ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008.

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Pritta Vesadianti 0613010107/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

Pritta Vesadianti 0613010107/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008

yang diajukan Pritta Vesadianti 0613010107/FE/EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

mbimbing Utama Pe

Dr. Sri Trisnaningsih, SE. MSi NIP. 030 217 167

Tanggal : ………

Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437


(4)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2005 – 2008 Disusun oleh:

Pritta Vesadianti 0613010107/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Pada tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing: Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Sri Trisnaningsih, SE. Msi Dr. Sri Trisnaningsih, SE. Msi

Sekretaris

Rina Moestika Setyaningrum, SE. MM.

Anggota

Dra. Ec. Anik Yuliati, MAks

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. R. Dhani Ichsanuddinur, SE., MM. NIP. 030 202 389


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2005-2008”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagagi pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya:

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi sebagai ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(6)

ii

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayah, Ibu, Kakak dan Adikku, beserta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik secara moril maupun materiil.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan usulan penelitian ini.

Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan segala kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.

Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, Mei 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu... 10

2.2. Landasan Teori ... 17

2.2.1. Pengertian Bank ... 17

2.2.2. Pengertian Bank Syariah ... 18

2.2.3. Tujuan Bank Syariah... 18

2.2.4. Dasar Hukum ... 20

2.2.5. Laporan Keuangan ... 21


(8)

2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan... 21

2.2.5.2. Pemakai Laporan Keuangan ... 22

2.2.5.3. Laporan Keuangan Syariah ... 25

2.2.5.4. Manfaat Laporan Keuangan Bank Syariah... 26

2.2.5.5. Komponen Laporan Keuangan Syariah... 27

2.2.5.6. Penyajian Laporan Keuangan Syariah... 28

2.2.5.7. Keterbatasan Laporan Keuangan... 31

2.2.6. Analisa Laporan Keuangan ... 33

2.2.7. Analisa Rasio Keuangan ... 34

2.2.8. Kinerja Perusahaan... 36

2.2.8.1. Pengertian Kinerja Perusahaan ... 36

2.2.8.2. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan... 37

2.2.8.3. Penilaian Kinerja Perusahaan ... 38

2.2.8.4. Kinerja Profitabilitas... 40

2.2.9. Penilaian Kesehatan Menurut Metode CAMEL ... 41

2.3. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas... 46

2.4. Kerangka Pemikiran ... 51

2.5. Hipotesis ... 51

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 52

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 56

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.3.1. Jenis Data ... 58


(9)

3.3.2. Sumber Data... 58

3.4. Uji Kualitas Data ... 59

3.4.1. Uji Normalitas... 59

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 60

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 60

3.5.2. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

3.5.3. Uji Hipotesis ... 63

BAB IV : HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 66

4.1.1. Bank Muamalat Indonesia... 66

4.1.2. Bank Syariah Mandiri ... 67

4.1.3. Bank Mega Syariah ... 68

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.2.1. CAR (Capital Adequancy Ratio) ... 69

4.2.2. APYD (Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan) ... 70

4.2.3. NOM (Net Operating Margin)... 72

4.2.4. LDR (Loan to Deposit Ratio)... 73

4.2.5. Kinerja Profitabilitas ROA (Return On Asset) ... 75

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 76

4.3.1. Uji Normalitas... 76

4.3.2. Uji Asumsi Klasik Regresi... 78

4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

4.3.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 83


(10)

vi

4.3.5. Uji Hipotesis ... 84

4.3.5.1. Uji Hipotesis dengan Uji F ... 84

4.3.5.2. Uji Hipotesis dengan Uji t ... 86

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

4.5. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ... 95

4.6. Keterbatasan Penelitian... 97

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(11)

  vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang ... 16

Tabel 3.1 Tahun Beroperasi Lima Bank Umum Syariah di Indonesia ... 56

Tabel 4.1 Data Capital Adequancy Ratio Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah... 69

Tabel 4.2 Data Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah ... 71

Tabel 4.3Data Net Operating Margin Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah... 72

Tabel 4.4Data Loan to Deposit Ratio Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah... 74

Tabel 4.5 Data Return On Asset Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah ... 75

Tabel 4.6 Tes Normalitas ... 77

Tabel 4.7 Uji Regresi Durbin Watson... 79

Tabel 4.8 Tabel Pengujian Multikolinier ... 80

Tabel 4.9 Korelasi Antara Variabel Bebas dengan Residual ... 81


(12)

  viii

Tabel 4.11 Hasil Uji F... 85 Tabel 4.12 Hasil Uji t ... 87 Tabel 4.13 Perbedaan Hasil Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ... 96


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 51 Gambar 4.1 Grafik Normalitas... 78

ix   


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 : Perhitungan Rasio Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Tahun 2005-2008

2 : Input Data

3 : Regresi Linier Berganda 4 : Tes Normalitas


(15)

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2005-2008

OLEH :

PRITTA VESADIANTI

ABSTRAK

Semakin maraknya dunia perbankan di Indonesia membuat bank berinisiatif memberikan kepercayaan menidirikan Bank berprinsip Syariah. Tantangan yang harus dihadapi bank syariah salah satunya adalah persaingan dengan bank konvensional. Untuk mengatasinya, bank syariah seharusnya memberikan kepercayaan kepada para stakeholder bahwa bank syariah mampu tumbuh dan berkembang, dengan cara meningkatkan kinerja terutama kinerja profitabilitas sebagai kinerja yang mempengaruhi kegiatan perbankan bank. Pada tahun 2007 Bank Indonesia telah mengesahkan aturan sistem penilaian kesehatan khusus Bank Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 januari 2007 yang menjelaskan rasio CAMEL sebagai alat ukur tingkat kesehatan mengevaluasi kinerja bank.

Penelitian ini dilakukan pada 3 Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah dengan data sekunder laporan keuangan periode tahun 2005-2008. Alat analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.

