41
belajar  secara  mendalam  pada  rentang  usia  ini.  Periode  ini  menuntut  anak untuk  belajar  secara  lebih  dari  pengetahuan  yang  telah  diperoleh
sebelumnya.Selain  itu,  siswa  SD  pun  juga  termasuk  pada  tahap operasional  konkret.Salah  satu  ciri  pada  tahap  ini  adalah  anak  mampu
menggunakan  logika  berpikir  dengan  menggunakan  benda  konkret  dan belum  dapat menggunakan  logika  berpikir  abstrak.
Hal  ini  berarti  siswa  SD  memerlukan  bantuan  berupa  benda  konkret atau  alat  peraga  dalam  memahami  materi  yang  abstrak.Oleh  karena  itu,
peneliti  terdorong  untuk  melakukan  pengembangan  tentang  alat  peraga yang  disesuaikan  dengan  perkembangan  siswa  SD  karena  alat  peraga
mampu  membantu  siswa  memahami  materi  yang  abstrak.
13. Alat Peraga Montessori
Uraian  dalam  subbab  ini  memaparkan  beberapa  hal  tentang  alat  peraga yaitu  pengertian  alat  peraga,  fungsi  alat  peraga,  kriteria  alat  peraga,  alat
peraga  berbasis  metode  Montessori,  dan  alat  peraga    sandpaper  letters menulis  berbasis  metode  Montessori.
a. Pengertian  Alat Peraga
Menurut Kamus
Besar Bahasa
Indonesia  2005:27,  alat  dapat didefinisikan  sebagai  benda  yang  dipakai  untuk  mengerjakan  sesuatu,
sedangkan  menurut  Sunardi,dkk  2005:20    menjelaskan  alat  peraga  adalah alat  media  pengajaran  untuk  memperagakan  sajian  pelajaran.  Dari  dua
pengertian  tersebut,  alat  peraga  dapat  diartikan  sebagai  alat  yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
digunakan untuk
memperagakan materi
pembelajaran agar
dapat menyampaikan  materi  dengan  baik kepada siswa.
Senada dengan  pengertian  diatas,  Ali  dalam  Sundayana,2014:7
berpendapat  bahwa  alat  peraga  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat digunakan  untuk  menyatakan  pesan  sehingga  dapat  merangsang  pikiran,
perasaan  serta  perhatian  dan  kemauan  siswa  agar  dapat  membantu  proses pembelajaran.
Seperti halnya
dengan pendapat
Rusefendi dalam
Sundayana,  2014:7,  alat  peraga  adalah  alat  yang  menerangkan  atau menyampaikan  konsep  pelajaran  kepada  siswa.  Sama  dengan  paparan
pendapat  diatas,  Simak  Yaumi  dan  Syafei    dalam  Arsyad,2014:10  pun merumuskan  pengertian  alat  peraga.  Alat  peraga  merupakan  alat  yang
digunakan  guru  untuk  membantu  siswa  dalam  proses  pembelajaran.  Oleh karena  itu,alat  peraga  adalah  alat  yang  dapat  digunakan  untuk  membantu
menyampaikan  materi  pembelajaran  kepada siswa. Berbagai  pendapat  diatas  menyatakan  bahwa  alat  peraga  memiliki
fungsi  untuk  membantu  dan  mempermudah  siswa  dalam  memahami  materi pembelajaran.  Pendapat  yang  sama  juga  disampaikan  oleh  Maria
Montessori,  Montessori  juga  beranggapan  bahwa  siswa  membutuhkan seperangkat  peralatan  pendidikan  didactic  apparatus  yang  berguna  untuk
perkembangannya.  Alat  peraga  menurut  Montessori  merupakan  kesatuan bahan-bahan  yang  dibentuk  untuk  memenuhi  kebutuhan  anak  secara
individu dan
mendukung pengembangan
kemampuannya Hainstock,1997:80.
