69
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. CAR Capital Adequancy Ratio
Capital Adequancy Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal dengan membandingkan modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko. Rasio ini memperlihatkan seberapa besar aktiva bank yang mengandung unsur risiko yang ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Berikut ini data Capital Adequancy Ratio pada Bank Syariah Muamalat,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah : Tabel 4.1 : Data Capital Adequancy Ratio Pada Bank Muamalat, Bank
Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Tahun No Nama
Bank 2005 2006 2007 2008
Rata-rata
1. Bank Muamalat
16,33 14,56 10,79 11,44 13,28
2. Bank Syariah
Mandiri 12,12 12,60 12,46 12,72
12,48 3. Bank Mega Syariah
10,40 8,30 12,91 13,48
11,27 Sumber : Lampiran 1
Nilai rata-rata CAR pada periode 2005-2008 tertinggi diperoleh oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 13,28 dan selanjutnya di ikuti oleh
Bank Syariah Mandiri sebesar 12,48. Sedangkan, nilai rata-rata CAR terendah dari ketiga bank diatas adalah pada Bank Mega Syariah yaitu
sebesar 11,27. Hal ini menunjukkan nilai CAR tinggi yang dimiliki oleh Bank Mega Syariah dan Bank Muamalat mengandung kecukupan modal
untuk menunjang aktiva yang menghasilkan risiko lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Mandiri.
70
Pada tahun Tahun 2005 Nilai CAR tertinggi dimiliki Bank Muamalat yaitu sebesar 16,33 dan diikuti oleh Bank Syariah Mandiri
sebesar 12,12 serta CAR terendah dimiliki Bank Mega Syariah dengan Rasio CAR 10,40. CAR tertinggi tahun 2006 dimiliki oleh Bank
Muamalat sebesar 14,56 diikuti oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 12,60 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu
sebesar 8,30. Tahun 2007, CAR tertinggi dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 12,91 dengan tertinggi kemudian diikuti Bank Syariah
Mandiri sebesar 12,46 sedangkan CAR terendah dimiliki oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 10,79. Bank Mega Syariah di tahun 2008 tetap
memiliki CAR tertinggi sebesar 13,48 jika dibandingkan Bank Syariah Mandiri dengan CAR sebesar 12,72 dan terendah pada Bank Muamalat
sebesar 11,44.
4.2.2. APYD Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman
dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian ini
dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal. Berikut ini data Rasio Aktiva
Produktif Yang Diklasifikasikan APYD pada Bank Syariah Muamalat,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah :
71
Tabel 4.2 : Data Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Tahun No Nama
Bank 2005 2006
2007 2008 Rata-rata
1. Bank Muamalat
2,45 4,95 2,57 3,45 3,36 2.
Bank Syariah Mandiri
2,61 5,78 4,73 4,58 4,43 3.
Bank Mega Syariah 0,43
1,29 0,77
1,12 0,90
Sumber : Lampiran 1 Nilai rata-rata APYD pada periode 2005-2008 tertinggi diperoleh
oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 4,43 dan selanjutnya di ikuti oleh Bank Muamalat sebesar 3,36. Sedangkan, nilai rata-rata APYD
terendah dari ketiga bank diatas adalah pada Bank Mega Syariah yaitu sebesar 0,90. Hal ini menunjukkan Bank Syariah Mandiri dan Bank
Muamalat memiliki aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba lebih maksimal daripada Bank Mega Syariah.
Pada tahun 2005 Bank Syariah Mandiri memiliki nilai APYD tertinggi yaitu sebesar 2,61 dan diikuti oleh Bank Muamalat sebesar
2,45 serta APYD terendah dimiliki Bank Mega Syariah dengan Rasio APYD 0,43. APYD tertinggi tahun 2006 dimiliki oleh Bank Syariah
Mandiri sebesar 5,78 diikuti oleh Bank Muamalat sebesar 4,95 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 1,29.
Tahun 2007, APYD tertinggi dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 4,73 dengan tertinggi kemudian diikuti Bank Muamalat sebesar 2,57
sedangkan APYD terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 0,77. Bank Syariah Mandiri di tahun 2008 tetap memiliki APYD
72
tertinggi sebesar 4,58 jika dibandingkan Bank Muamalat dengan APYD sebesar 3,45 dan terendah pada Bank Mega Syariah sebesar 1,12.
4.2.3. NOM Net Operating Margin
Net Operating Margin NOM merupakan rasio utama rentabilitas. Melalui hasil penghitungan rasio ini diharapkan dapat diketahui
kemampuan aktiva produktif bank syariah dalam menghasilkan laba. Nilai NOM dihasilkan dari membagi laba operasional dengan aktiva produktif
dengan tujuan mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Berikut ini data Net Operating Margin pada Bank
Syariah Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah : Tabel 4.3 : Data Net Operating Margin Pada Bank Muamalat, Bank
Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Tahun No Nama
Bank 2005 2006 2007
2008 Rata-rata
1. Bank Muamalat
2,53 2,22 2,23 2,65 2,41
2. Bank Syariah
Mandiri 1,72 1,13 2,21 1,71 1,69
3. Bank Mega Syariah
0,38 2,41
5,2 0,85
2,21 Sumber : Lampiran 1
Nilai rata-rata NOM pada periode 2005-2008 tertinggi diperoleh oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 2,41 dan selanjutnya di ikuti oleh
Bank Mega Syariah sebesar 2,21. Sedangkan, nilai rata-rata NOM terendah dari ketiga bank diatas adalah pada Bank Syariah Mandiri yaitu
sebesar 1,69. Hal ini menunjukkan kemampuan aktiva dalam
73
mengahasilkan laba tinggi pada Bank Mega Syariah dan Bank Muamalat serta cukup tinggi pada Bank Syariah Mandiri.
