medeskripsikan struktur kalimat yang dilihat dari kelengkapan unsur-unsur fungsionalnya dalam iklan kecantikan dan perawatan tubuh di tabloid NOVA edisi
Oktober sampai Desember 2010 dan 2 mendeskipsikan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam iklan kecantikan dan perawatan tubuh di Tabloid NOVA edisi
Oktober sampai Desember 2010. Hasil dari penelitian ini adalah adanya empat macam kalimat menurut
strukturnya, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat yang tidak memilliki kejelasan unsurnya. Dilihat dari
kelengkapan unsurnya terdapat kalimat tanpa subjek, kalimat majemuk setara semua memiliki unsur subjek S, kalimat majemuk bertingkat tanpa subjek. Gaya bahasa
yang ditemukan adalah gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa oksimoron, gaya bahasa periphrasis, gaya bahasa epizeukis, gaya bahasa
epinom, gaya bahasa mesodiplosis, gaya bahasa dipersinifikasi, gaya bahasa anaphora, gaya bahasa asonasi, dan gaya bahasa polisindenton.
B. Kajian Teori
1. Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur
Dalam setiap peristiwa interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor unsur yang mengambil peranan dalam peristiwa itu. Faktor-faktor itu antara lain; penutur
speaker, lawan bicara receiver, pokok pembicaraan topic, tempat bicara setting, suasana bicara situation scene dan sebagainya. Dalam pemakaian
bahasanya, setiap penutur akan selalu mempertihungkan kepada siapa ia berbicara, di
mana, mengenai masalah apa, dan dalam suasana bagaimana. Dengan demikian, tempat bicara akan menentukan cara pemakaian bahasa penutur. Demikian pula
pokok pembicaraan dan situasi bicara akan memberikan warna pula pembicaraan yang sedang berlangsung. Keseluruhan peristiwa pembicaraan dengan segala faktor
serta peranan faktor-faktor itu dalam peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa tutur Suwito, 1983:30.
Sehubungan dengan konsep peristiwa tutur, Dell Hymes 1968 melalui Suwito 1983 mengemukan adanya faktor-faktor yang menandai terjadinya peristiwa
tutur dengan singktan SPEAKING, yang masing-masing bunyi merupakan fonem awal dari faktor-faktor yang dimaksudkan. Faktor-faktor tersebut ialah:
S : Setting dan scene, yaitu tempat bicara dan suasana bicara misalnya ruang diskusi dan suasana diskusi.
P : Partisipan, yaitu pembicara, lawan bicara, dan pendengar. Dalam diskusi, semua peserta diskusi adalah partisipan.
E : End atau tujuan, yaitu tujuan akhir diskusi. A : Act, yaitu suatu peristiwa dimana seorang pembicara sedang menggunakan
kesempatan bicaranya. K : Key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam
menyampaikan pendapatnya, dan cara mengemukakan pendapatnya. I : Instrumen, yaitu alat untuk menyampaikan pendapat, misalnya secara lisan,
tertulis, lewat telepon, dan sebagainya. N : Norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta diskusi.
G : Genre, yaitu jenis kegiatan diskusi yang mempunyai sifat-sifat lain dari jenis
kegiatan yang lain. Jika peristiwa tutur speech event merupakan gejala sosial terhadap interaksi
antar penutur dalam situasi tertentu dan tempat tertentu, tindak tutur merupakan gejala individual yang berbersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa
penutur dalam menghadapi dituasi tertentu. Jika dalam peristiwa tutur orang menitikberatkan pada tujuan peristiwa eventnya, dalam tindak tutur orang lebih
memperhatikan makna atau arti tindak act dalam tuturan itu. Kedua hal ini saling terkait. Dalam setiap peristiwa tutur terdapat berbagai tindak tutur, sehingga dapat
dikatakan bahwa peristiwa tutur itu pada hakekatnya adalah serangkaian tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai tujuan.
Dalam semua komunikasi lingustik terdapat tindak tutur. Searle melalui Suwito 1983:33 berpendapat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar lambang,
kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat disebut dengan produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur the performance of
speech acts . Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat
dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik. Sebagaimana komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan
perintah, maka tindak tutur dapat pula berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah.
Searle 1975 melalui Nadar 2009 membagi tindak tutur menjadi tiga tindakan yang berbeda, yaitu tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak
perlokusioner. Tindakan-tindakan tersebut diatur oleh atau norma penggunaan bahasa
dalam situasi percakapan antara dua pihak, misalnya situasi perkuliahan, situasi perkenalan, situasi keagamaan, dan lain-lain. Tindak lokusiner adalah tindak tutur
yang semata-mata menyatakan sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tindak tutur. Berbeda dengan tindak lokusioner, tindak ilokusioner adalah apa
yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat berupa tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah,
meminta, dan sebagainya. Tindak ikokusioner dapat dikatakan sebagai tindak terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur. Jenis tindak tutur yang lain
adalah tindak perlokusioner, yaitu tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain.
Seperti halnya dengan kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur. Konteks tuturan sangat mempengaruhi interpretasi tindak
tutur oleh penutur maupun lawan tuturnya. Tuturan “Kamu lebih baik belajar sekarang” yang dimasksudkan sebagai tindak ilokusioner akan tergantung pada siapa
yang menuturkan dan kepada siapa tuturan tersebut dituturkan. Seandainya tuturan itu dituturkan seorang ayah kepada anaknya yang masih sekolah di Sekolah Dasar,
tuturan itu merupakan sebuah perintah. Namun, bila tuturan itu dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya dalam satu rumah kos, tentu tidak dapat
dianggap sebagai perintah melainkan sebagai anjuran atau bujukan Nadar, 2009:15. Mengenai tindak lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner, Wijana 1996
melalui Nadar 2009 memberikan contoh dalam bahasa Indonesia dan memberi
penjelasan lebih jauh. Pada hakekatnya ketiga tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu an act of saying something, tindakan
untuk melakukan sesuatu an act of doing something, dan tindakan untuk mempengaruhi an act of affecting someone
. Tuturan “Saya tidak akan datang” memang menyatakan ketidakmampuan penutur untuk datang, tetapi bila dituturkan
kepada teman yang baru saja merayakan ulang tahun berarti juga melakukan sesuatu yaitu minta maaf. Tuturan “Rumahnya jauh” yang disampaikan kepada ketua
perkumpulan, kepanitiaan, atau organisasi dapat mempunyai makna ilokusi secara tidak langsung bahwa orang yang rumahnya jauh tersebut tidak dapat terlalu aktif
dalam organisasi, sedangkan efek perlokusi yang diharapkan adalah agar ketua tidak memberikan terlalu banyak tugas kepada orang yang rumahnya jauh tersebut.
2. Implikatur