Pengaruh internet banking,NPF,DPK dan Bopo terhadap laba undang-undang administrasi kependudukan

(1)

PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK

DAN BOPO TERHADAP LABA

(Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh : Nabela Hapsari NIM : 109046100191

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Nabela Hapsari. NIM 109046100191. PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengadaan internet banking terhadap kinerja keuangannya dilihat dari nilai laba dan meliputi rasio NPF, DPK, dan BOPO dengan menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah pengadaan internet banking pada Bank BSM.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang telah menggunakan internet banking. Hingga 2015 ada 11 bank umum syariah yang terdiri dari 5 bank yang sudah memiliki internet banking dengan tingkat transactional, sedangkan 6 lainnya hanya menyediakan info melalui website atau tingkat

informational website. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi dummy dengan bantuan program SPSS untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari variabel

internet banking, variabel NPF dan variabel DPK terhadap laba bank, sedangkan variabel BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank, pengaruh variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Indeks Determinasi menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memiliki pengaruh terhadap nilai variabel dependen sebesar 78% sedangkan sisanya sebesar 22% (100-78) dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Internet Banking, Laba, BOPO, NPF, DPK Pembimbing : M Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si.


(6)

vi

menjalani setiap langkah sehingga terselesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP

LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)” dapat terselesaikan dengan baik

sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Strata-1 program Perbankan Syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang turut membantu terutama dukungan imateril yang tidak akan dapat penulis dapatkan ditempat lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak khususnya kepada:

1. Bapak Dr JM Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat. 3. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing.

Terimakasih atas segala waktu, masukan, kesabaran, kebaikan hati dan bimbingan yang senantiasa diberikan dalam proses bimbingan.

4. Ibu Ria Safitri, S.H, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih untuk nasehat yang diberikan selama penulis dalam masa studi.


(7)

vii

5. Bapak dan ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa studi.

6. Orangtua terbaik sepanjang zaman, Ibunda Rukiah -mama surgaku- dan Ayahanda M Yazid -papa paling gantengku-, terimakasih atas semua kasih sayang, cinta, rindu, bimbingan, kesabaran, dan doa terbaik mama papa. Maafkan Ananda atas semua air mata, kecewa dan kesedihan tersebab Ananda 7. Abang dan Ayundaku tersayang, bang Dayat, yuk Liza. Terimakasih atas doa,

nasihat dan semangatnya selalu. Terimakasih sudah memberikan bang Azka dan dek Naya.

8. Ibu Isnawati Rais, Bapak Hendra Kholid, Ibu Euis Amalia, Bapak Bukhori Muslim, Bapak Ali Sakti, dan Ayunda Rika yang telah menjadi teladan dan menginspirasi penulis untuk menjadi manusia yang lebih berilmu dan lebih bermanfaat bagi orang lain.

9. Ronacible, Finally I know who and how I really am…

10.My dearest sister, para Pembelajar Sejati; Hielmiyani ‘miauw’ the lovely one,

Ma’rifah‘fahri’ the so missed one, dan Rahayu ‘Ayuuuu’ the ever lasting one. 11.Personil KOMDA FSH 2007-2012 dengan ukhuwah hebatnya, Syiar On 7

dengan segala keasyikannya, Laskar LiSEnSi dengan semangat Ekonom Rabbaninya, kalian luar biasa! Semoga selamanya...

12.Semua Agen Markas Kabayan, Fitri cantik, Nyai beautiful fighter, ka Ratna bu guru, Vesi lampung girl yang nyasar ke Aceh, Rahmy Hafidzhah, Quartet


(8)

viii

14.Makhluk ketje di Izzatunnisa, krucil-krucil di Faskho yang selalu mendoakan kakaknya ini, serta Lingkaran Huurin’in yang selalu ada untukku kembali. 15.Teman-teman Perbankan Syariah 2009 Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas PSF 2009.

16.Dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Jakarta, Mei 2015


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Identifikasi Masalah 7

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

E. Sistematika Penulisan 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.Konsep Laba 10

1. Pengertian Laba 10

2. Pengertian Laba Bersih 11

3. Pertumbuhan Laba 11

B.Analisis Kinerja Keuangan 12


(10)

x

4. Pengguna Informasi Laporan Keuangan 17

D.Internet Banking 18

E. Dana Pihak Ketiga (DPK) 23

F. Non Performing Finance (NPF) 25

G.Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 27

H.Revies Studi Terdahulu 28

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian 35

B.Objek Penelitian 35

C.Jenis dan Sumber Data 35

D.Teknik Pengumpulan Data 36

E. Populasi dan Sampel 37

F. Teknik Pengolahan Data 38

G.Hipotesis Penelitian 38

H.Metode Analisa Data 38

1. Model Regresi 38

2. Definisi Operasional Variabel 39

3. Uji Asumsi Klasik 42


(11)

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian 48

1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri 48

2. Visi dan Misi 49

3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri 50

B.Uji Asumsi Klasik 51

1. Uji Normalitas 52

2. Uji Autokorelasi 52

3. Uji Multikolinearitas 53

4. Uji Heteroskedasitas 55

C.Analisis Regresi Berganda 56

D.Uji Hipotesis 59

1. Uji t 60

2. Uji f 61

E. Pembahasan Hasil Penelitian 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 65

B.Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67


(12)

xii

Tabel 4.1 Model Summary 52

Tabel 4.2 Coefficients 54

Tabel 4.3 Variabel Entered/Removed 56

Tabel 4.4 Model Summary 56

Tabel 4.5 Coeffiecients 57

Tabel 4.6 Uji Regresi Berganda Coefficients 60

Tabel 4.7 Anova 62

Tabel 4.8 Hubungan Variabel Independen terhadap Laba Bank 63


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teknologi berkembang setiap saat, merubah perilaku dan gaya hidup masyarakat dunia. Perkembangan teknologi dalam telekomunikasi salah satunya adalah telepon yang semulanya statis telah berubah menjadi mobile. Kemudian, fasilitas internet sudah tertanam diperangkat mobile phone yang harganya bisa dijangkau masyarakat menengah ke bawah. Ada pula

smartphone, dikenal sebagai produk telekomunikasi dengan teknologi canggih yang mempunyai banyak fungsi, tidak sekedar alat komunikasi.

