menghormati hak-hak orang lain, maka orang lain akan menghormati dan menghargai hak-hak kita sehingga hubungan sosial antar individu dapat
terjalin dengan sehat dan harmonis. Contoh : mau mendengarkan dan menerima pendapat atau masukan dari orang
lain. B.
Pengikutsertaan
Participation
Setiap individu harus dapat mengembangkan dan melihara persahabatan. Seseorang yang tidak mampu membangun relasi dengan orang lain dan lebih
menutup diri dari relasi sosial akan menghasilkan penyesuain social yang buruk. Individu ini tidak memiliki ketertarikan untuk berpartisipasi dengan
aktivitas di lingkungannya serta tidak mampu untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, sedangkan bentuk penyesuaian akan dikatakan baik apabila
individu tersebut mampu menciptakan relasi yang sehat dengan orang lain, mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, serta
menghargai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Contoh : aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan
masyarakat, seperti kerja bakti, kumpul acara kepemudaan, dll. C.
Persetujuan sosial
Social approval
Minat dan simpati terhadap kesejahteraan orang lain. Hal ini dapat merupakan bentuk penyesuaian sosial di masyarakat, dimana individu dapat peka dengan
masalah dan kesulitan orang lain di sekelilingnya serta bersedia membantu meringankan masalahnya. Selain itu individu juga harus menunjukan minat
terhadap tujuan, harapan dan aspirasi, cara pandang ini juga sesuai dengan tuntutan dalam penyesuaian keagamaan
religious adjustment
. Contoh : peka terhadap lingkungan dan masyarakat serta memiliki simpati
terhadap orang lain. D.
Mementingkan kepentingan orang lain
Altruisme
Saling membantu dan mementingkan orang lain merupakan nilai-nilai moral yang aplikasi dari nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari penyesuaian
moral yang baik yang apabila diterapkan dimasyarakat secara wajar dan bermanfaat maka akan membawa pada penyesuaian sosial yang kuat. Bentuk
dari sifat-sifat tersebut memiliki rasa kemanusian, rendah hati, dan kejujuran dimana individu yang memiliki sifat ini akan memiliki kestabilan mental,
keadaan emosi yang sehat dan penyesuaian yang baik Contoh : membantu teman disaat mereka membutuhkan bantuan.
E. Penyesuaian
Conformity
Menghormati dan mentaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi dan kebiasaan. Adanya kesadaran untuk mematuhi dan menghormati peraturan dan tradisi
yang berlaku di lingkungan maka ia akan dapat diterima dengan baik di lingkungannya.
Contoh : mematuhi aturan yang ada di lingkungan masyarakat
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial yang Baik
Ada beberapa faktor agar individu diterima di dalam kelompok, apabila individu dapat memenuhinya, maka individu akan diterima di dalam
kelompok tersebut. Syamsuddin 2000 mengemukakan mengenai masalah-masalah yang
dihadapi individu yang mempengaruhi penyesuaian sosial sebagai berikut. a.
Munculnya kecanggungan-kecanggungan dalam pergaulan akibat adanya perbedaan dalam perkembangan fisik, seperti pada laki-laki suara yang
“cempreng” dan badan terlihat kurus,. Pada perempuan payudara kecil dan badan terlampau gemuk.
b. Munculnya sikap penolakan diri akibat
body image
tidak sesuai dengan gambaran diri yang sesungguhnya. Seseorang ingin terlihat tampan atau
cantik, akan tetapi hal ini tidak seperti yang mereka inginkan. c.
Timbulnya gejala-gejala emosional tertentu seperti perasaan malu, karena adanya perubahan suara laki-laki dan peristiwa menstruasi perempuan
d. Munculnya perilaku-perilaku seksual yang menyimpang pada individu
yang tidak terbimbing oleh norma, seperti pacaran tidak tahu tempat dan batasan-batasannya.
e. Timbulnya masalah pada diri seseorang yang memiliki prestasi di bawah
kapasitasnya atau rasa rendah diri pada seseorang yang tidak pernah tuntas. Seseorang akan pesimis dan menyerah jika prestasinya rendah
karena akan menjadi bahan ejekan teman-temannya.
f. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan destruktif yang
spontan untuk melampiaskan ketegangan emosionalnya. Seseorang yang masih labil dalam mengambil keputusan akan melakukan tindakan-
tindakan diluar batas, seperti mengajak berkelahi, merusak barang, dll.
Menurut Hurlock 1992 hal yang dapat menyebabkan individu
diterima dalam suatu kelompok adalah sebagai berikut:
a. Kesan pertama yang menyenangkan, seperti penampilan yang menarik,
sikap yang tenang dan gembira b.
Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya. Seseorang akan diterima dalam kelompok jika berpenampilan yang sesuai,
seperti gaya rambut, berpakaian, dll. c.
Perilaku sosial yang baik ditandai dengan kerjasama, tanggungjawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan
d. Matang terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan dalam
mengikuti peraturan-peraturan. Seseorang yang stabil dan dapat mengontrol emosinya pasti akan diterima dalam kelompok.
e. Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti
jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ramah, jujur dan tidak egois membuat orang tersebut diterima dalam kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bila ingin diterima dalam kelompok sosial, individu harus memenuhi berbagai berbagai hal yang harus dilakukan
untuk dapat diterima dalam kelompok sosial, serta individu harus dapat melakukan proses belajar yang baik di dalam lingkungan keluarga maupun di
lingkungan sosial.
