Teori Reinforcment dari Hull

3 Restrukturisasi Ide Dalam hal ini ada tiga hal yaitu: Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide orang lain lewat diskusi, membangun ide yang baru, mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen 4 Penggunaan ide dalam banyak situasi Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi 5 Review, bagaiman ide itu berubah.

2.5.3 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Piaget dalam Budiningsih 2004: 35, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembangan menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam di dalam struktur kognitifnya. Piaget dalam Gredler 2011:341 juga menyatakan bahwa anak membangun sendiri skemanya serta mebangun konsep-konsep melalui pengalaman- pengalaman. Piaget membedakan perkembangan penalaran kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu: 1 Periode sensori motor 0-1 tahun Proses penalaran kecerdasan prasimbolik dan preverbal berkaitan dengan perkembangan pola tindakan. 2 Periode pra operasional usia 2-3 hingga 7-8 tahun Permulaan sebagian pemikiran logis, namun penalaran anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dan keputusannya didasarkan pada petunjuk perseptual. Anak kecil tidak membedakan antara realitas kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah. 3 Periode operasional konkret 7-8 tahun hingga 12-14 tahun Berkembangnya cara berpikir logis berhubungan dengan objek konkteret. Anak mulai memahami bahwa operasi tertentu secara simultan dan niscaya mengimplikasikan kebalikannya. Anak mulai mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi pemcahan masalah dan cara untuk mengesampingkannya secara sistematis. 4 Perode operasional formal usia di atas 14 tahun. Kapabilitas untuk secara logis menangani situasi multifactor mulai muncul. Individu dapat mendeduksi berbagai kemungkinan dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotesis ke konkret. Dalam perkembangannya, siswa SMP merupakan peralihan antara tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal dalam masa ini siswa masih memiliki hasrat untuk bermain tinggi, dan masih belum terbiasa dengan aturan- aturan yang kaku, oleh karena itu penerapan pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani akan sesuai dengan karakteristik peserta didik pada tahap ini.