Menurut angka satistik yang dikeluarkan oleh Internet World Stats1, pada akhir tahun 2012 Indonesia berada pada posisi ke 11, 20 besar teratas untuk penggunaan internet sedunia, berada diatas Mesir, Korea, dan Turki. Banyak faktor yang membuat Indonesia bisa meraih posisi tersebut. Provider jaringan seluler Indonesia yang berlomba-lomba menyediakan produk paket data internet untuk pelanggan dengan harga semurah-murahnya dan ditambah dengan semakin banyaknya ruang publik yang menyediakan wifi gratis. Data berikut adalah perkembangan jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses Internet yang diambil dari website Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

1


(14)

Gambar 1.1

Statistik pengguna internet di Indonesia

Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)2

Dari data diatas, diakhir tahun 2013 pengguna internet diprediksi bisa mencapai angka 82 juta jiwa, atau sepertiga penduduk Indonesia. Angka yang tidak mustahil melihat perkembangan teknologi di Indonesia saat ini. Maka dapat dipastikan, gaya hidup masyarakat Indonesia pun mengalamai perubahan. Banyak hal yang tidak diperlukan lagi wujud fisiknya, semuanya dilakukan dalam bentuk digital. Misalnya saja koran, kertas promosi, foto, dan gambar, tidak perlu dicetak menggunakan kertas cukup dengan e-book,

komunikasi surat menyurat sudah ada email, bahkan uangpun sudah ada e-money. Semuanya terasa lebih efisien dan efektif, menghemat waktu karena

2


(15)

3

prinsip teknologi komunikasi adalah real time, saat dikirim saat itu pula diterima.3

Maka, sektor ekonomi menjadi salah satu sektor yang sangat terpengaruh oleh perkembangan teknologi ini. Masyarakat sudah mulai mengenal e-commerce, perdagangan online dimana penjual tidak perlu menyewa toko dan menghadirkan barangnya langsung. Cukup dengan sebuah website, informasi barang yang dijadikan objek transaksi dapat diketahui secara lengkap, rinci, tidak terbatas waktu, tidak terbatas tempat.

Dunia online yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia menjadi sebuah pasar yang harus diperhatikan oleh para pelaku bisnis. Bisnis perbankanpun semakin inovatif dalam mengembangkan produk jasa perbankannya. Pada awalnya, perbankan menggunakan teknologi berbasis sistem jaringan ini hanya untuk menghubungkan database dari kantor pusat ke kantor cabangnya. Sekarang sudah berkembang menjadi banyak produk, meliputi ATM (Automatic Teller Machine), Telephone Banking, PC Banking,

Internet Banking, TV Banking, dan Mobile.4 Perkembangan teknologi ini, menjadi salah satu landasan dari kebijakan yang diambil pihak bank untuk menarik perhatian konsumen agar menjadi nasabah.

Industri perbankan menggunakan internet sebagai saluran pasar yang baru untuk menawarkan berbagai layanan jasa dengan aktivitas tanpa batas

3

Rhenald Kasali. Cracking Zone, cet 4(Jakarta: PT Gramedia, 2011), 4


(16)

melalui online banking. Ketersediaan delivery channel yang dapat diakses selama 24 jam dan 7 hari seminggu sepanjang tahun akan menjadi suatu keharusan bagi bank yang ingin tetap eksis dalam memperebutkan pasar ritel. Fenomena internet menciptakan alternatif baru proses bisnis perbankan dengan jangkauan layanan yang lebih luas.

Industri perbankan merupakan wilayah bisnis yang akan selalu dibutuhkan dimasa depan dan membuat semakin banyak pesaing yang bermain di industri ini. Pada saat ini tercatat ada sekitar 119 bank yang berkembang di Indonesia per februari 2015.5 Maka ada banyak pesaing yang akan mempengaruhi proses pengembangan bank. Menimbulkan masalah yang tak dapat dihindari akibat persaingan yang ketat.

Berikut beberapa masalah yang sering ditemukan di industri perbankan di dalam menghadapi perkembangan;6

1. bank harus mengejar pertumbuhan dan perluasan,

2. bank dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat dan akurat,

3. perubahan teknologi,

4. perubahan struktur dana, dan 5. persaingan

5

http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Pages/spi_0215.aspx (diakses pada tanggal 20 april 2015, pukul 14.25)

6


(17)

5

Pengaruh faktor eksternal seperti perubahan teknologi dan persaingan membuat pihak manajemen bank harus bisa membuat langkah strategis agar dapat bertahan dan memberi keuntungan yang maksimum bagi bank. Secara khusus, perkembangan industri perbankan Indonesia memiliki market baru seiring dengan berkembangnya market keuangan syariah di dunia. Industri perbankan syariah berkembang di Indonesia dan menambah pemain baru dalam persaingan industri perbankan.

Bank syariah memiliki market sharenya hanya 5%7 yang jumlahnya jauh lebih kecil dari perbankan konvensional. Maka perbankan syariah di Indonesia harus ikut mengatasi masalah perkembangannya dengan ikut mengikuti perubahan teknologi dengan mengembangkan inovasi teknologi seperti internet banking sebagai nilai tambah bagi calon nasabah agar dapat bersaing dengan perbakan konvensional.