F. Hakekat Pubertas dan Penyesuaian Sosial
1. Pengertian Pubertas
Masa pubertas merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
individu-individu ke masa individu yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Menurut Monks 2002 pubertas
berasal dari kata puber yaitu
pubescere
yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan
perkembangan seksual. Pubertas sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kindividu-kindividu ke masa individu, atau masa usia
belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Pubertas adalah masa ketika seorang individu mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Menurut Root dalam Hurlock
2004 Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi
kematangan alat –alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Pubertas
adalah usia dimana mereka mampu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana mereka tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkatan sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak Hurlock, 1996.
Selain mampu berintegrasi dengan orang yang lebih tua di lingkungan masyarakat, individu sangat berpengaruh terhadap teman sebaya. Pengaruh
dari teman sebaya meliputi sikap, pembicaraan, minat penampilan dan perilaku. Kelompok sebaya memberikan tempat untuk individu untuk
bersosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai- nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman-teman
seusianya. Dipertegas oleh Syamsudin 1990 bahwa masa puber adalah masa yang penuh dengan reaksi dan depresi disertai emosinya masih labil dan
belum terkendali seperti perasaan marah, gembira, sedih dipengaruhi oleh
psikologisnya. Individu pada masa pubertas yang menjalani kehidupan di
lingkungan sosial diwarnai dengan tugas perkembangan yang harus mereka capai di usia mereka saat ini.
2. Tugas Perkembangan Sosial Masa Pubertas
Individu pada masa pubertas menjalani kehidupan diwarnai dengan tugas perkembangan yang harus mereka capai di usia mereka saat ini. Robert
Havighurst dalam Melly, 1984 menjelaskan tugas-tugas perkembangan dalam hal sosial, yaitu:
a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman
sebayanya baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan teman jenis kelamin lain. Seseorang dalam melakukan tindakan sosial tidak hanya
dengan sesama jenis, tapi baiknya dengan lawan jenis agar dapat berelasi pada semua orang dengan baik.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing- masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat
c. Memperlihatkan
tingkah laku
yang secara
sosial dapat
dipertanggungjawabkan. Sikap tanggungjawab menjadikan seseorang dihargai oleh orang lain.
d. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-
tindakannya dan pandangan hidupnya. Seseorang harus mengerti dan mempelajari tentang aturan-aturan yang belaku agar dalam melakukan
penyesuaian sosial dapat diterima dalam masyarakat. Winkel 2006 juga menyebutkan beberapa tugas pekembangan, antara
lain: a.
Membawa diri sesuai dengan peranannya dalam masyarakat sebagai pria atau wanita. Seseorang dalam bersosial baik jika ikut ronda, pertemuan
pemuda laki-laki, arisan, tidak pulang larut malam perempuan.
b. Mempersiapkan diri untuk kelak memegang suatu jabatan di masyarakat.
Belajar menjadi ketua pemuda, organisasi di kampung, serta berkelakuan dan memiliki minat sosial karena kelak menjadi kepala rumah tangga
yang baik.
Dari tugas perkembangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam tugas perkembangan tersebut, terlihat hubungan yang erat antara lingkungan
kehidupan sosial dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh individu dalam hidupnya. Individu pada masa pubertas melakukan tugas-tugasnya akan
selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial. Individu memiliki banyak hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka dari itu
mereka harus melakukan penyesuaian sosial .
3. Karakteristik Masa Pubertas
Gunarsa 1989 merangkum beberapa karakteristik yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan, yaitu:
a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
b. Ketidakstabilan emosi.
c. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
d. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi individu tidak sanggup
memenuhi semuanya.
e. Senang bereksperimentasi dan senang bereksplorasi.
f. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
g. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
G. Bimbingan Pribadi-Sosial
1. Definisi Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan proses untuk membantu seseorang dalam mengembangkan potensinya, mengenal dirinya sendiri serta
mengenal lingkungan sekitarnya dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi sehingga menjadi manusia yang seimbang antara kehidupan
individual dan kehidupan sosial. Menurut Winkel 1997 bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan
mengatasi pergumulan batinnya sendiri, dalam mengatur dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran
nafsu seksual dan sebagainyam serta bimbingan dalan membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dan berbagai lingkungan.
Sukardi 1993 mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah
pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Menurut pendapat Ahmadi 1991 Bimbingan pribadi-sosial adalah
seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi
sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis
kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang
dialaminya. Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf 2005 yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk
membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Hal yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah
masalah hubungan dengan sesama teman, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat
mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu
bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial,
seperti penyesuaian diri, sosial dalam menghadapi konflik dan pergaulan. Bimbingan memerlukan topik bimbingan yang merupakan materi atau
bahan yang digunakan guru pembimbing di sekolah untuk membantu siswa dalam mengembangkan diri. Topik bimbingan tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan alat tes atau tes untuk mengecek masalah siswa. Topik bimbingan dibuat berdasarkan kebutuhan atau masalah siswa yang kerap
dialami atau sedang dialami, seperti: kiat belajar sebelum ujian, percaya diri, dll. Topik bimbingan harus disesuaikan dengan strata sekolah, SD, SMP, atau