43
Selain  itu,  alat  peraga  yang  dibuat  oleh  Montessori  ditujukan  untuk membantu  siswa  dalam  mencapai  pengetahuan  yang  abstrak  dan
mengembangkan  cara  berpikir  yang  kreatid  dengan  memvisualisasikan simbol-simbol  nyata  Liliard,1996:80-81.  Oleh  sebab  itu  alat  peraga
selalu  tersedia  di  kelas-kelas  Montessori  sebagai  lingkungan  yang terstruktur  dan  mendukung  perkembangan  siswa  dalam  aktivitas  sehari-
hari. Dalam  kerjanya  di  Casa  dei  Bambini,  Montessori  menghadapi  masalah
yang  umum  dihadapi  oleh  semua  pengajar  di  sekolah  tingkat  dasar  tentang mengajari  cara  membaca  dan  menulis.  Montessori  menentang  anggapan
yang  berlaku  saat  itu  bahwa  membaca  dan  menulis  harus  dipaksakan kepada  anak-anak.  Untuk  mendorong  kesiapan  siswa  dalam  hal  membaca
dan  menulis,  Maria  montessori  merancang  huruf-huruf  dari  kertas  karton yang  dilapisi  dengan  ampelas.  Keika  anak-anak  meraba  huruf-huruf  ini,
sang  direktris  akan  membunyikan  nama  huruf  tersebut.  Sementara  anak- anak  disiapkan  untuk  menulis  huruf  dengan  gerakan-gerakan  meraba
bentuk  huruf,  siswa  akan  menyimpan  bentuk  huruf  dalam  otak  mereka kemudian  mengenali  bunyi  dari  huruf  tersebut.  Anak-anak  siap  untuk
belajar  membaca  ketika  mereka  telah  mengerti  bahwa  bunyi  dari  huruf- huruf  yang  mereka  raba,  dan  kemudian  mereka  tulis  serta  membentuk
kata-kata. Ketika  anak-anak  telah  mengenal  semua  huruf  vokal  dan  sebagian
huruf  konsonan,  anak-anak  telah    siap  untuk  membentuk  kata-kata  yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sederhana.  Dengan  menggunakan  huruf-huruf  vokal,  sang  direktris  akan memperlihatkan  kepada  anak-anak  bagaimana  cara  menyusun  dengan  tiga
huruf  dan  melafalkan  nama  mereka  dengan  jelas.  Pada  tahap  selanjutnya, anak-anak  akan  menulis  kata-kata  yang  didiktekan  oleh  sang  direktris.
Setelah  cukup  berlatih,anak-anak  akan  mampu  menyusun  kata-kata  tanpa bantuan.  Magini,  2013:31
Dalam  sebuah  metode  pendidikan  yang  bersifat  eksperimental, pendidikan
atau pelatihan
indra-indra tidak
diragukan lagi
oleh Montessori.Pelatihan  indra-indra  sentuhan  dan  suhu  dapat  berjalan  secara
bersama.  Menurut  Montessori  dalam  Magini,  2013:233  menjelaskan bahwa  pembatasan  latihan-latihan  indra  sentuhan  pada  ujung-ujung  jari
sangat  bermanfaat  bagi  kehidupan  siswa.  hal  ini  dapat  dijadikan  sebagai sebuah  fase  penting  dalam  pendidikan  sebagai  awal  persiapan  siswa  alam
menulis. Salah  satu  teknik  yang  diajarkan  oleh  Montessori  kepada  muridnya
adalah  dengan  memejamkan  matanya  supaya  siswa  mampu  merasakan perbedaan  yang  terjadi  pada  ujung  jarinya  ketika  meraba  suatu  permukaan
yang  kasar.  Bahan  pembelajaran  yang  diajarkan  adalah  huruf  alfabetis yang  terdiri  dari  sebuah  papan  kayu  segi  empat  yang  dibagi  menjadi  dua
segiempat  yang  sama,yang  satu  ditutup  dengan  kertas  yang  sangat halus,atau  permukaan  yang  kayunya  dihaluskan  hingga  sangat  halus;yang
lain  ditutup  dengan  kertas  ampelas  dan  sebua  papan  yang  sebelumnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dilapisi  dengan  strip-strip  dari  kertas  halus  dan  kertas  ampelas  secara berselingan.