Berdasarkan kesimpulan bahwa variabel CAR (X1), APYD (X2), NOM

(X3), dan LDR (X4) berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Profitabilitas

ROA (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh tingkat signifikan sebesar 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05). Sedangkan, secara parsial CAR (X1) tidak

berpengaruh terhadap Kinerja Profitabilitas ROA (Y) dengan menggunakan uji t dimana tingkat signifikan sebesar 0,159 lebih dari 5% (sig > 0,05), APYD (X2)

tidak berpengaruh terhadap Kinerja Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,162 lebih dari 5% (sig > 0,05), NOM (X3) berpengaruh signifikan

terhadap Kinerja Profitabilitas ROA (Y) berasal dari tingkat signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05), dan LDR (X4) tidak berpengaruh terhadap Kinerja

Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,427 lebih dari 5% (sig > 0,05). Kata Kunci : CAR, APYD, NOM, LDR, ROA.

xi   


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkakan taraf hidup rakyat banyak (UU No.21 Tahun 2008). Sehingga lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak-pihak-pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Tujuannya menunjang pelaksanaan pembangunan nasionaldalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Di Indonesia terdapat dua jenis perbankan, yaitu Bank yang melakukan usaha secara konvensional dan Bank yang melakukakn usaha secara syariah. Bank yang melakukan usaha secara konvensional pasti sudah biasa di dengar oleh masyarakat, yang pada kegiatan usahanya berdasarkan pada pembayaran bunga dan lebih dulu muncul serta berkembang di Indonesia. Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat


(17)

2

Syariah (UU No.21 Tahun 2008). Bank syariah ini berdasarkan pada sistem bagi hasil dan agak jarang didengar karena keberadaannya belum banyak diketahui bila dibandingkan dengan Bank Konvensional.

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung (http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah#Sejarah). Meskipun bank-bank pada saat itu dan sekarang tidak ada lagi, tetapi dengan munculnya bank-bank tersebut dapat menjadi pegangan untuk mengembangkan bank berbasis syariah yang sama. Menurut Rachmad Yualiadi, Perbankan Syariah kini saja telah merambah di 75 negara di seluruh dunia baik muslim maupun non muslim, hal ini berkembang seiring dengan munculnya bank Islam komersial pertama pada tahun 1975 (Islamic Development Bank). Kini dunia perbankan syariah terus merambat ke seluruh dunia hingga ke pusat keuangan global seperti London, Hongkong, Singapura yang telah menawarkan produk dan jasa


(18)

3

keuangan syariah. Jumlah institusi keuangan yang menawarkan jasa keuangan syariah telah berlipat menjadi lebih baik dari 300 bank, dengan perkiraan mengelola dana hingga US$ 1 trilyun, lima kali lipat dari lima tahun yang lalu (http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/ 11/13/aset-perbankan-syariah-indonesia-mencapai-rp-458-trilyun/).

Perbankan syariah di Indonesia sendiri muncul pada tanggal 1 Mei 1992 yaitu sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada awalnya bank yang meggunakan prinsip syariah masih belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Tetapi hingga saat ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga cukup menggembirakan. Perbankan syariah memasuki sepuluh tahun terakhir, pasca-perubahan UU Perbankan yang ditandai dengan terbitnya UU No. 10/1998, mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat. Perkembangan yang pesat itu terutama tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun pendiriaan Unit Usaha Syariah (UUS).

Setelah munculnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 memberikan hawa segar pertumbuhan Bank Umum Syariah di Indonesia, karena pada tahun 1999 muncullah Bank Syariah Mandiri yang mengikuti jejak Bank Muamalat bergerak di bisnis perbankan syariah. Sekitar 5 tahun setelah munculnya Bank Syariah Mandiri, kemudian berdirilah Bank Mega Syariah di tahun 2004 sebagai Bank Umum Syariah ketiga dengan tercatat UUS (Unit Usaha Syariah) menjadi 16 bank serta BPR Syariah


(19)

4

dengan 88 bank. Di akhir 2008 sudah terdapat 5 bank umum syariah (BUS) yaitu bertambahnya Bank Syariah BRI dan Bank Syariah Bukopin yang ikut meramaikan perbankan syariah, UUS mencapai 27 bank, dan BPR Syariah menjadi 131 bank. Sedangkan, tahun 2009 Bank Panin menjadi salah satu Bank Umum Syariah yang pada tahun tersebut tercatat ada 6 Bank Umum Syariah, dan meningkatnya UUS menjadi 25 bank serta 139 BPR Syariah. Bank BNI Syariah dan Bank BCA Syariah kemudian muncul juga sebagai Bank Umum Syariah di tahun 2010. Hingga Maret 2010 tercatat pada Bank Indonesia terdapat 8 Bank Umum Syariah, 25 Unit Usaha Syariah, dan 143 BPR Syariah.

Dilihat dari perkembangan asset yang di miliki oleh bank-bank syariah begitu menggembirakan. Dari surat kabar Kompas diketahui bahwa nilai aset industri perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini dikatakan bahwa berdasarkan Statistik Perbankan Syariah, sepanjang 5 tahun terakhir nilai aset perbankan syariah terus meningkat. Pada tahun 2005, nilai asetnya baru mencapai Rp 20,88 triliun, tahun 2006 menanjak hingga menjadi Rp 26,72 triliun, 2007 tambah lagi menjadi Rp 36,53 triliun, dan tahun 2008 naik menyentuh angka Rp 49,55 triliun. Pada tahun ini sudah tentu akan terjadi lonjakan. Sebab per November 2009 nilai aset perbankan syariah sudah mencapai Rp 61,35 triliun. Sementara itu terkaitan dengan pembiayaan tahun 2009 juga dipastikan naik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 pembiayaan perbankan syariah mencapai Rp 38,19 triliun, sedangkan per


(20)

5

November 2009 ini sudah melonjak ke angka Rp 45,72 triliun (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/06/22282721/November .2009..Aset.Bank.Syariah.Rp.61.35.T).

