rasa wedi. Dene nek wes disabarke nganggo cara ngono isih tetep mbeguguk, kondhoa nek aku ngamuk bisa tak tumpes
kelor.” Wacana tersebut menggunakan pilihan kata yang tepat dalam dalam setiap
kalimatnya, seperti “ameng-ameng” disusul “omong-omong”, “amang-amang”, dan “ngamuk” memiliki daya bahasa yang sangat kuat bagi pendengarnya. Daya bahasa
itu muncul karena adanya perbedaan vokal dalam setiap kata. Lebih terasa kuat lagi ketika tiap kata memiliki makna yang berdeda dan memperlihatkan adanya gradasi
dari kata yang sangat biasa ke kata yang memiliki makna afeksi yang sangat kuat, yaitu ngamuk.
Daya bahasa dapat pula digali melalui sinonim kata. Kata satu dengan yang lain memiliki daya bahasa yang berbeda-
beda, seperti kata “mati” atau “meninggal” memiliki daya bahasa yang bersifat netral. Sedangkan kata “mampus”, “tewas”,
“gugur”, dan sebagainya memiliki daya bahasa yang lebih spesifik. Kata “mampus” memiliki daya bahasa negatif yang mengandung rasa puas karena orang lain karena
orang lain yang dibencinya tidak dapat berbuat apa-apa lagi seperti ketika masih hidup. Kata “gugur” memiliki daya bahasa yang hormat dengan subjek karena
kematiannya terjadi untuk membela kebenaran sehingga perlu mendapatkan penghormatan Pranowo, 2009.
5. Fungsi Komunikasi Bahasa
Dalam setiap komunikasi-bahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pengirim pesan sender dan penerima pesan receiver. Setiap komunikasi-bahasa dimulai
dengan si pengirim merumuskan terlebih dahulu yang akan diujarkan dalam suatu kerangka gagasan. Proses ini disebut dengan istilah semantic ecoding. Gagasan itu
lalu disusun dalam bentuk kalimat atau kalimat-kalimat yang gramatikal; proses memindahkan gagasan ke dalam bentuk kalimat yang gramatikal ini disebut
grammatical encoding . Setelah tersusun dalam kalimat yang gramatikal, kalimat yang
berisi pesan tadi disampaikan kepada mitra tutur. Proses ini disebut phonological encoding
. Pesan tersebut kemudian diterjemahkan oleh si penerima pesan didecoding Abdul Chaer dan Leonie Agusta, 2004:20-21.
Halliday melalui Abdul Chaer dan Leony Agusta 2004 menjelaskan tujuh fungsi bahasa yaitu emotif, instrumental, interactional, representasional, heuristic,
imajinatif, dan informatif.Dilihat dari segi penutur, bahasa memiliki fungsi emotif. Dalam hal ini penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Selain
mengungkapkan emosi melalui bahasa, penutur memperlihatkan emosinya dengan ekspresi dan tindakan ketika menyampaikan tuturannya. Dengan demikian pihak
penerima pesan dapat menduga emosi penutur. Fungsi emotifekspresif ini memiliki subfungsi seperti 1 untuk mengungkapkan kekecewaan, 2 menyatakan pendapat
pribadi, 3 menyatakan sikap pribadi, 4 menyatakan pengalaman pribadi, dsb. Dilihat dari lawan bicaranya, bahasa memiliki fungsi instrumental, yaitu
mengatur tingkah laku pihak penerima pesan. Bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemauan pembicara. Hal ini dapat dilakukan penutur dengan menggunakan kalimat-
kalimat yang merupakan kalimat perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan. Contoh kalimat yang menunjukkan fungsi komunikasi adala
h “ Harap tenang. Ada ujian”, “Sebaiknya Anda menelepon dulu”, “Anda tentu mau membantu kami.”
Dari segi kontak antara penutur dan pendengar, bahasa memiliki fungsi interactional
yaitu fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya
sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, pamit, atau menanyakan keadaan keluarga. Oleh karena itu ungkapan-ungkapannya tidak dapat diartikan atau
diterjemahkan secara harafiah, misalnya dalam bahasa Inggris ungkapan How do you do, How are you, Here you are,
dan Nice day. Ada ungkapan dalam bahasa Indonesia seperti apa kabar, bagaimana dengan anak-anak, mau kemana nih, dan sebagainya.
Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa memiliki fungsi representasional yang berarti bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang
ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi representasional inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah
alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya. Dari segi amanat, bahasa memiliki fungsi imajinatif.
Sesungguhnya, bahasa itu tidak digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik yang sebenarnya maupun imajinasi saja. Fungsi imajinatif ini
biasanya berupa karya seni puisi, cerita, dongeng, lelucon yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
Fungsi bahasa yang dipaparkan selanjutnya oleh Haliday adalah pemecah masalah. Bahasa memiliki fungsi sebagai pemecah masalah heuristic dapat terlihat
dalam ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab kepada suatu masalah atau persoalan. Contoh kalimat yang
menunjukkan fungsi heuristic adalah ”Coba terangkan bagaimana kerjanya; Sebab kejadian itu ialah…” Jawaban yang
menjelaskan suatu persoalan atau pertanyaan itulah fungsi heuristic suatu bahasa. Fungsi terkahir adalah fungsi informatif. Fungsi informatif adalah
memberitahukan sesuatu hal atau informasi kepada orang lain. Pranowo 2013:160 menjelaskan bahwa fungsi informatif memiliki subfungsi seperti 1 untuk
menjelaskan, 2 untuk membuat rincian, 3 untuk beralih topik, 4 untuk mengidentifikasi, 5 untuk menghubungkan dengan menggarisbawahi, 6 untuk
menghubungkan secara analogi, dan sebagainya. 6.
Bahasa Verbal dan Nonverbal
Ketika manusia berpikir, proses yang terjadi dalam pikiran manusia sudah menggunakan bahasa. Proses berpikir secara kognitif sebenarnya mnerupakan proses
encoding pengepakan gagasan. Hal itu dilakukan dengan menggunakan bahasa.
Meskipun proses encoding tidak ada yang mengetahui kecuali penuturnya, penutur sudah menata gagasan yang akan diungkapkan menggunakan wadah bahasa. Setelah
tertata secara utuh, gagasan diungkapkan secara verbal menggunakan bahasa lisan
atau tulisan dan menggunakan bahasa nonverbal.
Begitu juga dengan mitra tutur. Ketika seorang mitra tutur menangkap informasi yang dikemukakan oleh penutur juga menggunakan bahasa. Mitra tutur
dapat menangkap informasi penutur melalui tuturan bahasa lisan maupun membaca melalui bahasa tulis atau bahkan melalui bahasa nonverbal tatapan mata, gerak
gerik anggota tubuh, lambaian tangan, dan sebagainya. Melalui bahasa itulah gagasan dapat ditangkap dan dipahami maksudnya oleh mitra tutur. Proses
pemahaman informasi yang disampaikan oleh penutur, mitra tutur kemudian kemudian men-decode gagasan yang diungkapkan oleh penutur Nababan, 1984.
7. Pengertian dan Tujuan Iklan