Montessori  juga  membuat  sebuah  alfabet  yang  indah,  huruf-hurufnya dalam  bentuk    tulisan  yang  bagus,  tersusun  dari  huruf-huruf  yang  rendah
dengan  tinggi  8  sentimeter  Magini,2013:306,  dan  huruf-huruf  yang  lebih tinggi  secara  proporsional.  Huruf-huruf  ini  terbuat  dari  kayu,  dengan
ketebalan  sekitar  0,5  sentimeter,  kemudian  diberi  cat,  yang  termasuk dalam  huruf  konsonan  diberi  cat  warna  biru,sedangkan  huruf  vokal  diberi
cat  warna  merah.  Bagian  bawah  dari  huruf-  huruf  ini,tidak  dicat  tetapi dilapisi  dengan  perunggu  sehingga  dapat  bertahan  lebih  lama.  Huruf-huruf
yang  dibuat  pada  kartu-kartu  ini  ditata  dalam  kelompok-kelompok. disetiap  huruf  alfabet  tersebut,  Maria  Montessori  juga  menyiapkan  sebuah
gambar  dari  sebuah  benda  yang  namanya  dimulai  dengan  huruf  tersebut. Di  atas  gambar,hurufnya  dilukis  dalam  ukuran  yang  besar,dan
didekatnya,  huruf  yang  sama  namun  ukurannya  jauh  lebih  kecil  daripada huruf  cetak.  Gambar-gambar  ini  berfungsi  untuk  memapankan  memori
tentang  bunyi  dari  huruf  tersebut,  dan  huruf  cetak  kecil  yang  telah terpasang  dengan  huruf  yang  besar  menjadi  pengantar  menuju  pembacaan
buku-buku.bagian  yang  menarik  dari  eksperimen  maria  montessori  adalah bahwa
setelah maria
memperlihatkan pada
anak-anak bagaimana
meletakkan  huruf-huruf  kayu  pada  huruf-huruf  secara  berkelompok- kelompok  pada  kartu-kartu,    Montessori  meminta  muridnya  untuk  meraba
46
rangkaian  huruf  huruf  tersebut  dengan  gerakan  tangan  seperti  layaknya orang  menulis.
Montessori  juga  mengembangkan  latihan-latihan  ini  dalam  beragam cara dan anak-anak  belajar  untuk  membuat     gerakan
tangan yang
diperlukan unuk
memproduksi bentuk
tanda-tanda grafis
tanpa menulis.
“Saya  dikagetkan  oleh  sebuah  ide  yang  tidak  pernah  masuk  dalam benak  saya  sebelumnya,  yaitu  dalam  menulis,  kami  membuat  dua  bentuk
gerakan  yang  berbeda,  karena  disamping  gerakan  yang  mereproduksi bentuk,terdapat  juga  gerakan  untuk  memainkan  alat-alat  tulis.Untuk
memegang  dan  memainkan  sebuah  pensil  dengan  akurat,  anak  akan memperoleh  sebuah  mekanisme  otot-otot  khusus  yang  terpisah  dari  geraan
menulis,  hal  ini  harus  berjalan  beriringan  dengan  gerakan  yang  diperlukan untuk  menghasilkan  bentuk-bentuk  huruf.  Dalam  menulis,  memang  harus
ada  sebuah  mekanisme  otot-otot  yang  berbeda  dengan  memori  motorik tentang  tanda-tanda  grafis.Pada  periode  pertama,  anak  meraba  huruf  tidak
hanya  dengan  jari  telunjuk  tangan,  tetapi  dengan  dua  jari  yakni  jari telunjuk  dan  jari  tengah,  kemudian  pada  periode  kedua,  anak  meraba
huruf-  huruf  dengan  sebuah  tongkat  kayu  kecil,  yang  dipegang  seperti memegang  pensil.