Menurut Bank Indonesia, perbankan Syariah memiliki keunggulan dibandingkan Bank Konvensional. Sistem Bank syariah yang terhindar dari riba, prosedur yang mudah dan cepat, fleksibel, syarat ringan, serta keuntungan tinggi. Berbagai keuntungan yang didapatkan dengan Bank syariah ini, diharapkan Bank Syariah dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai intermediary dengan baik dilihat dari kinerjanya.

Tantangan utama Bank Syariah adalah bagaimana menjalankan kegiatannya harus mewujudkan kepercayaan dari para stakeholder. Sudah menjadi rahasia umum bahwa, hanya bank-bank yang sanggup membangkitkan kepercayaan stakeholder mereka saja yang akan bisa tumbuh, berkembang dan mengukir sejarah baru. Bank tersebut akan mampu memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, menanamkan investasi, sekaligus memperluas kesempatan kerja, membantu pemerintah membiayai defisit anggaran untuk pembangunan dan lain-lain. Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana (shareholder dan deposan) serta stakeholder yang lain memiliki harapan, dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak diproyeksikan terpenuhi (Budi, 2009). Oleh sebab itu ekspektasi kepercayaan mereka harus dapat terpenuhi sesuai dengan dasar


(21)

6

kesadaran bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam.

Sesuai dengan UU pasal 21 tahun 2008, Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sehingga Perbankan syariah sendiri dalam hal ini tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat, yang merupakan implementasi peran bank syariah.

Tidak hanya itu, menurut Kusumo (2008) dengan semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan bank konvensional, akan membuat bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia. Sebagai wujud kepercayaan untuk menunjang tercapainya tujuan perbankan syariah serta memperluas pasar, Bank Syariah juga harus begitu tetap menjaga kesehatan banknya yang merupakan bukti kinerja yang baik oleh bank. Menurut Merkusiwati (2007), penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai serta dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Sehingga dalam kegiatannya yang perlu dilaksanakan prinsip


(22)

kehati-7

hatian, Bank Indonesia merasa perlu menerapkan aturan-aturan dan pengawasan perbankan nasional.

Pada tahun 2007 Bank Indonesia telah mengesahkan aturan sistem penilaian kesehatan khusus Bank Syariah. System tersebut telah tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 januari 2007. Tingkat kesehatan bank digunakan untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan pada prinsip syariah, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko. Dengan aturan-aturan tentang kesehatan bank, diharapkan perbankan selalu dalam kondisi sehat yang akhirnya tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan serta memiliki kinerja yang baik.

Berdasarkan latar belakang diatas penting untuk dilakukan penelitian tentang kinerja finansial dari bank syariah, karena dengan pencapaiannya diharapakan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas deposan serta investor terhadap bank syariah. Hal ini diharapakan dapat mengevaluasi kinerja profitabilitas bank syariah selama empat tahun terakhir. Dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2005 - 2008”.


(23)

8

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi kinerja profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 – 2008.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, apabila dikaitkan dengan kinerja profitabilitas perusahaan.

b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis dengan memberikan pengetahuan mengenai kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah.


(24)

9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pengelola Bank

Sebagai pertimbangan pengelola bank dalam mengambil keputusan perbaikan peningkatan kualitas pelayanan nasabah dan untuk menjaga kinerja bank.

b. Bagi Investor

Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan pertimbangan masyarakat / investor terhadap Bank Umum Syariah. c. Bagi Akademis

Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di dalam dunia perbankan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu 1. Merkusiwati (2007)

Judul : “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan” Perumusan Masalah :

1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 - 2001?

2. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998?

3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1999?

4. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2000?

5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2001?

Hasil Penelitian :

1. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 – 2000 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998 – 2001.


(26)

11  

2. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998.

3. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1999.

4. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2000.

5. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2001.

2. Yuliani (2007)

Judul : “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.

Perumusan Masalah : Bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia?

Hasil Penelitian :

Variabel MSDN, BOPO, CAR, dan LDR secara bersama-sama/simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA). Secara parsial variabel BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap


(27)

12  

ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

3. Kusumo (2008)

Judul : “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2002-2007)”

Perumusan Masalah : Apakah terdapat pengaruh penilaian berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 terhadap kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri pada Periode 2002-2007 ?

Hasil Penelitian :

Dari keseluruhan rasio keuangan yang terdiri dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Net Operating Margin (NOM), Short Term Mismatch (STM), dan Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar (MR); selama 6 (enam) Periode, pengamatan ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan BSM tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan industry keuangan. Serta BSM memiliki kemampuan keuangan yang memadai dalam mendukung rencana pengembangan usaha dan pengendalian risiko apabila terjadi perubahan yang signifikan pada industri perbankan.


(28)

13  

4. Setiawan (2009)

Judul : “Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”

Permasalahan :

1. Bagaimana Kesehatan Finansial dari Bank Umum Syariah di Indonesia?

2. Bagaimana Kesehatan Sosial dari Bank Umum Syariah di Indonesia ? Kesimpulan :

1. Secara keseluruhan dalam periode tahun 2003-2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dari BSM. Secara rata-rata dari periode tersebut tingkat kesehatan finansial BMI mendapatkan nilai kredit setelah pembobotan kumulatif sebesar 77,25. Nilai tersebut lebih tinggi 6,15 dari nilai kesehatan finansial BSM yang hanya sebesar 71,10. Tingkat kesehatan finansial BMI tersebut merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kualitas Aset 54,60; Rentabilitas 10,65; dan Likuiditas 12,00. Sedangkan nilai kumulatif bagi BSM berasal dari sumber Kualitas Aset sebesar 50,40; Rentabilitas 8,40; dan Likuiditas 12,30. Dari sini dapat dilihat bahwa BMI memiliki aspek Kualitas Aset dan Rentabilitas yang lebih baik dari BSM, masing-masing berpaut 4,20 dan 2,12. Sedangkan nilai skor Likuiditas BSM lebih baik berselisih 0,30 dari likuiditas BMI. Berdasarkan masing-masing tahun, nilai kesehatan finansial BSM tahun 2003 lebih baik bila dibandingkan dengan BMI. Tetapi, selebihnya semenjak tahun 2004 sampai dengan


(29)

14  

tahun 2007, kesehatan finansial BMI lebih baik dibandingkan dengan BSM. Tren selisih skornya juga semakin meningkat. Dimana tahun 2004 nilainya hanya berpaut 1,50, tahun 2005 meningkat menjadi 3,75, tahun 2005 semakin tinggi menjadi 10,75 dan tahun 2007 semakin lebar berselisih 16,25.