Pada 2005 Bank Muamalat memiliki nilai NOM tertinggi yaitu sebesar 2,53 dan diikuti oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 1,72 serta
terendah dimiliki Bank Mega Syariah dengan Rasio NOM 0,38. NOM tertinggi tahun 2006 dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 2,41
diikuti oleh Bank Muamalat sebesar 2,22 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 1,13. Tahun 2007, NOM
tertinggi dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 5,20 dengan tertinggi kemudian diikuti Bank Muamalat sebesar 2,23 sedangkan NOM
terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 2,21. Bank Muamalat di tahun 2008 memiliki NOM tertinggi sebesar 2,65 jika
dibandingkan Bank Syariah Mandiri dengan NOM sebesar 1,71 dan terendah pada Bank Mega Syariah sebesar 0,85.
4.2.4. LDR Loan to Deposit Ratio
Rasio ini Loan Deposit Ratio LDR digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan. LDR juga
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berikut ini data Loan Deposit Ratio pada Bank Syariah Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank
Mega Syariah :
74
Tabel 4.4 : Data Loan Deposit Ratio Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Tahun No Nama
Bank 2005 2006 2007 2008
Rata- rata
1. Bank Muamalat
89,08 83,60 99,16 104,41 94,06
2. Bank Syariah
Mandiri 83,09
90,18 92,98 89,12 88,84 3.
Bank Mega Syariah 27,98 99,54
86,08 79,58
73,30 Sumber : Lampiran1
Nilai rata-rata LDR pada periode 2005-2008 tertinggi diperoleh oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 94,06 dan selanjutnya di ikuti oleh
Bank Syariah Mandiri sebesar 88,84. Sedangkan, nilai rata-rata LDR terendah dari ketiga bank diatas adalah pada Bank Mega Syariah yaitu
sebesar 73,30. Menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas dibandingkan Bank Mega Syariah. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar. Pada tahun 2005 Bank Muamalat memiliki nilai LDR tertinggi
yaitu sebesar 89,08 dan diikuti oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 83,09 serta terendah dimiliki Bank Mega Syariah dengan Rasio LDR
78,18. LDR tertinggi tahun 2006 dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 99,54 diikuti oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 90,18
sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 83,60. Tahun 2007, LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Muamalat sebesar 99,16
dengan tertinggi kemudian diikuti Bank Syariah Mandiri sebesar 92,98
75
sedangkan LDR terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 86,08. Bank Muamalat di tahun 2008 memiliki LDR tertinggi sebesar
104,41 jika dibandingkan Bank Syariah Mandiri dengan LDR sebesar 89,12 dan terendah pada Bank Mega Syariah sebesar 79,58.
4.2.5. Kinerja Profitabilitas ROA Return On Asset
Return On Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
yang menghasilkan keuntungan. Berikut ini data Return On Asset pada Bank Syariah Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah :
Tabel 4.5 : Data Return On Asset Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Tahun No Nama
Bank 2005
2006 2007 2008
Rata-rata
1. Bank Muamalat
2,53 2,1 2,27 2,6 2,38
2. Bank Syariah
Mandiri 1,83 1,1 1,53 1,83
1,57 3.
Bank Mega Syariah 0,69
3,98 5,36
0,98 2,75
Sumber : Lampiran 1 Nilai rata-rata ROA pada periode 2005-2008 tertinggi diperoleh
oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 2,75 dan selanjutnya di ikuti oleh Bank Muamalat sebesar 2,38. Sedangkan, nilai rata-rata ROA terendah
dari ketiga bank diatas adalah Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 1,57. Hal ini menunjukkan kemampuan manajemen Bank Mega Syariah dan
Bank Muamalat dalam hal mengelola aktiva untuk menghasilkan keuntungan lebih baik daripada manajemen Bank Syariah Mandiri.
76
Pada tahun 2005 Bank Muamalat memiliki nilai ROA tertinggi yaitu sebesar 2,53 dan diikuti oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 1,83
serta ROA terendah dimiliki Bank Mega Syariah dengan Rasio ROA 0,69. ROA tertinggi tahun 2006 dimiliki oleh Bank Mega Syariah
sebesar 3,98 diikuti oleh Bank Muamalat sebesar 2,1 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 1,1. Tahun
2007, ROA tertinggi dimiliki oleh Bank Mega Syariah sebesar 5,36 dengan tertinggi kemudian diikuti Bank Muamalat sebesar 2,27
sedangkan ROA terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 1,53. Bank Muamalat di tahun 2008 memiliki ROA tertinggi
sebesar 2,6 jika dibandingkan Bank Syariah Mandiri dengan ROA sebesar 1,83 dan terendah pada Bank Mega Syariah sebesar 0,98.
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis