Harga Diri Bangsa 51
Banyak cerpen yang ditulis oleh pengarang dan dikumpulkan menjadi
satu buku yang disebut dengan antologi cerpen atau buku kumpulan
cerpen. Antologi cerpen atau buku kumpulan cerpen memuat beberapa
cerpen yang dikumpulkan menjadi satu jilid buku. Antologi cerpen dapat
berupa kumpulan cerpen dari satu penulis saja atau dari beberapa
penulis yang dikumpulkan menjadi satu buku.
Unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen terdiri atas tema, tokoh,
penokohan, latar, alur, serta pesan atau amanat. Unsur-unsur itu
terdapat dalam cerita itu sendiri. Unsur-unsur cerpen dapat ditemukan
setelah membaca cerpen secara keseleruhan. Dengan menemukan
unsur-unsur intrinsik dalam cerpen maka isi cerpen dapat dipahami
dengan baik.
1. Menemukan Tema, Latar, dan Penokohan dalam
Cerpen
Bacalah cerpen berikut ini
Harga Diri
Sebetulnya saya ini orangnya memang melarat. Buktinya sudah hampir sepuluh tahun saya merancama Merantau Cari Makan di Jakarta, sebuah
rumah yang wajar saja belum punya. Palagi rumah ukuran real estate itu. Kalau dulu presiden kita pernah mengumumkan, bahwa tiga dari sepuluh
penduduk RI berada di bawah garis kemiskinan, terus terang saja, terus terang saja saya termasuk golongan ’tiganya’-nya itu.
Sungguhpun demikian saya masih merasa bahagia dan lebih kaya dibandingkan dengan saudara-saudara saya yang tidur di kolong jembatan
atau emper toko. Sebab sampai hari ini saya belum pernah merasakan apa itu lapar. Maklum jelek-jelek orang tua saya lelaki masih ada jaminan hari tunya
dari departemen tempat beliau mengabdi selama tiga puluh tahun. Coba bandingkan dengan saudara-saudara saya yang diseret nasib tidur
bergelandangan dari emper ke emper. Jagankan kelaparan, puasa tiga hari nonstop pun telah menjadi acara rutin bagi mereka.
Para penulis cerpen yang sudah menulis kumpulan
cerpen: M. Kasim, Nugroho Noto Susanto, Idrus, Ajip
Rosidi, Satya Graha Hoerip, Trisno Yuwono, Suwardi
Idris, A.A. Navis, Bur Rasuanto, Bastari Asnin,
Subagio Sastro Wardoyo, Riyono Pratiko, Umar Kayam,
Toha Mochtar, Danarto, Seno Gumiro Adji Darma, Gerson
Poyk, Budi Darma, N.H. Dini, Ahmad Tohari, Budi Darma,
Jenar Maesa Ayu, dan lain- lain.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran Bahasa Indonesia SMPMTs IX 52
Suatu sore pernah saya kedatangan tamu yang tak diundang. Waktu itu saya sedang duduk rileks di beranda rumah, sambil makan roti tawar. Tiba-tiba
seorang pengemis lelaki menyodorkan telapak tangannya pada saya. Orangnya kurus kering. Pakaian dekil dan bertambal san-sini. “Sedekah Tuan. Kasihanilah
orang tak punya.” Demikian sang pengemis melontarkan premis pada saya.
Mungkin karena saya masih diam dan bermuka tak damai, kembali si pengemis dengan mimik yang meyakinkan menadahkan tangan.
“Tolonglah beri makan sedikit saja Tuan. Dari kemarin saya belum makan, Lapar Tuan…”
Terdorong oleh perasaan kemanusiaan yang sama-sama punya hak atas hasil bumi nusantaraini, saya berdiri. Lalu sepotong roti tawar saya comot
dari piring. Lantas roti itu saya lemparkan kepadanya. Pas jatuh di lantai dekat kakinya.
Saya kira ia akan cepat-cepat menerkam roti itu dan dengan rakusnya melumatnya habis. Sebab , ia lapar bukan? Eh, tau-taunya si pengemis ini
tertegun. Matanya yang tadi sayu melebihi mata seorang morphinis, kini menatap saya tajam. Sambil menyeka keringat kelaparan yang melelh di
keningnya, pengemis itu berkata dengan sopan kepada saya.