2. Tingkat kinerja sosial BSM dalam periode tahun 2003-2007 lebih baik dari BMI. Secara rata-rata dalam periode tersebut tingkat kinerja sosial BSM mendapatkan nilai kredit setelah pembobotan kumulatif sebesar 64,07. Nilai tersebut lebih tinggi 8,17 dari nilai kinerja sosial BMI yang hanya sebesar 55,89. Tingkat kinerja sosial BSM tersebut merupakan nilai kumulatif kontribusi dari aspek: Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE) sebesar 10,80; Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) sebesar 13,00; Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS) sebesar 13,60; Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) sebesar 13,60; dan Distribusi Pembangunan Ekonomi (DPE) bernilai 13,07. Sedangkan nilai kumulatif bagi BMI berasal dari sumber: KPE sebesar 14,40; KKM sebesar 10,40; KUS sebesar 13,76; PKSR sebesar 6,40; serta DPE senilai 10,93. Dari sini dapat dilihat bahwa 91 BSM memiliki aspek KKM, PKSR dan DPE yang lebih baik dari BMI, masing-masing berpaut 2,60, 7,20 dan 2,13. Sedangkan nilai skor KPE dan KUS BMI lebih baik senilai 3,60 dan 0,16 dari KPE dan KUS BSM. Berdasarkan masingmasing tahun, penelitian ini juga menemukan bahwa nilai kinerja sosial BMI lebih baik dari BSM hanya


(30)

15  

terjadi pada tahun 2004. Selebihnya semenjak tahun 2003, 2005 sampai dengan tahun 2007 kinerja sosial BSM lebih baik dibandingkan dengan BMI. Meski demikian trend kinerja sosial BMI terus meninggkat, dan selisih skornya juga semakin kecil. Dimana tahun 2003 nilainya berpaut sangat lebar 22,00, tetapi tahun 2004 BMI bisa meningkatkan kinerja sosialnya menjadi lebih baik dibanding BSM sehingga selisih berpaut 4,20. Tahun 2005 BSM mendapat skor lebih tinggi dengan selisih menjadi 8,80, dan tahun 2006 selisih semakin tinggi menjadi 10,40. Tetapi tahun 2007 karena kinerja sosial BSM turun dan kinerja sosial BMI meningkat maka selisihnya menyempit senilai 3,87.


(31)

16  

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang No Peneliti Judul Variabel (X) Variabel (Y)

1. Merkusiwati Evaluasi Pengaruh CAMEL

terhadap Kinerja Perusahaan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, CML, LDR Kinerja Perusahaan (ROA)

2. Yuliani Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang GoPublik di Bursa Efek Jakarta

MSDN, BOPO, CAR, LDR Kinerja Profitabilitas (ROA) 3. Kusumo Analisis Kinerja Keuangan

Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007) KPMM (CAR), APYD, NOM, STM, MR Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 4. Setiawan Kesehatan Finansial dan

Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia

APYD, NPF, NOM, REO, DP, ROE, idFR, STM, STMP, RAPB, MMR, AR, KPJP, PFA, KKM, ZR, RFS, CSR, KSM, KM, KI, KPW, KPP, P4, R&D, PDAN, PDIN, KPLJ Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia

5. Vesadianti Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 - 2008

CAR, APYD, NOM, LDR Kinerja Profitabilitas (ROA)


(32)

17  

Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank

Pengertian bank yang diatur dalam pasal 1 UU Nomor 7/1992 menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank merupakan lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Peran intermediasi keuangan yang dijalankan bank berkaitan dengan penyaluran dana (Abdullah, 2004:17). Financial intermediary artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikatakan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama (Muhammad, 2004:1).

Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain memindahkan uang; menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening Koran; mendiskonto surat wesel,surat order maupun surat berharga lainnya; membeli dan menjual surat-surat berharga; serta memberi jaminan bank (Muhammad, 2004:1)


(33)

18  

2.2.2. Pengertian Bank Syariah

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan, Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Undang-undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008). Kegiatan usahanya hampir sama dengan bank konvensional, hanya berbeda dasar yang melandasinya yakni Prinsip Syariah.

Bank Syariah beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Sehingga Bank Syariah adalah lembaga keungan usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uanga yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam (Muhammad, 2004:1).

2.2.3. Tujuan Bank Syariah

Tujuan didirikannya Bank Syariah menurut Sumitro (2004:17) adalah : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara

islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agarterhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsure gharar (tipuan), di


(34)

19  

mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga teah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 2. Untuk memnciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat,dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).

4. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank Islam di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas Bank Islalm yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya bank


(35)

20  

dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terehadap bank

non-Islam (konvensional) yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga umat islamntidak bisa melaksanakanajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.

2.2.4. Dasar Hukum

Ketentuan BI tentang Bank Umum Syariah :

- SK Dir BI No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

- SE BI No.9/24/DPbs tanggal 30 Oktober 2007 tentang Semua Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah :

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/1/PBI/2007 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.


(36)

21  

Penilaian mencakup terhadap faktor-faktor sebagai berikut: a. permodalan (capital);

b. kualitas asset (asset quality); c. manajemen (management); d. rentabilitas (earning); e. likuiditas (liquidity);

f. sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).

2.2.5. Laporan Keuangan

2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2006:4).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan


(37)

22  

tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (2007:3) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan (SAK, 2007:5).

2.2.5.2. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh pemakainya untuk memprediksi perusahaan.

Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (2007:2), para pemakai dari laporan keuangan meliputi:


(38)

23  

1. Investor

Penanam Modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memugkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskakn apakah jumlah yang tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih


(39)

24  

pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistic lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembanagn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.


(40)

25  

2.2.5.3. Laporan Keuangan Syariah

Laporan keuangan dalam bank syariah diharapkan dapat menunjukkan gambaran tentang baik buruknya suatu bank syariah dapat dikenali melalui kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna) laporan keuangan syariah ini, meliputi (Muhammad, 2004:138) :

1. Shahibul maal/ pemilik dana;

2. Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana; 3. Pembayar zakat, infak, dan shadaqah;

4. Pemegang saham; 5. Otoritas pengawasan; 6. Bank Indonesia; 7. Pemerintah;

8. Lembaga penjamin simpanan; dan 9. Masyarakat


(41)

26  

2.2.5.4. Manfaat Laporan Keuangan Bank Syariah

Di dalam Laporan Keuangan akan memberikan informasi menyangkut kinerja yang bermanfaat. Informasi tersebut meliputi (Muhammad, 2004:139) :

1. Untuk pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan

2. Untuk menilai prospek arus kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas di masa datang

3. Mengenai sumber daya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat memengaruhi perubahan sumber daya tersebut

4. Mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, termasuk pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya

5. Untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi terikat

6. Mengenai pemenuhan fungsi social bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.


(42)

27  

2.2.5.5. Komponen Laporan Keuangan Syariah

Secara umum, laporan keungan untuk bank syariah dijelaskan sebagai berikut (Muhammad, 2005: 235-236):

1. Laporan Keuangan menggambarkan fungsi untuk bank islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank islam itu dari masalah investasinya apakah ekonomi atau sosial. Mekanisme investasi yang digunakan terbatas hanya kepada beberapa cara yang diperbolehkan syariah. Karenanya, laporan keuangan meliputi:

a. Laporan posisi keuangan b. Laporan laba rugi

c. Laporan arus kas

d. Laporan laba ditahan atau laporan perubahan pada saham pemilik

2. Sebuah laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi terbatas, yang dikelola oleh bank islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan. Laporan semacam ini akan dirujuk sebagai Laporan Perubahan dalam Investasi Terbatas.


(43)

28  

3. Laporan keuangan yang menggambarkan peran bank islam sebagai fiduciary dari dana yang tersedia untuk jasa social ketika jas asemacam itu diberikan melalui dana terpisah.

a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial. b. Laporan sumber dan penggunaan dana qardh.

2.2.5.6. Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Penyajian Laporan Keuangan meliputi (Muhammad, 2004: 141) :

1. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan; kinerja keuangan; perubahan akuitas; arus kas; perubahan investasi terikat; sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah; sumber dan penggunaan dana qardhul hasan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Aktiva disajikan berdasarkan karateristiknya menurut urutan likuiditas, kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak terikat disajikan dalam unsur terendiri.

3. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa


(44)

29  

termasuk pihak-pihak yang terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.

5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap pos dalamkomponen laporan keuangan harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan, yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap laporan keuangan pokok, sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak akan menyesatkan pembaca. Informasi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai:

1) Gambaran umum bank syariah;

2) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

3) Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen laporan keuangan; dan

4) Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan


(45)

30  

Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase.

6. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Perubahan estimasi akuntansi

Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi yang mendasarinya. Selain itu juga wajib diungkapkan pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun periode-periode berikutnya.

2) Perubahan kebijakan akuntansi

a) Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila

(1) Terdapat peraturan perundangan atau standar akuntansi yang berbeda penerapannya; atau

(2) Diperkirakan babhwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan.

b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian.

c) Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya atau memngikuti ketentuan


(46)

31  

dalam PSAK yang berlaku apabila terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada standar akuntansi keuangan baru. 3) Terdapat kesalahan mendasar

Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dalam melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian. 7. Pada setiap lembar neraca; laporan laba rugi; laporan perubahan

ekuitas; laporan arus kas; laporan perubahan investasi terikat; laporan sumber dan penggunaan zakat, infaq dan shadaqah; laporan sumber dan penghasilan dana qardhul hasan harus diberi pernyataan “catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.

8. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi bank yang telah go public wajib pula mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.

2.2.5.7. Keterbatasan Laporan Keuangan

Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain (Muhammad, 2004:144):


(47)

32  

1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.

2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidakdapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.

3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila tetrdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi

sesuai substansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

5. Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 7. Hanya melaporkan informasi yang material.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar bank.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.


(48)

33  

2.2.6. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk mmenghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini mengurangi ketidakpastian analisis bisnis dengan tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis (Wild, 2005:3-4).

Kegiatan analisis laporan keuangan ini sangat berguna sebagai informasi. Tujuan laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) dalam buku Harahap (1998:19) adalah sebagai berikut :

1. Screening

Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. 3. Forcasting

Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.


(49)

34  

4. Diagnosis

Analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

5. Evaluation

Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Dengan kata lain, kegiatan analisa laporan keuangan akan dapat memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan terlihat dari tiap laporan keuangan yang merupakan kumpulan pencatatan aktifitas perusahaan dalam melaksanakan usahanya.

2.2.7. Analisa Rasio Keuangan

Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Menurut Riyanto (2001:329), Rasio Keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.

Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik analisa lainnya. Keunggulan (Harahap, 1998:298) tersebut adalah :


(50)

35  

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah (Harahap, 1998:298-299):

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(51)

36  

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.8. Kinerja Perusahaan

2.2.8.1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya (Kasmir, 2000:259). Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data non keuangan lain.

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000:415). Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan


(52)

37  

digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993)

Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (perfomance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Machfoedz (1999) dalam jurnal Merkusiwati (2007), bahwa kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Mahfoedz (1999) juga menerangkan bahwa kinerja keuangan perusahaan diukur dengan efisiensinya diproksikan dengan beberapa keuangan.

2.2.8.2. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.


(53)

38  

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2.8.3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: (Mulyadi, 2001:434-435) a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)

Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.

b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)

Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pemgukuran kinerja. Tujuan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.

c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)

Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam pengukuran kinerja.


(54)

39  

Kinerja suatu bank, biasanya tercermin dalam laporan keuangannya. Untuk menganalisisnya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio Keuangan. Macam Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Muhammad, 2005:258)

1) Rasio Likuiditas

Adalah untuk ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.

2) Rasio Aktivitas

Adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.

3) Rasio Biaya

Adalah menunjukkan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rasio biaya atau BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional).


(55)

40  

4) Rasio Profitabilitas

Adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Rasio Profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin ,dan Return on Assets.

2.2.8.4. Kinerja Profitabilitas (ROA)

Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis kinerja profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan Rasio Profitabilitas berupa Return on Assets (ROA).

Pengembalian atas Aktiva (Return on Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi overal (Kasmir, 2000:281). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki (Yuliani, 2007). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan (Hanafi dan Halim, 2000:85). ROA yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari distribusi bagi hasil. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti kinerja profitabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya maka perusahaan akan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti mengalami penurunan tingkat laba. Begitu pula pendapat Yuliani (2007),


(56)

41  

Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut :

Laba bersih sebelum pajak ROA =

Total aktiva X 100%

2.2.9. Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22). Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank (Muhammad, 2004:154). Pentingnya tingkat kesehatan ini untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka akan


(57)

42  

dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya.

Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar dan melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja (2004:34), pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat mengendalikan risiko yang timbul dan kegiatan bank, sehingga bisa diharapkan terwujudnya bank yang aman dan sehat, serta mendukung terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap sehat atau tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity.

Pada tanggal 12 April 2004 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang merupakan penyempurnaan dari sistem penilaian sebelumnya. Selanjutnya untuk mengakomodasi perbedaan operasional dari bank syariah, untuk menilai kesehatan bank syariah BI mengeluarkan ketentuan baru. Metode penilaian baru tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Untuk menganalisa kesehatan finansial bank syariah, variabel operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat


(58)

43  

kesehatan untuk bank syariah. Metode ini ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat Kesehatan Bank Syariah dalam PBI adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau UUS melalui: (1) Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity); dan (2) Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen (management).

Komponen-komponen CAMEL sebagai variabel pengukur kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut :

1. Permodalan (capital)

Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya (Merkusiwati, 2007).

Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut: Modal

CAR =


(59)

44  

2. Kualitas Asset (asset quality)

Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk memastikan kualitas asset yang dimiliki bank dan nilai real dari asset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank (Gandapraja, 2004:34).

Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut:

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD =

Aktiva Produktif 3. Manajemen (management)

Untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen risiko. Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari pertahanan atas risiko (Gandapraja, 2004:34).

Penilaian manajemen mencakup dua komponen, yaitu (Muhammad, 2004:164) :

a. Manajemen umum, dimana manajemen umum ini meliputi : strategis/sarana,struktur, system, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya kerja. Dimana aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat kesehatan bank dalam operasionalnya.


(60)

45  

b. Manajemen Risiko, meliputi Resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko pemilik dan pengurus. Resiko tersebut merupakan suatu kendala yang apabila tidak diperhatikan dan tidak dikendalikan akan mempengaruhi kesehatan bank.

Dalam mendapatkan nilai faktor manajemen ini adalah dengan cara mengukur kemampuan keseluruhan manajemen bank melalui pemberian pertanyaan dan dari pertanyaan tersebut akan dinilai sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Untuk pemberian pertanyaan tersebut dipercayakan oleh Bank Indonesia. Sehingga dalam analisis ini aspek manajemen tidak ikut dihitung.

4. Rentabilitas (earnings)

Rentabilitas ini digunakan untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank (Gandapraja, 2004:35).

Rasio Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus berikut: (PO – DBH) – BO

NOM =

Rata-rata AP X 100%

Dimana:  

NOM : Net Operating Margin   PO : Pendapatan Operasional   DBH : Distribusi Bagi Hasi   BO : Biaya Operasional  


(61)

46  

5. Likuiditas (liquidity)

Likuiditas adalah mengelola bagaimana bank dapat memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan (Muhammad, 2004:64).

Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan rumus berikut: Kredit yang dibebankan

LDR =

Dana Pihak Ketiga

2.3. Pengaruh Rasio CAMEL dengan Kinerja Profitabilitas

Investor merupakan hal yang terpenting sebagai fungsi pemberian dana kepada perusahaan. Tetapi para investor akan mengambil keputusan tertentu untuk berinvestasi dengan pertimbangan–pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang mungkin diambil investor adalah mengenai kondisi kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat diukur melalui tingkat profitabilitas untuk menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Menurut Kasmir (2000:259), kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Menurut Merkusiwati (2007), laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan akuntansi menempati posisi dominan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Kinerja yang berkaitan dengan laba


(62)

47  

perusahaan atau profitabilitas dapat dinilai dengan rasio ROA (Return On Asset).

Sedangkan CAMEL merupakan salah satu teknik analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank menggunakan rasio. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22). Dengan tingkat kesehatan bank dapat diketahui seberapa baik atau buruknya kinerja bank.

Kinerja profitabilitas yang dapat dihitung dengan rasio ROA ini menurut Yuliani (2007), Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Maka Bank dapat dikatakan sehat apabila tingkat profitabilitasnya tidak mengalami penurunan dan berangsur meningkat karena dengan itu dapat menandakan bahwa usaha operasional bank berjalan baik.

Dengan kata lain, ketika kinerja bank itu baik maka tingkat kesehatan bank tersebut akan ikut mengartikan keadaan yang sehat. Sehingga Bank yang memiliki kinerja dengan tingkat kesehatan yang baik akan mampu melakukan kegiatan operasional hingga memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, dan investor menanamkan investasi.


