan keuangan harus berkaitan
dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan, yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif terhadap laporan keuangan pokok, sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak akan menyesatkan pembaca.
Informasi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai:
1 Gambaran umum bank syariah;
2 Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan; 3
Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen laporan keuangan; dan
4 Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk
pengambilan keputusan
30
Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian
dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase.
6. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1 Perubahan estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi yang mendasarinya. Selain itu juga wajib diungkapkan
pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun periode-periode berikutnya.
2 Perubahan kebijakan akuntansi
a Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila
1 Terdapat peraturan perundangan atau standar akuntansi yang
berbeda penerapannya; atau 2
Diperkirakan babhwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan
keuangan. b
Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh
periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian.
c Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak praktis
maka cukup diungkapkan alasannya atau memngikuti ketentuan
31
dalam PSAK yang berlaku apabila terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada standar akuntansi keuangan baru.
3 Terdapat kesalahan mendasar
Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dalam
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian. 7.
Pada setiap lembar neraca; laporan laba rugi; laporan perubahan ekuitas; laporan arus kas; laporan perubahan investasi terikat;
laporan sumber dan penggunaan zakat, infaq dan shadaqah; laporan sumber dan penghasilan dana qardhul hasan harus diberi
pernyataan “catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.
8. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank
wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi bank yang telah go public wajib pula mengikuti
ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.
2.2.5.7. Keterbatasan Laporan Keuangan
Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal
ini disebabkan karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain Muhammad, 2004:144:
32
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang
telah lampau. 2.
Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak
tertentu tidakdapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.
3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila
tetrdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif
yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 4.
Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai substansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk
hukumnya formalitas. 5.
Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan. 6.
Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 7.
Hanya melaporkan informasi yang material. 8.
Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya
ekonomis dan tingkat kesuksesan antar bank. 9.
Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
33
2.2.6. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang
berkaitan untuk mmenghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi
ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini mengurangi ketidakpastian analisis bisnis dengan
tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis Wild, 2005:3-4.
Kegiatan analisis laporan keuangan ini sangat berguna sebagai informasi. Tujuan laporan Keuangan menurut Bernstein 1983 dalam
buku Harahap 1998:19 adalah sebagai berikut : 1.
Screening Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2.
Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forcasting
Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
34
4. Diagnosis
Analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalah- masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau
masalah lain dalam perusahaan. 5.
Evaluation Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan. Dengan kata lain, kegiatan analisa laporan keuangan akan dapat
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan terlihat dari tiap laporan keuangan yang merupakan kumpulan
pencatatan aktifitas perusahaan dalam melaksanakan usahanya.
2.2.7. Analisa Rasio Keuangan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja
perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Menurut Riyanto 2001:329, Rasio
Keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam
data finansiil. Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik
analisa lainnya. Keunggulan Harahap, 1998:298 tersebut adalah :
35
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi
perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time
series”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang. Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini
juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun
keterbatasan analisa rasio itu adalah Harahap, 1998:298-299: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti : 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
36
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.2.8. Kinerja Perusahaan
2.2.8.1. Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini merupakan
ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja
ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya Kasmir, 2000:259. Untuk mengukur
keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data non keuangan lain.
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan
karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Mulyadi, 2000:415. Kinerja perusahaan dapat diukur dari
laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara
bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
37
digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut Weston dan
Brigham, 1993 Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja
perfomance adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Machfoedz 1999 dalam jurnal Merkusiwati
2007, bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran.
Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya
seminimal mungkin. Mahfoedz 1999 juga menerangkan bahwa kinerja keuangan perusahaan diukur dengan efisiensinya diproksikan dengan
beberapa keuangan.
2.2.8.2. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi 2001:416, penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara umum. b.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
38
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka. e.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2.8.3. Penilaian Kinerja Perusahaan
Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: Mulyadi, 2001:434-435
a. Ukuran kriteria tunggal Single Criterium
Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.
b. Ukuran kriteria beragam Multiple Criterium
Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam
ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.
c. Ukuran kriteria gabungan Composite Criterium
Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran
dalam pengukuran kinerja.
39
Kinerja suatu bank, biasanya tercermin dalam laporan keuangannya. Untuk menganalisisnya membutuhkan ukuran tertentu
untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Macam
Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: Muhammad, 2005:258
1 Rasio Likuiditas
Adalah untuk ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari:
Current Ratio, Quick
Ratio, dan Net Working Capital.
2 Rasio Aktivitas
Adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya.
Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable
Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.
