1.1.5.5. Fosfor
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1 dari berat badan. Kurang lebih 85 fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai
garam kasium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan
kekakuan pada tulang.Fosfor dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium.
Fosfor mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh, salah satunya dalam kalsifikasi tulang dan gigi.Kalsifikasi tulang dan gigi diawali dengan
pengendapan fosfor pada matriks tulang.Kekurangan fosfor menyebabkan peningkatan enzim fosfatase yang diperlukan untuk melepas fosfor dari
jaringan tubuh ke dalam darah agar diperoleh perbandingan kalsium terhadap fosfor yang sesuai untuk pertumbuhan tulang Almatsier, 2001.
Fosfor terdapat di dalam semua makanan, terutama makanan kaya protein, seperti daging, ayam, ikan, telur, susu, dan hasilnya, kacang-kacangan
dan hasilnya, serta serealia.
1.1.5.6. Magnesium
Magnesium merupakan kation nomor dua paling banyak didalam cairan interseluler. Kurang lebih 60 magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam
tulang dan gigi, selebihnya di dalam otot, jaringan lunak, dan cairan tubuh.Sama halnya dengan kalsium dan fosfor, mineral makro ini berperan
dalam memberi bentuk struktur pada tulang, sehingga jika asupannya kurang dalam makanan akan mengganggu pertumbuhan tulang.
Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji- bijian, kacang-kacangan. Daging, susu dan olahannya, serta coklat juga
merupakan sumber magnesium yang baik.
1.1.6. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Kepada Pasien Fraktur
Angka kecukupan gizi AKG disebut juga Recommended Dietary Allowances RDA merupakan rekomendasi asupan berbagai nutrien esensial
yang perlu dipertimbangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan
Universitas Sumatera Utara
nutrien tersebut cukup memadai untuk memenuhi atau melampaui kebutuhan gizi pada semua orang yang sehat. Di Indonesia, RDAAKG disusun dalam
“Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI ”.
RDA mencerminkan asupan rata-rata sehari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan kebutuhan perorangan. Kendati dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menghitung kebutuhan nutrien, aplikasi RDA dalam asuhan nutrisi di rumah sakit sangat terbatas karena 1
kebutuhan gizi pasien merupakan kebutuhan gizi perorangan yang menderita sakit dan bukan kebutuhan gizi populasi yang sehat, 2 RDA hanya terbatas
pada nutrien umum seperti energi, protein, vitamin A, C, tiamin, riboflavin, niasin, zat besi, dan kalsium, dsb. RDA untuk nutrien yang lebih spesifik dan
dibutuhkan oleh penderita penyakit tertentu sampai saat ini masih belum terdapat D.A. Nutr., Hartono, 1999. Olehkarena itu, dibawah ini akan
dicantumkan RDAAKG dari vitamin dan mineral yang berperan dalam pembentukan tulang normal, yang juga digunakan sebagai acuan untuk pasien
fraktur.
1.1.6.1. Angka kecukupan untuk Vitamin A
Golongan Umur AKG RE pada wanita
AKG RE pada pria 10-12 tahun
500 500
13-15 tahun 500
600 16-19 tahun
500 700
20-45 tahun 500
700 46-59 tahun
500 700
≥60 tahun 500
600 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998, dalam Almatsier, 2001, Prinsip
Dasar Ilmu Gizi, hlm.161.
Universitas Sumatera Utara
1.1.6.2. Angka Kecukupan untuk Vitamin D
Golongan Umur AKG RE pada wanita
AKG RE pada pria 10-12 tahun
10 10
13-15 tahun 10
10 16-19 tahun
10 10
20-45 tahun 5
5 46-59 tahun
5 5
≥60 tahun 5
5 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998, dalam Almatsier, 2001, Prinsip
Dasar Ilmu Gizi, hlm.171. Pada pasien fraktur biasanya diberikan suplemen vitamin D yang teroksidasi
yaitu 1,25 dihidrokolekalsiferol bentuk aktif vitamin D3 sebanyak 0,25 µg per harinya, hal ini disebabkan karena pasien yang rawat inap tidak mendapatkan
sinar matahari yang cukup selama berada di dalam ruangan.