7

http://ekbis.sindonews.com/read/964020/34/ojk-market-share-bank-syariah-5-1423810057 (diakses pada 31 Maret pukul 16.20)


(18)

Berikut dapat dilihat kondisi internet banking perbankan syariah di Indonesia:

Tabel 1.1

Daftar Internet Banking Perbankan Syariah di Indonesia

No Nama Bank Transactional Internet Banking

Memiliki Tidak Memiliki

1 PT Bank Syariah Mandiri √

2 PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia √

3 PT Bank Syariah BNI √

4 PT Bank Syariah BRI √

5 PT. Bank Syariah Mega Indonesia √

6 PT Bank Jabar dan Banten √

7 PT Bank Panin Syariah √

8 PT Bank Syariah Bukopin √

9 PT Bank Victoria Syariah √

10 PT BCA Syariah √

11 PT Maybank Indonesia Syariah √

Sumber : hasil olahan data penulis dengan melakukan survey ke website masing-masing bank

BSM adalah bank syariah yang pertama menyediakan layanan internet banking yaitu pada akhir tahun 2007. Layanan jasa internet banking yang disediakan memiliki banyak keunggulan dibanding internet banking bank syariah yang lain. Dengan alasan keunggulan inilah BSM menjadi objek yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Keunggulan yang diberikan oleh jasa teknologi internet ini meningkatkan pertumbuhan jumlah pengadaan internet banking di perbankan


(19)

7

nasional. Namun demikian, perlu dipelajari adakah pengaruh pengadaan

internet banking dengan profitabilitas bank.

Berdasarkan hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh pengadaan internet banking terhadap kinerja keuangannya dengan menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah pengadaan

internet banking karena laporan keuangan merupakan suatu dasar untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah pada laporan keuangan yang disajikan Bank BSM, dapat dilihat bahwa nilai rasio profitabilitas setelah dan sebelum menggunakan internet banking mengalami pertumbuhan yang terlihat dilihat dari nilai ROA, menyatakan ada perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian laba pada bank. Peneliti merasa perlu dilakukan penelitian apakah pengadaan internet banking akan berdampak pada nilai NPF, DPK dan BOPO juga dan apakah menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan laba bank.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis memberikan batasan terhadap penelitian yaitu sampel bank yang dipilih. Penelitian ini akan dilakukan di Bank BSM karena Bank BSM adalah bank syariah pertama yang telah menerapkan produk jasa internet


(20)

banking, yaitu sejak akhir 20078. Penulis akan menggunakan data laporan keuangan kuartal I di tahun 2005 hingga kuartal III di tahun 2014 dengan menganalisis nilai rasio keuangan Bank BSM yang tersedia baik di website BSM maupun yang tersedia di website Bank Indonesia.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, diuraikan sebagai berikut:

1. apakah terdapat pengaruh internet banking terhadap pendapatan laba Bank BSM?

2. apakah terdapat pengaruh non performing finance (NPF) terhadap pendapatan laba Bank BSM?

3. apakah terdapat pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap pendapatan laba Bank BSM?

4. apakah terdapat pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap pendapatan laba Bank BSM?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mengambil rumusan masalah berdasarkan beberapa tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Adapun tujuan itu untuk mengetahui pengaruh internet banking terhadap pendapatan laba Bank BSM.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini, penulis tujukan untuk beberapa pihak;

8


(21)

9

1. bagi penulis, semoga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menulis ilmiah penulis,

2. bagi bagi praktisi perbankan, penulis berharap semoga bisa menjadi acuan dalam mengembangkan fasilitas perbankan, 3. bagi akademisi, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat

untuk referensi penelitian selanjutnya,

4. dan terakhir bagi masyarakat luas, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat untuk mengenal profil bank syariah yang ada di Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi skripsi ini menjadi lima bab pembahasan. Kelima bab itu meliputi :

BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Kepustakaan. Bab ini akan menguraikan kontruksi model teoritis yang digunakan dalam penelitian, gambaran perbandingan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik di dalam maupun di luar negeri dengan penelitian ini, dan kerangka pemikiran

BAB III Metode Penelitian. Bab ini akan mendeskripsikan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, objek penelitian, sumber


(22)

data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis data, dan hipotesis.

BAB IV Analisa dan Pembahasan. Bab ini akan membahas secara detail hasil perhitungan dan analisa untuk melihat pengaruh variabel DPK, NPF, BOPO, dan internet banking terhadap laba bank.


(23)

11

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Laba

1. Pengertian Laba

Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Laba adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Maksimalisasi laba merupakan maksimalisasi penghasilan perusahaan setelah pajak. Maksimalisasi laba sering dianggap sebagai tujuan perusahaan.1

Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.2

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba adalah seberapa besar sebuah perolehan pendapatan perusahaan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha

1

Moeljadi, Manajemen Keuangan, (Malang: Bayu Media, 2006). h, 52 2


(24)

itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.

2. Pengertian Laba Bersih

Laba bersih atau net underwriting result adalah keuntungan atau kerugian pada portofolio perusahaan sebelum pendapatan investasi perusahaan diperhitungkan. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, menakir risiko investasi atau meminjamkan dana.

3. Pertumbuhan Laba

Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba.