(63)

48  

Dalam melihat kesehatan bank untuk menilai kinerjanya ada beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan rasio tingkat kesehatan atau rasio CAMEL. Dalam penelitian ini menggunakan rasio CAEL, dimana terdiri dari Capital, Asset Quality, Earning, dan Liquidity.

Capital dihitung dengan ukuran CAR merupakan alat untuk mengukur permodalan. Permodalan dilihat dari bagaimana perusahaan untuk menghasilkan sumber dana. Menurut kasmir (2000:45), sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian perolehan dana tersebut untuk membiayai operasinya. Sehingga Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula laba yang akan diterima perusahaan sehingga berpengaruh terhadap Pengembalian atas Aktiva (ROA) dalam kemampuan memperoleh laba. Bank dengan CAR tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko apabila bank tersebut dilikuidasi. Dengan kondisi modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya yang banyak pula yang nantinya akan meningkatkan keuntungan bank sebagai tujuan dari perusahaan. 

Asset Quality atau kualitas aset diukur dengan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD). Rasio APYD digunakan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal (Kusumo, 2008). Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva


(64)

49  

produktif. Menurut Setiawan (2009), APYD sendiri adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang dihitung khusus, sedangkan Aktiva Produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing yang menghasilkan keuntungan. Setiawan (2009) juga mengatakan bahwa semakin tinggi rasio ini semakin baik kualitas aktiva produktif bank syariah. Apabila kualitas aset produktif baik maka akan akan dapat menekan APYD serta akan memperbesar produktivitas operasi yang artinya akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah. Laba yang bertambah juga akan mempengaruhi pengembalian aset yang baik yang artinya kinerja profitabilitaspun tinggi.

Earning atau profitabilitas bank syariah dengan rasio utama NOM untuk mewakili kesehatan bank menurut SEBI No.9/24/DPbS. Menurut Budi (2009) NOM digunakan untuk dapat mengetahui kemampuan aktiva produktif bank syariah dalam menghasilkan laba. Secara otomatis, semakin tinggi rasio NOM ini memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) dalam usaha operasi banknya. Tingkat NOM yang tinggi akan membuat Return On Asset yang tinggi pula. Rasio NOM dan ROA ini hampir sama karena sama-sama sebagai rasio yang dapat menjelaskan tingkat kinerja kesehatan profitabilitas bank. Pembedanya hanya pada besarnya kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba pada rasio NOM dan kemampuan semua aktiva baik produktif maupun tidak produktif dalam menghasilkan laba.


(65)

50  

Liquidity dihitung dengan rasio LDR sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (dendawijaya, 2005:116). Dengan rendahnya kemampuan likuiditas bank maka akan berdampak pada turunnya kepercayaan konsumen atau nasabah pada perusahaan bank tersebut, yang akihrnya dana yang diserap dari masyarakat akan berkurang. Dana yang berkurang dapat membuat perusahaan dalam membiayai produk jasa akan terganggu sehingga secara otomatis keuntungan (profitabilitas) bank akan berkurang. Dengan laba yang berkurang maka dapat diprediksikan Return On Asset akan mengalami penurunan. Sebaliknya LDR yang rendah menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Kemudian dari aspek profitabilitas, LDR yang tinggi akan membawa perusahaan ke tingkat profitabilitas tinggi. LDR yang tinggi, berarti bank tersebut telah menjalankan fungsinya dengan maksimal yaitu menyalurkan dananya kepada masyarakat. Maka dengan keadaan LDR yang tinggi, tingkat profitabilitas bank juga akan baik, yang dapat menggambarkan tingginya keuntungan yang diperoleh bank tersebut. Maka hal tersebut yang akan mempengaruhi Return On Asset perusahaan.


(66)

51  

2.4. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Analisis Regresi Berganda Keterangan :

CAR = Capital Adequacy Ratio

APYD = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan NOM = Net Operating Margin

LDR = Loan to Deposit Ratio ROA = Return On Assets

CAR (X1) APYD (X2) NOM (X3) LDR (X4)

Kinerja Profitabilitas (ROA)

(Y)

2.5. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan tujuan teori dan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan adalah :

Diduga variabel-variabel CAMEL, yang terdiri dari CAR, APYD, NOM, dan LDR berpengaruh terhadap kinerja profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. 


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ROA (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah CAR (X1), APYD (X2), NOM

(X3), dan LDR (X4). Definisi operasional dan variabel-variabel tersebut

adalah :

1. Variabel Bebas (X), meliputi :

a. Capital Adequacy Ratio (X1)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang menggunakan risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (Dendawijaya, 2005:121). Diukur dengan skala rasio dengan satuan prosentase.


(68)

53

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai CAR adalah sebagai berikut :

CAR = Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) X 100%

b. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (X2)

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal (Kusumo, 2008:112). Budi (2009) menjelaskan bahwa, APYD sendiri adalah aktiva produktif yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang dihitung khusus. Sedangkan aktiva produktif adalah penanaman dana dalam rupiah maupun valuta asing yang menghasilkan keuntungan (return). Diukur dengan skala rasio dengan satuan prosentase.


(69)

54

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai APYD adalah sebagai berikut :

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD =

Aktiva Produktif X 100%

c. Net Operating Margin (X3)

Untuk menghitung rentabilitas bagi bank syariah, Net Operating Margin (NOM) merupakan rasio utama. Melalui hasil penghitungan rasio ini diharapkan dapat diketahui kemampuan aktiva produktif bank syariah dalam menghasilkan laba. Nilai NOM dihasilkan dari membagi laba operasional dengan aktiva produktif dengan tujuan mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba (Budi:2009). Diukur dengan skala rasio dengan satuan prosentase.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

(PO – DBH) – BO NOM =

Rata-rata AP X 100%

Dimana:  

NOM : Net Operating Margin  

PO : Pendapatan Operasional   DBH : Distribusi Bagi Hasi   BO : Biaya Operasional  


(70)

55

d. Loan to Deposit Ratio (X4)