1.1.6.3. Angka kecukupan untuk Vitamin C
Golongan Umur AKG RE pada wanita
AKG RE pada pria 10-12 tahun
50 50
13-15 tahun 60
60 16-19 tahun
60 60
20-45 tahun 60
60 46-59 tahun
60 60
≥60 tahun 60
60 Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998, dalam Almatsier, 2001, Prinsip
Dasar Ilmu Gizi, hlm.189 Untuk vitamin C diberikan tambahan pada orang yang mengalami stress
fisik dan psikologik Almatsier, 2001. Pada pasien fraktur, diberikan sebanyak 100mg per hari, ini berarti asupannya hampir 100 lebih banyak
daripada konsumsi normal orang sehat. Sebaiknya dipenuhi melalui makanan, tapi konsumsi suplemen juga dianjurkan jika pemenuhan lewat makanan tidak
memadai.
1.1.6.4. Angka Kecukupan untuk Kalsium
Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 1998 sebagai berikut : pada
Universitas Sumatera Utara
anak-anak sebanyak 500 mg, pada remajasebanyak 600-700 mg, dan pada orang dewasa sebanyak 500-800 mg. Pada pasein fraktur diberikan tambahan
suplemen kalsium yaitu sebanyak 50mg per hari.
1.1.6.5. Angka Kecukupan untuk Fosfor
Kecukupan fosfor rata-rata sehari untuk Indonesia ditetapkan sebagai berikut Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI 1993 : pada anak-anak sebanyak
250-400 mg, pada remaja dan dewasa sebanyak 400-500 mg.
1.1.6.6. Angka Kecukupan untuk Magnesium
Kecukupan magnesium rata-rata sehari untuk Indonesia ditetapkan sekitar 4,5 mgkg berat badan Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI 1998. Ini
berarti bahwa kecukupan untuk orang dewasa laki-laki adalah 280 mghari dan untuk wanita dewasa 250 mghari.
2. Pengkajian 2.1. Riwayat Keperawatan dan Diet
2.1.1. Anggaran makan, makan disukai waktu makan.
2.1.2. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
2.1.3. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama
periode waktunya? 2.1.4.
Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam?
2.1.5. Adakah toleransi makanminum tertentu?
2.2. Faktor yang mempengaruhi diet
2.2.1. Status kesehatan.
2.2.2. Kultur dan kepercayaan.
2.2.3. Status sosial ekonomi.
2.2.4. Faktor psikologis.
2.2.5. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
2.3. Pemeriksaan fisik
2.3.1. Keadaan fisik : apatis, lesu.
2.3.2. Berat badan : obesitas, kurus underweight.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Otot : flaksialemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
2.3.4. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
2.3.5. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver. 2.3.6.
Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kalimenit, irama abnormal, tekanan darah rendahtinggi.
2.3.7. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecahpatah-patah.
2.3.8. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
2.3.9. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat. 2.3.10.
Gusi : pendarahan, peradangan. 2.3.11.
Lidah : edema, hiperemis. 2.3.12.
Gigi : karies, nyeri, kotor. 2.3.13.
Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi. 2.3.14.
Kuku : mudah patah. 2.3.15.
Pengukuran antropometri : -
Berat badan ideal : TB – 100 ± 10 -
Lingkar pergelangan tangan -
Lingkar lengan atas MAC : Nilai normal Wanita
: 28,5cm Pria
: 28,3cm -
Lipatan kulit pada otot trisep TSF : Nilai normal Wanita
: 16,5-18 cm Pria
: 12,5-16,5 cm 2.3.16.
Laboratorium -
Albumin N : 4-5,5 mg100 ml -
Transferin N : 170-25 mg100 ml -
Hb N : 12 mg -
BUN N : 10-20 mg100 ml
Universitas Sumatera Utara
- Ekskresi kreatinin untuk 24 jam N : laki-lakin: 0,6-1,3
mg100 ml, wanita : 0,5-1,0 mg100 ml.