(25)

13

Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.3

B. Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja berasal dari kata performance. Selain kinerja, performance

juga diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun hakikatnya, kinerja bermakna lebih dalam, bukan hanya hasil kerja, tapi juga termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.4

Kinerja adalah keadaan yang harus diinformasikan dan diketahui kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada suatu perusahaan atau bank untuk mengetahui keberhasilan perusahaan atau dihubungkan dengan visi yang dimilikinya serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang diambil. Penilaian terhadap keinerja bank diperlukan sebagai koreksi atas kebijakan bahan perencanaan untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha.5

Kinerja perusahaan disajikan dalam aspek keuangan dan juga aspek non keuangan. Aspek keuangan dapat dinilai dari laporan keuangan yang

3

Warsidi dan Pramuka. Pemahaman Ekonomi Umum. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2000) 4

Wibowo, Manaejemen Kinerja, cet. 6, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.7 5

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 46


(26)

menyajikan nilai-nilai variabel rasio keuangan yang menjadi perhatian utama bagai para pengguna informasi laporan keuangan. Sedangkan aspek non keuangan bisa dilihat dari kepuasan nasabah ataupun pekerja, dan juga bisa dilihat dari perkembangan aktivitas bisnis perusahaan dan lain sebagainya.

Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.6 Kinerja keuangan merupakan sebuah indikator keberhasilan sebuah perusahaan, karena kinerja keuangan mendeskripsikan kemampuan perusahaan tersebut, sehingga dapat dilihat tingkat laba yang dimiliki oleh bank.

Kinerja keuangan yang bagus mengindikasikan bahwa perusahaan telah berhasil dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. Analisis kinerja keuangan ini dapat bermanfaat untuk kepentingan internal sebagai alat evaluasi kinerja pekerja, efesiensi operasi, dan kebijakan kredit. Sehingga apabila hasil kinerja keuangan berhasil bisa menjadi motivasi karyawan dalam mencapai tujuan dan target perusahaan. Serta, untuk kepentingan eksternal dalam mengevaluasi potensi investasi dan keamanan kredit bagi peminjam ataupun kepentingan lain.

Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan. Metode yang paling umum digunakan untuk menganalisa laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio menggambarkan suatu 6


(27)

15

hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.7 Analisis rasio yang hanya terdiri dari satu

item perbandingan tidak dapat menghasilkan informasi, baik untuk pengukuran kinerja ataupun informasi untuk pengambilan keputusan. Informasi yang bisa digunakan diperoleh dari analisis rasio yang berasal dari kumpulan rasio yang diolah hingga menghasilkan informasi yang dijelaskan dalam beberapa jenis rasio, yaitu8:

1. rasio likuiditas

adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas perusahaan (Current ratio, Acid test ratio),

2. rasio leverage

adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya), 3. rasio aktivitas

adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turnover, average collection period

dan lain sebagainya), 4. rasio profitabilitas

7

Id.wikipedia.org/wiki/rasio_keuangan diakses pada 12 maret 2015 8


(28)

yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on Sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya),

C. Laporan Keuangan Syariah

1. Definisi Laporan Keuangan Syariah

Sesuai dengan ED PSAK 101 definisi dari laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas syariah.

2. Komponen Laporan Keuangan Syariah

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen berikut9:

a. laporan posisi keuangan pada akhir periode,

b. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, c. laporan perubahan ekuitas,

d. laporan arus kas,

e. laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil f. laporan sumber dan penyaluran dana zakat, g. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan,

h. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijkan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain,

i. informasi komparatif mengenai periode sebelumnya, 9


(29)

17

j. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif.

3. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi.10

Sedangkan manfaat laporan keuangan adalah:11

a. bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses atau tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dari laba uang yang diperoleh perusahaan,

b. bagi pihak manajemen berguna untk menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan yang lebih tepat,

c. bagi investor dapat mengetahui prospek keuntungan di masa mendatang dan pekembangan perusahaan di masa selanjutnya, mengetahui jaminan investasi dan

10

ED PSAK 101 (2014) 11


(30)

mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut,

d. bagi kreditur dapat mengetahui prenentuan kebijaksanaan penanaman modal, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan (rate of return) yang cukup baik, e. bagi pemerintah untuk mengetahui besarnya pajak yang

harus ditanggung oleh perusahaan, 4. Pengguna Informasi laporan keuangan

Adapun pihak yang membutuhkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sesuai kebutuhan masing-masing, meliputi:

a. investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena mereka harus memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan deviden

b. pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dan

qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo,

c. pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman

d. pemilik dana titipan, untuk memastika bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat


(31)

19

e. pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, untuk informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut

f. pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip syariah g. karyawan, untuk memperoleh informasi tentang

stabilitas dan profitabilitas entitas syariah

h. pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi tentang kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo

i. pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah

j. pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk memperoleh informasi tentang aktifitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya

k. masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat dan negara.

D. Internet banking

Internet banking adalah salah satu pelayanan jasa Bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan merupakan


(32)

Bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalu internet, sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperbolehkan.12

Jasa internet banking merupakan produk yang memberi sebuah arah baru dalam perbankan, internet banking bisa menjadi sebuah media saluran distribusi dan perluasan bisnis. Jasa-jasa ini sudah mengubah kebiasaan keuangan masyarakat. Orang sudah dapat menerima gaji, membeli makanan, belanja aksesoris, dan mencicil gadget tanpa memegang uang tunai. Begitu pula perusahaan-perusahaan dapat membayar rekening dan bertransaksi dengan pelanggannya tanpa pertukaran uang tunai. 13

Internet menghilangkan batas tempat dan waktu, dua asas yang cukup esensial di bidang hukum. Terhubungnya sebuah sistem informasi dengan internet membuka peluang adanya kejahatan melalui jaringan komputer. Hal ini menimbulkan tantangan bagi penegak hukum. Hukum dari sebagian besar negara di dunia belum menjangkau daerah cyberspace. Saat ini hampir semua negara di dunia berlomba-lomba untuk menyiapkan landasan hukum bagi internet.14

12

Surat Edaran BI No.6/18/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktifitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet banking)

13

Allem H. Lipis et al., Perbankan Elektronik, Jakarta: Rineka Cipta, 1985, terjemahan Drs. A. Hasymi Ali, Hal 5.

14


(33)

21

Terdapat 3 tingkatan internet banking15 diklasifikasi berdasarkan kemampuannya, yaitu :

1. Entry / Informational

Merupakan tingkatan atau tahapan yang paling sederhana, yaitu hanya menyediakan informasi statistik mengenai bank tersebut serta jasa/produk yang ditawarkan. Tingkatan ini tidak lebih dari sekedar brosur elektronik dari suatu bank. Tingkatan risikonya sangat rendah karena tidak terhubung dengan data base bank.

2. Intermediate / Communicative

Pelayanannya lebih luas daripada sekedar memberikan informasi, karena nasabah bisa melakukan interaksi dengan bank penyedia jasa internet banking secara terbatas. Misalnya, account inquiry, online account application, electronic mail, dan sebagainya. Dalam tahapan ini tidak ada execution of transaction sama sekali. Tingkatan ini memiliki risiko yang lebih besar dari tingakatan sebelumnya,

informational website. 3. Advance / Transaction

Tingkatan ini adalah yang paling lengkap dan dapat menampilkan seluruh transaksi yang diperlukan oleh nasabah termasuk transfer dana pembayaran, tagihan dan lain-lain, seperti layaknya pelayanan melalui counter atau ATM kecuali penarikan kas.

15


(34)

Penelitian ini mengambil sampel bank BSM yang telah menggunakan fasilitas internet banking dengan tingkatan ketiga, yaitu internet banking advance / transaction.

Internet banking merupakan sebuah model bisnis elektonik yang didefinisikan oleh Jean-Michel Sahut sebagai konsep baru dari model bisnis yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Model bisnis elektronik ini meliputi 4 bentuk, yaitu:16

1. vertical portal, menawarkan informasi keuangan seperti Yahoo finance

2. aggregator, berperan sebagai orang ketiga yang dapat menjadi mediator dalam transaksi online untuk mencegah penipuan, seperti broker

3. speciality manufacturer, merupakan penyedia jasa keuangan yang mendistribusikan jasa melalui jaringan mereka sendiri ataupun pihak yang sudah bekerja sama, model ini berupa jasa perbankan, visa, dll

4. company sites, merupakan jasa keuangan secara online, baik itu bank, investasi, ataupun asuransi.

16

Jean Michel Sahut, Business Model of Internet Banks, Switzerland (didownload dari http://ssrn.com/abstract=1755496


(35)

23

Hubungan Internet Banking terhadap Peningkatan Laba

Bank of Scotland telah menggunakan internet banking semenjak lebih dari 25 tahun yang lalu. Penelitian yang dilakukan oleh Booz et al. pada tahun 1997 menunjukkan bahwa pemanfaatan internet menjadi salah satu alternatif yang secara efektif mampu menekan beban biaya dalam menjangkau konsumen jasa keuangan. Survey yang dilakukan di Amerika pada tahun 2000, menunjukkan bahwa penggunaan internet banking memiliki beban biaya termurah dibanding pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM dan PC Banking. Internet Banking dianggap sebagai suatu proses inovasi yang memiliki fungsi utama sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang untuk memperluas jasa perbankan.17

Penelitian yang dilakukan Degado et. al pada 2007 terhadap 72 bank komersial di spanyol periode 1994-2002 menunjukkan bahwa pengadopsian internet banking membutuhkan waktu hingga bisa memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan. Membutuhkan waktu satu tahun setengah untuk melihat nilai ROA (return on asset) mengalami peningkatan yang signifikan dan butuh tiga tahun untuk nilai ROE (return on equity). Dalam konteks ini, internet banking digunakan lebih sebagai pelengkap dari pada sebagai pengganti pengadaan kantor cabang.18

17

De Young et al., How the Internet affects output and performance…, J. Bank Finance (2006) 18


(36)

Jadi, pada dasarnya fitur internet banking adalah salah satu inovasi yang diupayakan pihak bank untuk memberikan pelayanan lebih terhadap nasabah mereka dengan asumsi mendapatkan feedback berupa peningkatan laba bank.

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan

mudharabah dan deposito mudharabah. DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan. Semakin besar keuntungan yang diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank syariah. Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang ditawarkan oleh bank syariah dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak ketiga.19

Dana pihak ketiga ini terdiri dari beberapa kategori, yaitu:20 a) Giro

Giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak 19

Nur Kurnaliyah. Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah dengan Metode System Dynamics. (Jakarta: UIN Jakarta, 2011). h.30

20


(37)

25

mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasional bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah

yad al dhamanah). b) Tabungan

Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank dan setuju untuk berbagai resiko dengan bank.

c) Deposito

Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya


(38)

rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda – beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing).

Hubungan antara DPK dengan laba bank

Dalam teorinya dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap perkembangan laba bank syariah. Semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga maka akan semakin besar laba yang diperoleh oleh bank. Karena dana pihak ketiga merupakan suatu variabel yang sangat penting dalam mengukur laba pada bank syariah, karena hampir seluruh dana dari masyarakat (DPK) disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan, pendanaan, tabungan maupun deposito yang menjadi salah satu sumber pendapatan bank.

F. Non Performing Finance (NPF)

Menurut Wiraatmadja pembiayaan bermasalah (NPF) adalah pembiayaan yang tidak dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan bersdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.21 Sedangkan menurut Veithzal, pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau 21


(39)

27

memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.22

Analisis ini menggunakan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar tingkat NPF ini maka semakin tidak baik. Non Performing Financing atau Non Performing Loans dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong tidak lancar / macet yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Proses pemberian dan pengelolaan pembiayaan yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.

Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio pembiayaan bermasalah (NPF) dan pembentukan cadangan (cash provision). Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, karena akan

22

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia System.


(40)

mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP, karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai laba bank syariah.

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.

Hubungan antara NPF dengan laba bank syariah

Variabel ini berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba bank syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif terhadap bank syariah. Semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar dana penghapusan yang harus dikeluarkan oleh bank.

G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan


(41)

29

dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.23 Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan juga berpengaruh negatif terhadap perubahan laba.

Hubungan antara BOPO dengan laba bank

Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan24 atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank semakin meningkat.

H. Review Studi Terdahulu

NO Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

1. Impact of Internet banking on

Bank’s

performance: the Indian

Experience oleh

Analisis multivariate. Dengan sample sebanyak 85 bank di India (49 memiliki internet

Bank dengan internet banking memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada yang tidak menyediakan.

Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan sampel Bank BSM dari periode 2005-2014.

23

Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) 24Almilia, dkk, “Analisa Rasi

o Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 No 2 (2005): hal.12


(42)

PoojaMalhotra The South Asian Journal of Management. Oktober – Desember 2006

banking dan 36 tidak) dalam periode 1986-2006 Variabel dependen meliputi ROA, ROE, dan NPA. Variabel

independen meliputi internet, size, equity, loans, opcost, niincome, npa, demand, spread, ownpub, ownpvt, inf Variabel independen meggunakan DPK, BOPO, NPF dan

dummy internet banking sedangkan variabel

dependennya hanya meliputi nilai laba

2. Adopting Internet banking Services in a Small Island State: Assurance of Bank Service Quality oleh Dr Hattice Jenkins,

Metode kualitatif dengan wawancara kepada pihak bank pelaksana internet banking

Alasan penyediaan fitur

internet banking bukan karena profit jangka pendek. Walaupun pasar

internet banking tidak terlalu besar, pihak manajemen tetap

Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif dengan regresi variabel dummy, dan penelitian oleh Dr


(43)

31

Managing Service Quality: An International Journal, Vol. 17 Iss: 5, pp.523 – 537. 2007

mengadakan fitur internet banking untuk

mempertahankan kualitas pelayanan bagi nasabah dimasa depan.

Hattice Jenkins berangkat dari fakta bahwa market sharenya yang telihat tidak potensial 3. E-banking and

Bank

Performance Evidence from Nigeria oleh Oginni Simon Oyewole, Mohammed Abba, El-maude, Hibreel Gambo, Arikpo, I. Abam . International Journal of Scientific and Technology.

Menggunakan data panel terhadap 8 sampel bank dari periode 1999-2010. Variabel dependen meliputi kinerja bank, ROA, ROE, dan NIM.

Variabel independen

meliputi likuiditas, risiko kredit, rasio keverage, biaya operasional, size, market power,

Tahun pertama NIM berdampak negatif karena biaya pengadaan ebanking yang tinggi dan tidak ada pengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE tapi ditahun kedua pengadaan ebanking terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA dan NIM

Jumlah sampel yang digunakan hanya 1 karena keterbatasan kriteria, dan periode penelitian dari tahun 2005-2014. Variabel dependen yang digunakan hanya tingkat laba, kemudian variabel independennya juga berbeda karena sampel yang


(44)

Agustus 2013 ebanking. Variabel control meliputi Bcon (variabel dummy), inflasi, tingkat pertumbuhan GDP

digunakan hanya 1, kemudian penulis juga tidak

memasukkan variabel makro ekonomi seperti inflasi dan tingkat pertumbuhan GDP 4. Analisis Pengaruh

Penggunaan Internet banking terhadap Kinerja Keuangan Perbankan oleh Siti Rahma Yuliati Skripsi FISIP UI, 2008

Analisis univariate Variabel dependen meliputi ROA dan ROE Variabel independen meliputi loggaset, logage, equity,loans, niincome, bopo, fixedcost, creditrisk, laborcost,

Ada perbedaan rata-rata pada ROA, ukuran modal, pendapatan

non-tradisional, BOPO, beban pegawai, beban bunga, dan risiko kredit bank antara sebelum dan sesudah menyediakan fasilitas

internet banking, tidak ada perbedaan rata-rata pada ROE dan asset tetap antara sebelum dan sesudah menyediakan fasilitas

Penelitian ini hanya menganalisa sampel perbankan syariah di Indonesia, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rahma, tidak memasukkann bank syariah dalam populasi


(45)

33

financing. Sampel yang digunakan ada 8 bank periode januari – maret 2008

internet banking, terdapat pengaruh dari ukuran model dan risiko kredit terhadap ROA bank, tidak terdapat pengaruh ukuran bank, umur bank,

pendapatan non

tradisional, BOPO, asset tetap, beban pegawai, dan beban bunga terhadap ROA bank, terdapat

pengaruh dari beban bunga dan risiko kredit terhadap ROE bank, dan tidak terdapat pengaruh dari ukuran bank, umur bank, ukuran modal, pendapatan tradisional, BOPO, aset tetap dan beban pegawai terhadap ROE bank

Variabel dependen yang digunakan penulis hanya nilai laba, variabel independen yang meliputi

karakteristik bank-bank yang jadi objek penelitian, sedangkan

penelitian penulis tidak perlu karena hanya

menggunakan satu sampel.