Montessori  mengatakan  bahwa  sang  anak  harus  mengikuti  gambaran visual  dari  bentuk  huruf.  Sudah  benar  apabila  jarinya  telah  terlatih  melalui
kegiatan  meraba  kontur-kontur  dari  bentuk-bentuk  geometris.  Meraba huruf-huruf  dan  melihatnya  pada  waktu  yang  bersamaan,  menyimpan
47
gambaran tersebut
lebih cepat
melalui kerjasama
indra-indra Magini,2013:310.      Dalam  latihan-latihan  untuk  membentuk  gambaran
visual  dan  otot  tentang  tanda-tanda  alfabet,  dan  untuk  membangun  memori otot mengenai  gerakan-  gerakan  yang  diperlukan  dalam  menulis.
Bahan  pembelajaran  yang  digunakan  adalah  kartu-  kartu  huruf  yang terdiri  dari  kartu-  kartu  dimana  huruf-huruf  tunggal  dari  alfabet
ditempelkan  pada  kertas  ampelas;  kartu-kartu  besar  memuat  kelompok- kelompok  dari  huruf-huruf  yang  sama.  Kartu-kartu  dimana  huruf-huruf
yang  telah  diampelas  disesuaikan  dengan  ukuran  dan  bentuknya  dengan masing-  masing  huruf.Huruf  vokal  di  kertas  ampelas  dominan  berwarna
cerah  dan  ditempelkan  pada  kartu  berwarna  gelap  sedangkan  huruf-  huruf konsonan  dan  kelompok-kelompok  hurufnya  dikertas  ampelas  hitam
kemudian  ditempelkam  pada  kartu-kartu  berwarna  putih.  Pengelompokan tersebut  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  menarik  perhatian  siswa  pada
bentuk-bentuk  yang  kontras  atau  bentuk-bentuk  analog    Magini, 2013:321.
Dalam mengajarkan
huruf-huruf alfabet,
Montessori memulai
dengan  huruf-huruf  vokal  dan  berproses  menuju  huruf-huruf  konsonan, kemudian  melafalkan  bunyi  dari  huruf  tersebut.  Untuk  huruf-huruf
konsonan,  maria  mulai  menyatukan  suaranya  dengan  salah  satu  suara vokal,  mengulang  suku  kata menurut  metode  fonetis  seperti  biasa.
Proses pengajaran  dilakukan  dengan  mengunakan  tiga  periode,  yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a  Periode  pertama  mengenai  penghubungan  sensasi  visual  dan  otot sentuhan  dengan  bunyi  huruf.  Dalam  hal  ini  sang  direktris  menyajikan
kepada  siswa  dua  kartu  yang  memuat  huruf-huruf  vokal  atau  dua  huruf konsonan,  andaikan  kita  menyajikan  huruf  i  dan  o,kemudian  berkata,
“Ini  adalah  i  Ini  adalah  o”segera  setelah  kita  memberikan  bunyi  dari sebuah  huruf,  kemudian  sang  direktris  menyuruh  siswa  meraba  huruf
kemudian  mengajari  bagaimana  cara  meraba  dan  jika  perlu  memandu  jari telunjuk  tangan  kanan  untuk  meraba  atau  menyusuri  huruf  tersebut
seperti  gaya  siswa  sedang  menulis, b.  Periode  kedua  mengenai  persepsi,  siswa  harus  mengetahui  bagaimana
membandingkan  dan  mengenali  bentuk-bentuk  ketika  mendengar  bunyi- bunyi  yang  bersesuaian  dengan  mereka.  Apabila  sang  direktris  bertanya
kepada  siswa,  misalnya”  Beri  saya  olalu  beri  saya  huruf  I”  apabila siswa  tidak  dapat  mengenali  huruf-huruf  tersebut  dengan  melihatnya,
maka  sang  direktris  akan  mengajak  siswa  untuk  meraba  hurufnya  secara berulang-ulang.
c.  Periode  ketiga  mengenai  bahasa,  dengan  membiarkan  huruf-huruf tergeletak  beberapa  saat  diatas  meja,  kemudian  sang  direktris  bertanya
kepada  siswa,”  Apakah  ini?”  dan  siswa  harus  menjawab  ini  o,i,apabila yang  dimaksud  adalah  huruf  i dan o.
Dalam  mengajar  huruf-huruf  konsonan,  direktris  hanya  melafalkan bunyinya  saja  dan  segera  setelah  melakukan  dan  menggabungkan  dengan
huruf  vokal  kemudian  membentuk  kata  dan  menyelang  latihan  kecil  ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan  menggunakan  huruf  vokal  yang  berbeda-beda.  Direktris  harus selalu  seksama  untuk  menekankan  bunyi  dari  huruf  konsonan  kemudian
mengulanginya,  misalnya,  m,m,m,  ma,mi,mu,me,mo. Ketika  siswa  mengulang-ulang  bunyi  tersebut  maka  siswa  dapat
memisahkan antara
huruf vokal
dengan huruf
konsonan.Magini, 2013:324.berdasarkan  pernyataan  diatas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa
Maria  montessori,  sang  direktris  mencoba  mengajarkan  cara  membaca melakukan  tiga  periode  secara  berturut-turut  dengan  menggunakan  kartu
huruf  yang  diberi  warna  cerah  untuk  huruf  vokal  dan  warna  putih  untuk huruf
konsonan.Maria montessori
menyebutkan bahwa
saat anak
melafalkan  bunyi  dari  huruf-huruf  konsonan,  siswa  mendapatkan  sebuah kesenangan  yang  nyata.
Bagi  Montessori,  tidak  penting  untuk  memperlihatkan  bagaimana pelafalan  bunyi-bunyi  alfabet  agar  dapat  mengungkapkan  suatu  kondisi
dari  kemampuan  ucap  seorang  siswa.  adapun  kekurangan-kekurangan yang  hampir  terkait  dengan  cara  membaca  disebabkan  kurangnya
perkembangan  bahasa  itu  sendiri.  Dalam  hal  memperbaiki  kekurangan- kekurangan
bahasa, Montessori
mencoba mengikuti
kaidah-kaidah fisiologis  terkait  dengan  perkembangan  bahasa  siswa.  akan  tetapi,  saat
kemampuan  bicara  siswa  telah  berkembang  secara  sempurna,  dan  ketika siswa  telah  mampu  melafalkan  semua  bunyi-bunyi  huruf.
Disamping  kegiatan  membaca,  maria  montessori  juga  mulai  melakukan kegiatan  menulis.  Ketika  maria  montessori  menyajikan  sebuah  huruf  pada
50
siswa  dan  mengucapkan  bunyi  tersebut,  siswa  juga  akan  menyimpan gambaran  huruf-huruf  ini  melalui  indra  visual  yakni  mata,  dan  juga
melalui  indra-indra  otot  dan  sentuhan  yaitu  kepekaan  tangan.Bahan pembelajaran  dari  periode  ketiga  terdiri  dari  huruf-huruf  alfabet.Huruf-
huruf  alfabet  yang  digunakan  identik  dalam  bentuk  dan  dimensinya dengan  huruf-huruf  dari  kertas amplas.
Dalam  cara  ini,  tiap-tiap  huruf  yang  merepresentasikan  sebuah  benda yang  mudah  dipegang  oleh  siswa.  latihan-latihan  yang  digunakan  oleh
Maria  montessori  yaitu  setiap  siswa  mengenal  sebagian  huruf  vokal  dan konsonan  yang  terdapat  di  kotak  besar.  Sang  direktris  melafalkan  dengan
sangat  jelas  sebuah  kata,  misalnya,”mama”,  kemudian  menyuarakan  bunyi dari  huruf  m  secara  berulang-ulang,dan  siswa  diminta  mengambil  sebuah
huruf  m  dan  meletakkannya  diatas  meja.  Kemudian  sang  direktris mengulangi  “ma-ma”.  Siswa  memilih  huruf  a  dan  meletakkannya  di
samping  kanan  huruf  m.  Magini,  2013:328.    Menurut  maria  Montessori, suatu  hal  yang  menarik  ketika  menyaksikan  siswa  dalam  kegiatan
membaca.  Gerakan-gerakan  bibir  yang  menunjukkan  bahwa  siswa  sedang membaca  ulang  kata-kata  yang  ditemukan.Nilai  penting  dapat  dipetik  yaitu
siswa mampu
menganalisis, menyempurnakan,
menyimpan bahasa
ucapannya  sendiri  kemudian  menghubungkan  setiap  objek  dengan  setiap bunyi  yang  diucapkan.Penyusunan  kata-kata  dapat  memberikan  sebuah
bekal  yang  diperlukan  siswa  untuk  pengucapan  yang  jelas  dan kuat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Latihan-latihan  ini  mampu  menghubungkan  bunyi  yang  didengar  dengan adanya  tanda  grafis  yang  menampilkannya,  dan  membentuk  dasar  yang
kuat untuk
pengejaan yang
akurat dan
sempurna.Disamping  ini, penyusunan  kata-kata  itu  sendiri  juga  merupakan  salah  satu  latihan  untuk
melatih  kecerdasan.  Kata  yang  dilafalkan  kepada  siswa  menjadi  suatu pelajaran  menulis  yang  harus  ditemukan  dan  siswa  akan  melakukannya
dengan  mengingat  huruf-hurufnya  dan  memilih  diantara  huruf  yang  lain kemudian  menyusun  dalam  susunan  yang  tepat.
Ketika  siswa  telah  selesai  menyusun  dan  membaca  kata  yang  telah diperintahkan.  Dalam  kegiatan  penyusunan  kata,  yang  murni  dan
sederhana, anak-anak
menggabungkan dua
latihan sekaligus
yaitu pemilihan  tanda-tanda  grafis.  Dimulai  pertama  dari  kotak-kotak  huruf
yang  ada  dihadapan  siswa,kemudian  siswa  mengambil  huruf-huruf  yang diperlukan,  kedua  ketika  siswa  mencari  ruang  bagian  dimana  masing-
masing  huruf  harus  dikembalikan.  Dengan  demikian  ada  tiga  latihan  yang menyatu  untuk  membentuk  gambaran  dari  tanda  grafis  yang  bersesuaian
dengan  bunyi-bunyi  dari  kata.Ketiga  periode  ini  secara  keseluruhan memuat  metode  untuk  penguasaan  bahasa tulis.
Kegiatan  psiko-fisiologis  yang  bersatu  tersebut  dapat  digunakan  untuk membangun  kemampuan  membaca  dan  menulis.gerakan-gerakan  otot
yang  khas  digunakan    untuk  membuat  tanda-tanda  huruf  atau  huruf-huruf yang  disiapkan  secara  terpisah.  Penyusunan  kata-kata  juga  direduksi  pada
sebuah mekanisme
penghubungan antara
gambaran-gambaran yang
52
didengar  dandilihat.Menurut  pendapat  Maria  montessori,  peneliti  menarik
kesimpulan  secara  umum  tentang  pengertian  alat  peraga,  peneliti  dapat menyimpulkan
bahwa alatperaga
merupakan alat
bantu untuk
memperagakan  suatu  materi  dalam  pembelajaran  dengan  mengaktifkan panca-indera  siswa  agar  tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai  dengan
maksimal.
b. Fungsi Alat Peraga