3. Analisa Data
Trauma langsung Trauma tidak langsung
Kondisi patologis Radius
Fraktur Mandibula
Dislokasi Tulang Perubahan Jaringan sekitar
spasme otot pergeseran fragmen tulang NYERI
Pergeseran Fragmen tulang laserasi kulit tekanan kapiler intoleransi
pergerakan Gg. Proses ingesti
Deformitas pembuluh darah terputus pelepasan histamin
intake nutrisi tidak menstimulasi otot adekuat
Gangguan fungsi ektremitas perdarahan edema nutrisi kurang dari
kebutuhan
Pembuluh darah
Gangguan mobilitas fisik kehilangan vol.cairan penurunan perfusi jaringan peristaltik
melemah Intoleransi
penatalaksanaan medis syok hipovolemik Gg. Perfus jaringan Pergerakan
Ekskresi pada rektum menurun
Perubahan pola eliminasi alvi
Tidak dapat melakukan prosedur pemasangan
Gg. Rasa nyaman
Perawatan diri secara mandiri traksi
Stress yang berlebihanGelisah
Kurang perawatan diri
Gg. Body image ada port de entry tidak dapat beristirahat
Personal hygiene dengan tenang
risiko tinggi infeksi Gg. Pola istirahattidur
Universitas Sumatera Utara
3.1. Diagnosa Keperawatan
3.1.1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh
Kemungkinan berhubungan dengan : a.
Efek dari pengobatan. b.
Mualmuntah. c.
Gangguan intake makanan. d.
Radiasikemoterapi. e.
Penyakit kronis. Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Berat badan menurun.
b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit.
g. Kulit kering.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a.
Anoreksia nervosa b.
AIDS c.
Pembedahan d.
Kehamilan e.
Kanker f.
Anemia g.
Marasmus Tujuan yang diharapkan :
a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu.
b. Peningkatan status nutrisi.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Perencanaan Keperawatan
Intervensi Rasional
1. Tingkat intake makanan melalui:
- Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik dan lain-lain.
- Jaga privasi pasien.
- Jaga kebersihan ruangan
barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat
tempat tidur. -
Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.
2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Bantu pasien makan jika tidak
mampu. 4.
Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat,
tertutup, dan berikan sedikit- sedikit tetapi sering.
5. Selingi makan dengan minum.
6. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas. 7.
Ukur intake makanan dan timbang berat badan.
8. Lakukan latihan pasif dan aktif.
9. Kaji tanda vital, sensori, bising
usus. 1.
Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
2. Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu makan. 3.
Membantu pasien makan.
4. Meningkatkan selera makan dan
intake makan.
5. Memudahkan makanan masuk.
6. Mengurangi rasa nyaman.
7. Observasi kebutuhan nutrisi.
8. Menambah nafsu makan.
9. Membantu mengkaji keadaan
pasien.
Universitas Sumatera Utara
10. Monitor hasil lab, seperti glukosa,
elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter.
11. Berikan umpan balik yang positif
tentang peningkatan intake, berat badan.
12. Berikan pendidikan kesehatan
tentang cara diet, kebutuhan kalori, dari tindakan keperawatan
yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
13. Cek kepatenan tube.
14. Pemberi cairanmakanan tidak
lebih 150 cc sekali pemberian. 15.
Cek temperatur makanan agar tidak terlalu panasdingin.
16. Atur posisi semifowler saat
memberikan makanan. 17.
Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya.
10. Monitor status nutrisi.
11. Meningkatkan kepercayaan
untuk meningkatkan makan.
12. Meningkatkan pengetahuan agar
pasien lebih kooperatif.
13. Menghindari aspirasi dan
obstruksi tube. 14.
Menghindari aspirasi.
15. Mengurangi kram dan terbakar
pada abdomen. 16.
Mengurangi risiko terjadinya aspirasi.
17. Mencegah komplikasi.
Universitas Sumatera Utara
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.
BIODATA IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SD
Alamat : Kec. Lima puluh.Kab. Batu bara
Tanggal Masuk RS : 10 Juni 2013
No. Register : 00.56.18.90
Ruangankamar : RB IIb kamar 3.4
Golongan darah : A
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal Operasi : 24 Juni 2013
Diagnosa Medis : Fraktur radius dekstra + mandibula
II. KELUHAN UTAMA :
Saat dilakukan pengkajian, klien mengeluhkan tidak bisa makan karena tidak mampu untuk membuka mulut sebab terdapat fraktur
pada rahang bawah.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocativepalliative
1. Apa penyebabnya :
Klien mengatakan penyebab dia tidak bisa makan karena fraktur yang dialaminya pada rahang bawah
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : -
Universitas Sumatera Utara