(46)

Bank-Bank yang Menggunakan

Internet banking

di Indonesia oleh Riza Anantya Pradhana. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2008. analisis univariate dan multivariate terhadap 34 bank yang tidak memiliki internet banking dan 12 bank yang

memiliki internet banking. Variabel dependen meliputi ROA. Variabel independen meliputi loggaset, logage, equity,loans, niincome, bopo, creditrisk, laborcost, financing, inflasi, internet, dan univariate memperlihatkan bahwa bank-bank yang

menggunakan internet banking memiliki ROA yang lebih besar dan menghadapi risiko kredit yang lebih

rendah dibanding

non-internet banking. Karakteristik lainnya menunjukkan bahwa bank dengan internet banking

memiliki efisiensi pada beban pegawai dan pendapatan yang tinggi pada pemasukan non-tradisional. Pada analisis multivariate, hasilnya memperlihatkan bahwa penggunaan independen yang dianalisa penulis tidak meliputi karakteristik bank yang digunakan di penelitian Riza Anantya karena sample bank yang diteliti hanya satu, kemudian penulis tidak

menambahkan variabel kontrol seperti inflasi ke dalam penelitian. Selebihnya, hampir sama, menganalisa dengan rasio keuangan, penulis hanya menggunakan


(47)

35

ownpub internet

banking memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank pada

periode tahun 2003-2006.

DPK, NPF, dan BOPO


(48)

36

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode deskriptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data laporan keuangan yang kemudian ditabulasikan untuk menentukan tingkat profitabilitas bank tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena menggunakan data yang dapat diukur.1

B. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank BSM yang telah menggunakan internet banking sejak akhir tahun 2007 dan merupakan bank syariah pertama yang menggunakan internet banking.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data kuantitatif, yaitu adalah data berupa angka-angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan bank, yang berupa data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data dari penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio keuangan yang diperoleh dari website Bank BSM dan dari website Bank Indonesia.

1


(49)

37

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka dan teknik dokumentasi.

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.

Dalam hal ini penulis menggunakan buku yang berkaitan dengan Manajemen Perbankan, Metodologi Penelitian, dan sebagainya. Selain itu, penulis juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik ini hampir sama dengan teknik kepustakaan, tapi teknik ini lebih ke data yang bersidat historis, bisa berupa foto, tidak hanya tulisan dan bagan. Dan sumber dalam mengakses data yang disediakan adalah sumber terpercaya dan valid.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang ada dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan


(50)

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan yang bersifat sementara dari suatu permasalahan yang diajukan, dimana kebenarannya masih perlu diuji kebenarannya.

Dalam penelitian ini, hipotesis diterapkan berdasarkan perumusan masalah yang ada, yaitu untuk menguji apakah variabel internet banking

memiliki pengaruh terhadap laba bank dengan menganalisa rasio-rasio keuangan Bank BSM. Dengan demikian, rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK dan BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya Ha = Ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK dan BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya.

G. Metode Analisa Data

1. Model Regresi

Dalam penelitian ini, data akan dianalisa dengan regresi variabel

dummy, dimana salah satu variabel independennya bersifat kualitatif. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yt = a + b1 Dt + b2X1t + b3X2t + b4X3t + e Dimana:

Y= variabel dependen, yaitu laba bank a = konstanta


(51)

39

b1, b2, b3, = koefisien regresi sementara dari variabel independen

D = variabel dummy internet banking

X1 = variabel independen 1 (DPK)

X2 = variabel independen 2 (NPF)

X3 = variabel independen 3 (BOPO)

t = waktu e = error term

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan statistik dan pengujian atas hipotesis dengan menggunakan analisis jalur. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software program SPSS Versi 20.0 dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (a = 0,05).

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba. Laba adalah pendapatan yang dilihat dari selisih antara pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Besarnya laba dapat dilihat dari laporan laba rugi perusahaan yang menunjukkan sumber darimana


(52)

penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban perusahaan.2

�= TR−TC

Dimana,

�= laba / profit

TR = total pendapatan (revenue) TC = total beban (cost)

b. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini terdiri dari dummy internet banking, DPK, NPF, dan BOPO.

1) Variabel Dummy Internet Banking

Dalam penelitian ini, dibutuhkan satu variabel tambahan, yaitu variable dummy, variabel ini bukan jenis lain dari variabel dependen-independen, namun menunjukkan sebuah variabel yang nilainya telah ditentukan oleh peneliti.

Variabel yang dianalisis dengan model regresi dapat berupa variabel kuantitatif dan dapat pula kualitatif. Variabel kualitatif ini disebut dengan istilah variabel dummy. Nilai variabel kualitatif dalam model diberi nilai 0 dan 1 untuk masing-masing kategori. Nilai 0 biasanya menunjukkan

2


(53)

41

kelompok yang tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1 menunjukkan kelompok yang mendapat perlakuan.

Dalam persamaan ini variabel dummy adalah variabel

internet banking, dimana periode sebelum penggunaan

internet banking bernilai 0 dan sesudah penggunaan internet banking bernilai 1.

2) Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. 3) Non Performing Financing (NPF)

NPF merupakan proksi dari harga input perusahaan. Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank.3

3


(54)

Non Performing Financing (NPF) dipaparkan dalam laporan keuangan, yang berfungi untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan.4

NPF =Pembiayaan (KL, D, M)

�� �

4) Rasio Biaya Operasional

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya.

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional 100%

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa data yang digunakan beristribusi normal dan dalam model tidak mengandung multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik harus dilakukan hanya pada analisis regresi linear berganda sedangkan pada analisis regresi linear sederhana tidak ada prasyarat uji asumsi klasik.