“Maaf, Tuan saya memang lapar… Tetapi cara Tuan memberi saya tadi mengakibatkan saya kenyang. Terima kasih, Tuan” Kemudian ia berlalu.
Sempat saya lihat Bapak pengemis yang berusia empat puluh tahunan ini berlinang air mata.
Entah berapa lama saya tertegun. – kehilangan sukma – setelah kepergian pengemis itu, saya tidak begitu tahu. Yang jelas apa yang barusan terjadi
akibat kekasaran saya cukup berkesan. Saya terpukul. Saya jadi malu pada diri sendiri. Baru GNP 240 soknya
bukan main. Entah mengapa, tiba-tiba mata saya berkaca-kaca. Saya sungguh menyesal. Beribu sesalan mengalir pada waktu itu.
Sadarlah saya. Segembel-gembelnya seorang gelandangan, toh masih kenal hidup bukanlah kebun binatang. Pengemis tadi meskipun lapar,
meskipun ia miskin dari saya, ternyata ia masih punya harga diri. Suatu hal yang tadinya saya abaikan.
Mengingat itu, saat itu juga saya meratap menyesali diri. Memang saya ini manusia tak beradab. Sia-sialah tiap hari saya mengenakan pakaian rapi
dan sesekali pakai dasi ke pesta kawan, ternyata saya ini melebihi kasarnya manusia-manusia zaman purba. Lebih biadab rrasanya dibandingkan dengan
nenek moyang saya yang berasal dari Hindia Belakang.
Dalam hal yang sama tetapi versi lain, saya menemui lagi persoalan harga diri. Seperti yang anda ketahui juga agaknya, saya ini orangnya sangat
suka bertualang. Sebab – terus terang saja – dalam usia semuda ini suratan nasib telah menyeret saya untuk jadi seorang pelaut. Yakni suatu dunia yang
penuh dengan pelbagai penglaman hidup aneh-aneh.
Waktu itu, kapal kami sedang sandar discharge di dermaga Napoli, Italia. Sebagai anak muda yang cenderung tertarik pada dunia tulis menulis
ketyimbang dunia laut dalam sebuah bar terlibat dengan seorang pelaut kebangsaan Spanyol.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Harga Diri Bangsa 53
“Are you an Indonesia?” tanya si bule yang memperkenalkan dirinya dengan nama Loudwgig Michael itu.
“Yes. What do you want?” balas saya dalam bahasa Inggris pasaran. “Oh no. Saya cuma ingin tahu saja. Saya sering mendengar nama negeri
Anda, tetapi saya tidak tahu di mana letaknya entah di mana.” Demikian si Loudwig dalam bahasa Inggris bertanya lugu. Tampak sekali ia bertanya ini
benar-benar seperti orang tidak tahu. Mulanya saya merasa gembira, karena cita-cita saya untuk menjadi durta
bangsa di negeri orang terlaksana. Karena kebodohan Spanyol ini mau tak mau saya harus memberi ia penjelasan. Tetapi, di segi lain batin saya menjerit.
Di abad kedua puluh ini masih juga ada manusia yang tak kenal negeri saya? Indonesia nan kaya raya? Bener-bener keterlaluan
Kemudian berceritalah saya kepadanya. Bahwa Indonesia itu adalah sebuah negara yang paling besar di Asia Tenggara. Dalam soal jumlah
penduduk, nomor lima di dunia. Dan dengan tegas saya tandaskan , bahwa Indonesia bukanlah sebesar Bali sebagaimana yang ia sangka. Tapi kalau
Bali adalah bagian kecil dari Indonesia, itu memang benar. Begitu saya menjelaskan berapi-api padanya.
Apakah ia mengerti atau tidak dengan penerangan saya dalam bahasa Inggris asal jadi ini, saya tidak begitu tahu. Yang jelas kelihatan si Loudwig
kelihatan mengangguk-angguk. Sedangkan mengangguk itu kata orang adalah pertanda paham.
“Kamu bilang negara kamu kaya?”katanya lagi”Anehnya kok masih saja meminta dari negara lain. Why?”
“Stop” bentak saya tersinggung. Walau bagaimana pun melaratnya saya hidup di Jakarta, kalau bangsa asing telah mulai menyebut negara saya
peminta-minta, demi Tuhan, mati pun saya mau duel dengannya. “Kamu jangan beranggapan demikian Loudwig,” kata saya sambil membelalakkan
mata. “ Kami bukan meminta, tau? Tetapi negara-negatra itulah yang hijau matanya melihat kesuburan negeri kami.”
