ketidakacuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh
lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara
bereaksi secara spontan terhadap orang lain. c.
Menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran Bochner Kelly, 1974 dalam DeVito, 2011. Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui perasaan dan pikiran yang di lontarkan yaitu memang benar-benar dirasakan dan bisa di pertanggungjawabkan. Cara terbaik
untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunkan kata saya kata ganti orang pertama tunggal.
B. Hakikat Teman Sebaya
1. Pengertian Teman Sebaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Alwi, 2003, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama
bekerja atau berbuat. Santrock 2007 mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat
kematangan yang kurang lebih sama. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa teman sebaya adalah hubungan individu dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.
2. Fungsi Kelompok Teman Sebaya
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa
senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya.
Bagi remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.
Santrock 2007 mengemukakan bahwa salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah:
a Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.
b Memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari kelompok
teman sebaya. c
Memberikan informasi mengenai batasan perilaku yang mereka lakukan.
Mempelajari hal-hal tersebut di rumah tidaklah mudah dilakukan karena saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda. Maka dari itu,
sebagian besar interaksi dengan teman-teman sebaya berlangsung di luar rumah meskipun dekat rumah, lebih banyak berlangsung di tempat-
tempat yang memiliki privasi dibandingkan di tempat umum, dan lebih banyak berlangsung di antara anak-anak dengan jenis kelamin sama
dibandingkan dengan jenis kelamin berbeda. Santrock 2007 mengemukakan bahwa, relasi yang baik diantara
teman-teman sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di m
asa remaja. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan
gangguan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007 menekankan bahwa melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja
mempelajari modus relasi yang timbal balik secara simetris. Anak-anak mengeksplorasi
prinsip-prinsip kesetaraan
dan keadilan
melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan
teman-teman sebaya. Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori yang menekankan
pengaruh negatif
dari teman-teman
sebaya bagi
perkembangan anak dan remaja. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan
bersikap bermusuhan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai
peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya memberikan tempat bagi para remaja melakukan
sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri. Teman sebaya adalah kelompok baru yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang jauh
berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarganya, dan merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi anak untuk bisa belajar hidup
bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Disinilah anak dituntut untuk memiliki kemampuan baru dalam menyesuaikan diri
dan dapat dijadikan dasar dalam interaksi sosial yang lebih besar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Komunikasi Antar Teman Teman Sebaya
Komunikasi yang dilakukan dengan teman sebaya berkaitan dengan minat, keluarga dan relasi dengan orang lain. Dengan
memiliki keterbukaan dalam komunikasi antar teman sebaya maka dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang tidak hanya
didapat dalam keluarga. memberikan masukan koreksi terhadap kekurangan yang dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak
positif bagi remaja yang bersangkutan. Komunikasi yang terjadi pada teman sebaya diharapkan sampai pada tingkat dimana individu
mampu untuk saling mengungkapkan perasaan sehingga dapat menjalin hubungan yang lebih baik, memahami perasaan diri sendiri
maupun orang lain, dan mampu menanggapi perasaan orang lain. Menurut Santrock 2007 peranan penting kelompok sebaya
terhadap individu berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja seringkali meniru bahwa memakai
model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular maka kesempatan bagi dirinya untuk diterima oleh kelompok sebaya
menjadi besar. Remaja memiliki kecenderungan bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang dewasa, belajar
menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar berbagi rasa, bersikap sportif, belajar, menerima dan melaksanakan tanggung
jawab. Belajar berperilaku sosial yang baik dan belajar bekerjasama .
4. Keterbukaan Diri dalam Komunikasi antar Teman Sebaya
Keterbukaan diri dalam komunikasi antar teman sebaya merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap
situasi yang sedang hadapi serta memberikan informasi terhadap masa lalu yang relevan. Pengungkapan reaksi atau tanggapan terhadap
situasi tersebut dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal yang melibatkan paling sedikit dua orang serta adanya umpan balik dan
pengaruh. Komunikasi tersebut dilakukan oleh teman yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.
Keterbukaan diri pada teman sebaya hendaknya mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama komunikator
memiliki kesediaan diri untuk terbuka kepada teman sebaya, sesuai dengan lingkungan dan hubungan yang terjalin. Kedua komunikator
memberikan stimulus ketika berkomunikasi dengan teman sebaya. Ketiga komunikator menyadari perasaan dan pikiran yang
diungkapkan.
C. Hakekat Bimbingan Pribadi Sosial