3 Rasio Biaya
Adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rasio biaya atau BOPO
Biaya Operasional Pendapatan Operasional.
40
4 Rasio Profitabilitas
Adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank.
Rasio Profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin ,dan Return on Assets.
2.2.8.4. Kinerja Profitabilitas ROA
Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis kinerja profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan
Rasio Profitabilitas berupa Return on Assets ROA. Pengembalian atas Aktiva Return on Assets digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi overal Kasmir, 2000:281. ROA menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki Yuliani, 2007. ROA yang tinggi
menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan Hanafi dan Halim,
2000:85. ROA yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba
yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari distribusi bagi hasil. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti
kinerja profitabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya maka perusahaan akan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti
mengalami penurunan tingkat laba. Begitu pula pendapat Yuliani 2007,
41
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Return On Asset ROA atau yang sering disebut juga Return On
Investment ROI diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return On Asset ROA adalah
sebagai berikut :
Laba bersih sebelum pajak ROA
= Total aktiva
X 100
2.2.9. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Susilo, 2000:22. Kesehatan suatu bank
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank Muhammad, 2004:154.
Pentingnya tingkat kesehatan ini untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan
kebijakan yang akan datang untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh
keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka akan
42
dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban- kewajibannya.
Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar
dan melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja 2004:34, pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat
mengendalikan risiko yang timbul dan kegiatan bank, sehingga bisa diharapkan terwujudnya bank yang aman dan sehat, serta mendukung
terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap
sehat atau tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity.
Pada tanggal 12 April 2004 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 610PBI2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang merupakan penyempurnaan dari sistem penilaian sebelumnya. Selanjutnya untuk
mengakomodasi perbedaan operasional dari bank syariah, untuk menilai kesehatan bank syariah BI mengeluarkan ketentuan baru. Metode
penilaian baru tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Untuk menganalisa kesehatan finansial bank syariah, variabel
operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat
43
kesehatan untuk bank syariah. Metode ini ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat Kesehatan Bank Syariah dalam PBI adalah hasil
penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau UUS melalui: 1 Penilaian Kuantitatif dan
Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan capital, kualitas aset asset quality, rentabilitas earning, likuiditas liquidity; dan 2
Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen management. Komponen-komponen CAMEL sebagai variabel pengukur
kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Permodalan capital Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan
usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi
rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank
tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya Merkusiwati, 2007.
Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut: Modal
CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
44
2. Kualitas Asset asset quality
Kualitas Aktiva Produktif KAP untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan nilai real dari asset tersebut. Kemerosotan
kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank Gandapraja, 2004:34.
Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut:
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD =
Aktiva Produktif
3. Manajemen management
Untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen
risiko. Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari pertahanan atas
risiko Gandapraja, 2004:34. Penilaian manajemen mencakup dua komponen, yaitu Muhammad,
2004:164 : a.
Manajemen umum, dimana manajemen umum ini meliputi : strategissarana,struktur, system, sumber daya manusia,
kepemimpinan, dan budaya kerja. Dimana aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat
kesehatan bank dalam operasionalnya.
45
b. Manajemen Risiko, meliputi Resiko likuiditas, resiko pasar, resiko
kredit, resiko pemilik dan pengurus. Resiko tersebut merupakan suatu kendala yang apabila tidak diperhatikan dan tidak
dikendalikan akan mempengaruhi kesehatan bank. Dalam mendapatkan nilai faktor manajemen ini adalah dengan
cara mengukur kemampuan keseluruhan manajemen bank melalui pemberian pertanyaan dan dari pertanyaan tersebut akan dinilai sesuai
dengan skala yang telah ditentukan. Untuk pemberian pertanyaan tersebut dipercayakan oleh Bank Indonesia. Sehingga dalam analisis
ini aspek manajemen tidak ikut dihitung. 4.
Rentabilitas earnings Rentabilitas ini digunakan untuk memastikan efisiensi dan kualitas
pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank
Gandapraja, 2004:35. Rasio Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus berikut:
PO – DBH – BO NOM =
Rata-rata AP X 100
Dimana: NOM :
Net Operating Margin PO :
Pendapatan Operasional
DBH :
Distribusi Bagi Hasi BO :
Biaya Operasional
Rata-rata AP: merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan
46
5. Likuiditas liquidity
Likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila
terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan Muhammad, 2004:64.
Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan rumus berikut: Kredit yang dibebankan
LDR = Dana Pihak Ketiga
2.3. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas