Penelitian ini mengambil sampel bank BSM yang telah menggunakan fasilitas internet banking dengan tingkatan ketiga, yaitu internet banking
advance transaction. Internet banking merupakan sebuah model bisnis elektonik yang
didefinisikan oleh Jean-Michel Sahut sebagai konsep baru dari model bisnis yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Model bisnis elektronik ini
meliputi 4 bentuk, yaitu:
16
1. vertical portal, menawarkan informasi keuangan seperti Yahoo finance
2. aggregator, berperan sebagai orang ketiga yang dapat menjadi mediator dalam transaksi online untuk mencegah penipuan,
seperti broker 3. speciality manufacturer, merupakan penyedia jasa keuangan
yang mendistribusikan jasa melalui jaringan mereka sendiri ataupun pihak yang sudah bekerja sama, model ini berupa jasa
perbankan, visa, dll 4. company sites, merupakan jasa keuangan secara online, baik
itu bank, investasi, ataupun asuransi.
16
Jean Michel Sahut, Business Model of Internet Banks, Switzerland didownload dari http:ssrn.comabstract=1755496
Hubungan Internet Banking terhadap Peningkatan Laba
Bank of Scotland telah menggunakan internet banking semenjak lebih dari 25 tahun yang lalu. Penelitian yang dilakukan oleh Booz et al. pada tahun
1997 menunjukkan bahwa pemanfaatan internet menjadi salah satu alternatif yang secara efektif mampu menekan beban biaya dalam menjangkau
konsumen jasa keuangan. Survey yang dilakukan di Amerika pada tahun 2000, menunjukkan bahwa penggunaan internet banking memiliki beban
biaya termurah dibanding pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM dan PC Banking. Internet Banking dianggap sebagai suatu proses inovasi yang
memiliki fungsi utama sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang untuk memperluas jasa perbankan.
17
Penelitian yang dilakukan Degado et. al pada 2007 terhadap 72 bank komersial di spanyol periode 1994-2002 menunjukkan bahwa pengadopsian
internet banking membutuhkan waktu hingga bisa memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan. Membutuhkan waktu satu tahun setengah untuk
melihat nilai ROA return on asset mengalami peningkatan yang signifikan dan butuh tiga tahun untuk nilai ROE return on equity. Dalam konteks ini,
internet banking digunakan lebih sebagai pelengkap dari pada sebagai pengganti pengadaan kantor cabang.
18
17
De Young et al., How the Internet affects output and performance…, J. Bank Finance 2006
18
Ibid., h.7
Jadi, pada dasarnya fitur internet banking adalah salah satu inovasi yang diupayakan pihak bank untuk memberikan pelayanan lebih terhadap
nasabah mereka dengan asumsi mendapatkan feedback berupa peningkatan laba bank.
E. Dana Pihak Ketiga DPK
Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan. Semakin besar keuntungan yang
diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank syariah. Nasabah akan membandingkan secara
cermat antara expected rate of return yang ditawarkan oleh bank syariah dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini
akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak ketiga.
19
Dana pihak ketiga ini terdiri dari beberapa kategori, yaitu:
20
a Giro Giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap
sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar
apapun kepada
pemegangnya, bahkan
tidak
19
Nur Kurnaliyah. Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah dengan Metode System Dynamics. Jakarta: UIN Jakarta, 2011. h.30
20
Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah.Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. h.41
mengenakan biaya layanan service charge. Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasional bagi hasil profit sharing.
Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank.
Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan
wadi’ah yad al dhamanah.
b Tabungan Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada
beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti fixed return. Pada
bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti.
Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank dan setuju
untuk berbagai resiko dengan bank. c Deposito
Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil bunga yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari
labarugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya
rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda
– beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan pooled menjadi satu dengan
rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan financing.
Hubungan antara DPK dengan laba bank
Dalam teorinya dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap perkembangan laba bank syariah.
Semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga maka akan semakin besar laba yang diperoleh oleh bank. Karena dana pihak ketiga merupakan suatu variabel yang
sangat penting dalam mengukur laba pada bank syariah, karena hampir seluruh dana dari masyarakat DPK disalurkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk pembiayaan, pendanaan, tabungan maupun deposito yang menjadi salah satu sumber pendapatan bank.
F. Non Performing Finance NPF
Menurut Wiraatmadja pembiayaan bermasalah NPF adalah pembiayaan yang tidak dapat atau berpotensi untuk tidak mampu
mengembalikan pembiayaan bersdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda
terlebih dahulu.
21
Sedangkan menurut Veithzal, pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
21
Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang
berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.
22
Analisis ini menggunakan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar tingkat NPF ini maka semakin tidak
baik. Non Performing Financing atau Non Performing Loans dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong tidak lancar macet
yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Proses pemberian
dan pengelolaan pembiayaan yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh
kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan
pemantauan monitoring setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.
Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio pembiayaan bermasalah NPF dan pembentukan cadangan cash provision.
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, karena akan
22
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional Sharia System. ”
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007