23
saja, biayanya akan sangat mahal Riyanto, 2001 : 293. Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber
dana tersebut.
2.2.2.3.Pengukuran Struktur Modal
Struktur modal dapat diukur dengan berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh beberapa para ahli. Menurut Riyanto 2001 : 22
stuktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Sedangkan menurut Weston dan Copeland 1992 : 3, struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Dan menurut Kartadinata 1993 : 4 , pengertian struktur modal
adalah susunan atau perbandingan antara pinjaman jangka panjang dan modal sendiri. Sesuai dengan definisi yang diuraikan diatas, maka
pengukuran struktur modal pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rasio antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.
rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal dinamakan long term to equity.
2.2.3. Kepemilikan Saham Manajerial
Dari sudut pandang manajemen keuangan, salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
24
atau stockholder. Tujuan tersebut seringkali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para
profesional yang disebut sebagai manajer, karena para pemilik modal memiliki banyak keterbatasan. Para manajer diharapkan akan melakukan
tindakan yang terbaik bagi perusahaan dengan memaksimumkan nilai perusahaan, sehingga kemakmuran pemegang saham dapat tercapai
Jensen dan Meckling, 1976 dalam Erna, 2000 : 111. Kepemilikan saham perusahaan oleh managerial merupakan alat
monitoring internal yang penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan manajemen. Weston dan Copeland 1992:17-23
menyatakan bahwa potensi munculnya konflik dalam hubungan agensi sangat besar, yaitu ketika manajemen perusahaan memiliki kurang dari
100 saham biasa milik perusahaan maka potensi konflik itupun muncul. Konflik terjadi karena adanya keinginan agen untuk mendapatkan gaji
yang tinggi atau mendapatkan fasilitas tertentu yang sama dengan milik principal demi kenyamanan pribadinya.
Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan, menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam Erna, 2000 :
111 akan memunculkan perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham sangat mungkin terjadi, karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam
pengambilan keputusan bisnis. Begitu pula jika mereka tidak dapat
25
meningkatkan nilai perusahaan, risiko sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Karena tidak menanggung risiko dan tidak mendapat tekanan dari
pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal.
Variabel ini merupakan prosentase saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris Erna, 2000 : 117, dengan persamaan rumus
sebagai berikut : INS =
saham Total
direktur dan
komisaris dimiliki
saham Jumlah
Menurut pendapat Jensen dan Meckling 1976 dalam Erna Susilawati 2000 : 114 menyatakan bahwa bila jumlah saham yang
dimiliki insider meningkat, maka mereka akan bertindak dengan lebih hati-hati karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi dari tindakan
yang mereka lakukan.
2.2.4. Ukuran Perusahaan