1
BAB I PENDAHULUAN
Bab  ini  memaparkan  latar  belakang  masalah,  pembatasan  masalah, rumusan  masalah  penelitian,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian  dan  batasan
istilah variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia  merupakan  mahluk  sosial  yang  membutuhkan  orang  lain. Manusia  dalam  menjalin  hubungan  dengan  orang  lain  tidak  lepas  dari  rasa
ingin  tahu  tentang  lingkungan  sekitar  dan  berbagai  macam  informasi mengenai  orang    lain,  sehingga  perlu  adanya  komunikasi.  Komunikasi  yang
dilakukan  merupakan  setiap  bentuk  tingkah  laku  seseorang  baik  verbal maupun  non  verbal  yang  ditanggapi  oleh  orang  lain.  Maka  perlu  adanya
ucapan  secara  verbal  maupun  perilaku  yang  menunjukkan  adannya keterbukaan maupun penerimaan dalam melakukan komunikasi.
Keterbukaan  dalam  komunikasi  membangun  hubungan  yang  kuat, stabil, dekat dan penuh perhatian yang menentukan bagaimana perkembangan
kemampuan dalam menjalin hubungan pada masa berikutnya. Hal ini berarti keterbukaan dalam komunikasi digunakan untuk membangun hubungan yang
lebih  dalam,  baik  itu  dalam  membangun  persahabatan  maupun  cinta. Keterbukaan  diri  dalam  komunikasi  merupakan  upaya  untuk  mencapai
hubungan baru  yang merupakan salah satu  keterampilan  sosial  yang penting untuk  dimiliki  oleh  setiap  orang,  termasuk  siswa  di  lingkungan  sekolah.
Keterbukaan  diri  dalam  komunikasi  ditandai  dengan  perilaku  mau menanggapi pembicaraan orang lain, bersedia berkata jujur kepada orang lain
dan mau mengungkapkan baik secara verbal maupun non verbal secara tepat gagasanide serta perasaan yang dimiliki.
Siswa yang kurang memiliki keterbukaan diri dalam komunikasi akan mengalami  kesulitan  menjalin  relasi  dengan  orang  lain  dalam  upaya
membangun keakraban dan kepercayaan. Adapun hal-hal yang menyebabkan siswa  merasa  ragu  untuk  terbuka  dalam  melakukan  komunikasi  antara  lain
karena  merasa  takut  rahasianya  terbongkar,  kurang  percaya  diri  pada  lawan bicara,  dan  takut  akan  akibat  yang  muncul  setelahnya.  Hal-hal  tersebut
menyebabkan  siswa  lebih  nyaman  untuk  menyendiri  dan  memendam perasaan.
Masalah mengenai keterbukaan diri dalam komunikasi dengan teman sebaya tampak dialami oleh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun
ajaran  20152016  ditandai  dengan  kebingungan  siswa  untuk  menuliskan teman  curhat  teman  untuk  berbagi  cerita  ketika  mengisi  sosiometri  pada
awal kegiatan bimbingan di kelas sehingga beberapa siswa tidak menuliskan nama dan nomor absen teman curhat dalam satu kelas. Curhat yang dilakukan
antara satu siswa dengan siswa lain membutuhkan adanya keterbukaan dalam komunikasi,  kemauan  dan  kemampuan  untuk  menyampaikan  gagasan  dan
perasaan  yang  dipikirkan  secara  verbal.  Maka  kebingungan  siswa  untuk menuliskan  teman  curhat  menunjukkan  bahwa  keterbukaan  diri  dalam
komunikasi  pada  teman  sebayanya  masih  kurang.  Keterbukaan  diri  siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam  berkomunikasi  yang  rendah  berpengaruh  pada  kemampuan  siswa dalam  berelasi  dengan  teman  sebaya.  Selain  hal  tersebut  juga  terlihat  dari
ungkapan  beberapa  siswa  kelas  XD  pada  saat  bimbingan  klasikal,  bahwa mereka  tidak  pernah  bercerita  mengenai  masalah  yang  sedang  dihadapi
kepada  teman.  Selain  itu  ketika  bimbingan  klasikal  di  kelas  XA  beberapa siswa  kurang  mampu  menerima  pendapat  siswa  lain  dalam  dinamika
kelompok mengenai kekurangan dan kelebihan diri. Kemampuan  untuk  melakukan  keterbukaan  dalam  berkomunikasi
yang  baik  membantu  siswa  dalam  mencapai  kesuksesan  akademik  dan penyesuaian  diri.  Apabila  siswa  tidak  memiliki  keterbukaan  diri,  maka  akan
mengalami  kesulitan  berkomunikasi  dengan  orang  lain.  Misalnya  dalam lingkungan sekolah banyak dijumpai adanya komunikasi yang kurang efektif
antara  siswa  dengan  guru,  dan  siswa  dengan  teman-temannya.  Hal  ini  dapat dilihat  dari  gejala-gejala  seperti  terjadi  di  SMA  Pangudi  Luhur  Sedayu.
Gejala-gejala  tersebut  yaitu  siswa  kurang  mampu  dan  kurang  mau mengeluarkan  pendapat  baik  ketika  pelajaran  maupun  dengan  teman,  tidak
mampu mengemukakan ide atau gagasan yang ada pada dirinya, merasa was- was  atau  takut  jika  hendak  mengemukakan  sesuatu  Johnson,  1990.
Ketidakmampuan melakukan
keterbukaan dalam
komunikasi juga
menyebabkan  siswa  kesulitan  untuk  berbicara  dengan  orang  lain,  relasi  dan penyesuaian diri dengan teman rendah.
Tingkat  keterbukaan  dalam  berkomunikasi  pada  siswa  dengan  teman sebaya  berbeda-beda.  Upaya  untuk  meningkatkan  keterbukaan  diri  dalam
komunikasi  siswa  yang  rendah  yaitu  dengan  memberikan  bimbingan  yang sesuai,  yang  membantu  siswa  untuk  semakin  mampu  memiliki  keterbukaan
dalam  berkomunikasi  dengan  teman  sebaya,  sebab  sifat  yang  terbuka memiliki efek positif secara langsung pada kepuasan hidup di kemudian hari.
Siswa  yang  memiliki  keterbukaan  diri  diharapkan  memiliki  kepuasan  hidup yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  siswa  yang  tidak  memiliki
keterbukaan diri. Oleh  sebab  itu  untuk  mengetahui  tingkat  keterbukaan  dalam
komunikasi  antar  teman  sebaya  pada  siswa-siswi  SMA  Pangudi  Luhur Sedayu  di  kelas  XI,  maka  peneliti  tertarik  untuk  mengangkat  judul
“Keterbukaan Diri dalam Komunikasi antar Teman Sebaya Studi Deskriptif pada  Siswa-siswi  kelas  XI  di  SMA  Pangudi  Luhur  Sedayu  Tahun    Ajaran
20162017  dan  Implikasinya  terhadap  Topik- topik  Bimbingan”.  Melalui
skripsi ini peneliti berharap akan ada manfaat  yang dapat diambil oleh SMA Pangudi  Luhur  Sedayu  maupun  pihak  lain  dalam  mengetahui  tingkat
keterbukaan diri siswa.
B. Identifikasi Masalah