Saya lihat ia tertegun. Jelas menunggu saya untuk memperjelas lebih lanjut dengan kalimat yang sempurna.”My friend, Indonesia is rich of its
natural sesources…. Indonesia itu adalah negara kaya raya Do you believe? “Y…. y…. yes. I do” dan ia mengangguk. “But… but…”
“Jangan bilang but lagi,” saya memotong. “Di negeri kami semua bisa di tanam dan tumbuh dengan subur. Kayu dibuang begitu saja bisa tumbuh jadi
makanan. Tau nggak kau sahabat?” “Ukh… ukh…” logat Spanyol medoknya keluar. Dia kembali
mengangguk. Mimiknya mengingatkan saya pada S. Bagio di layar televisi. Karena harkat kebangsaan saya di singgunya tadi, maka saya makin
bersemangat buat jadi Deppen di bar Napoli ini. Semua perbendaharaan kata- kata saya dalam bahasa Inggris saya keluarkan, agar si Loudwig ini dapat
memahami apa-apa yang saya terangkan padanya. “Karena semua bisa hidup dan ditanam di negeri kami, sampai-sampai bangsa lain ingin pula tanam
uang kertas di sana. Sebab sesuatu yang ditanam – di negeri kami – selalu menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. You know?”
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran Bahasa Indonesia SMPMTs IX 54
Karena ia tetap diam dan kelihatannya gelisah ketika mendengar bunyi seruling kapal dari arah pelabuhan, maka saya pun memaklumi. Rupanya ia
ingin cepat kembali ke kapalnya. Kami sama-sama berdiri menjabat salam perpisahan. Maka saya tepuk-tepuk bahunya, dan dalam bahasa Inggris saya
lontarkan padanya basa-basi orang Timur. Leluhur kamimengajarkan, bagaimana pun pahitnya sebuah derita, namun yang keluar harus tetap manis.
“Loudwig,” kata saya sambil membuang puntung rokok ke lantai. “Bila kapal kamu suatu ketika nanti singgal di Indonesia, jangan lupa mampir ke
Jakarta, ya. Di sana nanti kamu akan dapat melihat bahwa negeri kami tidak seperti yang kalian sangka. Di Jakarta nanti kamu akan menemui sebuah
tugu yang puncaknya ada emas 30 kilogram. Bahkan di sana ada juga stadion yang terbesar di Asia tenggara, ada mesjid yang terbesa di Asia Tenggara…”
Dan sudah tentu saya tidak akan menyebutkan bahwa negeri kami dulu demi “saudara tua” terpaksa film ’Romusha’ dilarang beredar.
Muchwardi Muchtar Singapura, Agustus 1979
Horizon, No. 9, September 1981
a. Menentukan Tema Cerpen di atas pada dasarnya membicarakan masalah harga diri.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana pengemis yang tidakmau makan makanan yang diberikan oleh tokoh akau karena makanan itu diberikan
dengan cara dilemparkan seperti majikan yang memberi makan pada anjingnya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Selain itu tokoh aku
juga merasakan hal yang sama ketika ke-indonesiaannya dilecehkan oleh bangsa asing. Dengan demikian tema dalam cerpen itu sesuai
dengan judulnya yaitu harga diri.
b. Menentukan Latar Latar atau setting adalah keterangan mengenai tempat, ruang,
waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. Peristiwa dalam cerpen di atas terjadi di di rumha tokoh aku dan di atas kapal. Peristiwa di atas
kapal terjadi ketika tokoh aku sedang berlayar. Suasana pada saat pengemis datang di rumah tokoh aku cukup menyedihkan dan
menyesakkan dada. Suasana di atas kapal cukup menegangkan walaupun pada akhirnya tidak terjadi perkelahian.
c. Penokohan
Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam cerita. Pengarang menggambarkan keadaan fisik dan psikis tokoh. Gambaran jasmani dan
karakter tokoh disampaikan pengarang melalui beberapa cara, misalnya penggambaran secara langsung sifat, perilaku, maupun fisik tokoh,
melalui pembicaraan tokoh lain, atau melalui sikap tokoh dalam menghadapi masalah. Tokoh dalam cerita dapat dikelompokkan
Di unduh dari : Bukupaket.com
Harga Diri Bangsa 55
berdasarkan perannya atau berdasarkan karakter. Berdasarkan perannya tokoh dapat dikelompokkan menjadi tokoh utama dan tokoh
sampingan, sedangkan berdasarkan karakternya ada tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
Tokoh utama yang terdapat dalam cerpen di atas adalah aku, sedangkan tokoh sampingan yang mendukung cerita antara lain
pengemis dan Loudwig. Tokoh aku dalam cerita itu digambarkan sebagai orang yang kurang memiliki kepedulian kepada orang lain. Ia
memandang orang lain dari penampilan luarnya. Ia mudah merendahkan orang yang secara fisik lebih rendah darinya. Pada sisi
lain ia juga digambarkan sebagai sosok yang nasionalis. Terbutki ia sangat marah ketika negaranya direndahkan bangsa lain.
Bentuklah kelompok diskusi yang terdiri empat atau lima orang angota. Bacalah buku kumpulan cerpen karya sastrawan kita
misalnya Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari, Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto, Dua Dunia Karya N.H.
Dini, Jalur Membenam karya Wildan Yatin, Di Tengah Keluarga karya Ajip Rosjidi, Pahlawan dan Tikus karya Suripman, atau
buku kumpulan cerpen yang lain. Lakukan tugas ini dengan berbagai usaha, misalnya membeli buku kumpulan cerpen di toko
buku, meminjam di perpustakaan, atau meminjam milik teman atau kakak kelas.
Bagilah tugas untuk tiap-tiap anggota kelompok untuk membaca judul cerpen sesuai dengan jumlah anggota kelompok dengan
jumlah cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen. Setelah setiap anggota kelompok selesai membaca cerpen sesuai
dengan tugas masing-masing, tentukan tema, latar dan penokohan yang terdapat dalam setiap judul cerpen.
Laporkan hasil kegiatan membaca yang kamu lakukan dengan mengisi format berikut ini
Judul No.
Unsur Cerpen Tema
Latar Penokohan
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran Bahasa Indonesia SMPMTs IX 56
Menggabungkan Kalimat untuk Menyatakan Pengandaian
Perhatikan contoh kalimat berikut ini a. Andaikata saya menjadi pejabat, saya tidak akan melakukan korupsi.
b. Kalau diberi kesempatan, saya akan berusaha sebaik-baiknya. c.
Jumlah pertumbuhan penduduk dapat ditekan apabila program KB berhasil. Kalimat yang isinya menyatakan pengandaian ditandai dengan kata
penghubung kalau, jika, jikalau, bilamana, manakala, asalkan, bila, seandainya, dan andaikata.
Gabungkan pasangan kalimat berikut ini dengan kata penghubung yang tepat sehingga terjadi hubungan pengandaian
a. 1 Ayah akan membeli mobil. 2 Tabungannya sudah mencukupi.
3 ………………….………….………….………….……………… b. 1 Kami akan membuka kembali perusahaan ini.
2 Krisis ekonomi berakhir. 3 ………………….………….………….………….………………
c. 1 Tersedia lapangan pekerjaan 2 Masyarakat dapat memilih pekerjaan
3 ………………….………….………….………….……………… d. 1 Ia tidak akan hadir.
2 Hujan tidak kunjung reda 3 ………………….………….………….………….………………
e. 1 Rakyat tidak akan menjerit 2 Harga barang-barang tidak mencekik leher.
3 ………………….………….………….………….………………
Bagaimana perasaanmu setelah membaca buku kumulan cerpen, senang bukan? Apakah kamu merasa puas setelah membaca
cerpen-cerpen itu? Sudah semestinya kamu akan memperoleh banyak hal dengan membaca cerpen-cerpen dalam buku kumpulan
cerpen. Selain memperoleh kepuasan dan kesenangan, tentu saja wawasan dan pengalamanmu akan menjadi lebih luas. Akal,
pikiran, perasaan dan kepekaan sosialmu juga makin terasah karenanya. Isilah waktu luangmu dengan banyak membaca
termasuk membaca buku kumpulan cerpen.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Harga Diri Bangsa 57
D. Menulis I klan Baris dengan Bahasa yang