Rasio ini Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan. LDR juga menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:116). Diukur dengan skala rasio dengan satuan prosentase.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai LDR adalah sebagai berikut :

Kredit yang dibebankan LDR =

Dana Pihak Ketiga

2. Variabel Terikat (Y) adalah Kinerja Keuangan (Return On Asset)

Proksi Kinerja keuangan bank yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan besarnya Return On Assets (ROA). Return On Asset

adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktivias bank dalam


(71)

56

mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan (Muhammad, 2004:146). Diukur dengan skala rasio dengan satuan prosentase.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai ROA adalah sebagai berikut :

Laba bersih sebelum pajak ROA =

Total aktiva X 100%

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subjek / objek yang memiliki ciri-ciri atau karateristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang terdapat dalam direktori Bank Indonesia. Jumlah Bank Umum Syariah hingga September 2009 terdapat 5 bank. Yang terdiri dari: Tabel 3.1 : Tahun Beroperasi Lima Bank Umum Syariah di Indonesia

No. Nama Bank Tahun Beroperasi

1. Bank Muamalat 1992

2. Bank Syariah Mandiri 1999

3. Bank Mega Syariah 2004

4. Bank Syariah BRI 2008

5. Bank Syariah Bukopin 2008

6. Bank Panin Syariah 2009

7. Bank BNI Syariah 2010

8. Bank BCA Syariah 2010


(1)

  98   4. Dalam rasio yang mewakili Likuiditas tidak dapat menggunakan rasio utama STM (Short Term Mismatch) menurut SEBI No.9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007, karena ketidaktersedian data Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan yang dibutuhkan untuk menghitung rasio tersebut. Rasio STM (Short Term Mismatch) membandingkan Aktiva jangka pendek terhadap Kewajiban jangka pendek, membutuhkan data aktiva dan kewajiban jangka pendek likuid selama 3 bulan yang hanya dapat dilihat dari Catatan atas Laporan Keuangan dari objek penelitian Bank Umum Syariah.


(2)

   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara Rasio CAMEL yang terdiri dari Capital Adequancy Ratio (CAR), Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD), Net Operating Margin (NOM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Kinerja Profitabilitas Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah periode 2005-2008. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian secara simultan variabel Capital Adequancy

Ratio (CAR), Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD), Net Operating Margin (NOM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terjadi pengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Profitabilitas Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah periode 2005-2008.

2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel

Capital adequancy Ratio (CAR), Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Profitabilitas Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005-2008.


(3)

100  

3. Net Operating Margin (NOM) berpengaruh signifikan secara parsial

terhadap Kinerja Profitabilitas Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah periode 2005-2008. Sehingga dalam penelitian ini, Rasio NOM yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Profitabilitas Return On Asset (ROA).

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagi pengelola bank; agar dapat menjaga dan mengembangkan

kinerjanya terutama kinerja profitabilitasnya dengan memperhatikan aspek CAMEL sebagai alat ukur kesehatan bank, sehingga bank terutama bank umum syariah dapat memberikan kepercayaan kepada nasabah atau pelanggannya sesuai dengan prinsip syariah.

2. Bagi investor; tingkat profitabilitas (ROA) dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan pada perusahaan tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya; apabila akan melakukan penelitian lebih

lanjut tentang tema yang sejenis sebaiknya penelitiannya menggunakan data primer selain itu juga perlu menambah jumlah sampel penelitian, menambah periode pengamatan, dan menambah variabel lain yang belum diteliti.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, FE UPN “Veteran” Jawa Timur.

_______, 2007, Peraturan Bank Indonesia No:9/1/PBI/2007, Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

_______, 2008, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21, Tentang Perbankan Syariah.

_______, 2010, Perbankan Syariah, http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan syariah#Sejarah, diakses tanggal 18 Januari 2010.

Abdullah, M. Faisal, 2004, Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank, UMM Press.

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005, “Analisa Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Perioda 2000–2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2. Bank Indonesia, 2010, Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah,

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publikasi+B ank/Bank/Bank+Umum+Syariah/, diakses tanggal 20 Januari 2010. Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor. Fransiska Firlana, 2010, November 2009, Aset Bank Syariah Rp 61,35 T,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/06/22282721/Novemb er.2009..Aset.Bank.Syariah.Rp.61.35.T, diakses tanggal 18 Januari 2010.

Gandapraja, Permadi, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.


(5)

Hanafi, Mamduh M., 2005, Analiis Laporan Keuangan, Unit Penerbit dan Percetakan AMP-YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 1998, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007, Salemba Empat, Jakarta.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kusomo, Yunanto Adi, 2008, “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007)”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol II, No.1.

Lestari, Affinita Dwiana, 2008, CAEL Sebagai Alat Penentu Kesehatan Bank Syariah di Indonesia: Skripsi Akademik FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, 2007, “Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan”, Buletin Studi Ekonomi, Volume 12 Nomor 1. Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonosia, Yogyakarta. Muhammad, 2005, Akuntansi Syariah, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, UPP STIE – YKPN, Yogyakarta..

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE- Yogyakarta, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametik, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Setiawan, Azis Budi, 2009, “Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia”, Peserta Program Magister Bisnis Keuangan Islam Universitas Paramadina dan Staf Pengajar SEBI School of Islamic Economics (STEI SEBI).


(6)

Sumitro, Warkum, 2004, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Rajawali Pers, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Supomo, Bambang dan Nur Indriantoro, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Susilo, Sri Y., 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat. Jakarta. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1995, Manajemen Keuangan,

Erlangga, Jakarta.

Wild, John J., 2005, Analisa Laporan Keuangan jilid 1, Salemba Empat. Jakarta. Yuliani, 2007, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas

Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.5 No 10.

Yualiadi, Rachmad, 2009, Aset Perbankan Syariah Indonesia Mencapai Rp 45,8 Trilyun, http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/11/13/aset-perbankan-syariah-indonesia-mencapai-rp-458-trilyun/, diakses tanggal 20 Januari 2010.