Pada analisis regresi linear berganda dimana datanya berupa data time series (penelitian dilakukan lebih dari satu periode/ berkala/berseri) maka uji asumsi klasik yang digunakan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Namun

4

Dwi Nur’aini Ihsan. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013) h.98


(55)

43

jika data penelitian adalah data cross section (penelitian hanya satu periode) maka uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal tidaknya masing-masing variabel penelitian. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%.

b. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan linier diantara variabel independen dalam model regresi. Syarat berlakunya model regresi ganda adalah antar variabel bebasnya (variabel independen) tidak

memiliki hubungan sempurna atau mengandung

multikolinieritas. Deteksi terhadap adanya mulkolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan melihat besaran Variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya jika VIF > 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel lainnya. Sedangkan apabila


(56)

model regresi diperoleh VIF < 5, maka dalam model tersebut tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksaman varians dari residual untuk semua pengamatan dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas. Untuk mengetahui gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplot model tersebut. Model yang bebas dari heteroskedastisitas memiliki grafik scatterplot dengan pola titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada model regresi linier yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi.5 Terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson. Bila nilai statistik DW terletak 5


(57)

45

diantara du < dw < 4-du maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif, atau jika nilai statistik DW mendekati angka 2. Tabel DW terdiri dari nilai batas bawah (dL) dan batas atas (dU), nilai-nilai ini dapat digunakan sebagai

pembanding uji DW dengan aturan sebagai berikut:6 - DW < dL; berarti ada korelasi yang positif atau

kecenderungannya ρ = 1.

- dL≤ DW ≤ dU ; tidak dapat diambil kesimpulan

- dU< DW < 4 –dU ; tidak ada korelasi positif maupun

negatif.

- 4 – dU ≤ DW ≤ 4-dL ; tidak dapat mengambil

kesimpulan.

- DW > 4-dL ; ada korelasi negatif.

Selain dengan menggunakan uji durbin-watson (DW), uji autokorelasi dalam penelitian ini juga akan menggunakan uji run jika nilai DW tidak dapat diambil kesimpulan.

Run test digunakan untuk melihat data residual bersifat random atau tidak, untuk melihat hasilnya maka dilihat dari

6

Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Popular dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006), h.191-192.


(58)

output SPSS, jika nilai sig > α (0,05) berarti residual bersifat random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.7 4. Uji Statistik

a. Uji F

Uji f dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependennya. Jika nilai t-hitung > t-tabel atau sebaliknya maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependennya.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.

7

Dyah Nirmala Arum Janie. “Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda Dengan SPSS.” (Semarang: Semarang University Press, 2012), h. 34.


(59)

47

Nilai koefisien determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel dependen Y dapat diterangkan oleh variabel independen X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y


(60)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri didirikan sejak tahun 1999, paska krisis ekonomi moneter 1997-1998. Kondisi perbankan nasional pada kala itu yang didominasi bank-bank konevensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia sebagai upaya menstabilkan indutri perbankan. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. Sedangkan pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai


(61)

49

respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU. tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

2. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :

a. Visi

Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia. b. Misi

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan,


(62)

2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM,

3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat,

4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan,

5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. 3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri

Produk internet banking Bank BSM disebut dengan BSMnet. Untuk mengakses internet banking, nasabah pengguna masuk melalui

address http://bsmnet.syariahmandiri.co.id. Adapun fasilitas yang disediakan BSMnet adalah sebagai berikut:

a. rekening, ini adalah menu yang menyajikan link untuk mengakses informasi posisi keuangan nasabah. Mutasi transaksi disajikan lengkap dan rinci, berisi tanggal transaksi, nominal transaksi, keterangan transaksi, diberi pilihan untuk tampilan per bulan atau pada tanggal tertentu,

b. transfer, menu yang berisi opsi untuk melakukan pemindahan dana dari rekening nasabah pengguna ke rekening lain dengan beberapa metode yang terlihat pada gambar menu secara real-time

c. payment, menu yang menyajikan pilihan pembayaran, sesuai kebutuhan transaksi nasabah pengguna, pembelian pulsa,


(63)

51

pembayaran listrik, pembelian tiket pesawat, dan pembayaran lain yang available

d. inquiry, terdiri dari transfer uang tunai, digunakan untuk memperoleh informasi no ktp dan pin transaksi uang tunai dari transaksi yang pernah dilakukan dan cek token, digunakan untuk memperoleh informasi token pembelian listrik prabayar yang dilakukan terakhir

e. admin, menu untuk mengatur informasi keamanan akun nasabah pengguna

B. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


(64)

1. Uji Normalitas

Gambar 4.2

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan hasil Normal P. Plot di atas, dapat disimpulkan bahwa data daripada variabel dependen (laba) berdistribusi normal. Variabel laba dapat dikatakan berdistribusi normal karena penyebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Itu artinya, data yang digunakan baik karena data yang baik adalah data yang berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Tabel 4.1 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .883a .780 .754 9.18956 1.828

a. Predictors: (Constant), Dummy_internet, BOPO, NPF, DPK b. Dependent Variable: LABA


(65)

53

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin-Watsonnya adalah 1,828. Karena n=39 dan k=4 dengan tingkat signifikasi 95% dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa nilai Du=1,72 dan Dl=1,38. Data tidak terjadi autokorelasi apabila Du < DW < 4-Du. Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi autokorelasi karena 1,72 < 1,828 < 2,28.

3. Uji Multikoliearitas

Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value

adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value <0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolienaritas. Apablia tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikoliearitas.


(66)

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan hasil output data SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari dummy internet banking adalah 0,337 ; NPF sebesar 0,322, BOPO sebesar 0,415 ; dan DPK sebesar 0,393. Dengan nilai VIF dari dummy internet banking adalah 2,968 ; NPF sebesar 3,110, BOPO sebesar 2,409 dan DPK sebesar 2,545.

Berdasarkan hasil dari nilai tolerance dan VIF tersebut, dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi multikolinaritas. Karena hasil dari nilai tolerance yang dihasilkan pada masing-masing variable > 0,1 dan nilai VIF yang dihasilkan pada masing-masing variable < 10.

Tabel 4.2 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 154.406 23.154 6.669 .000

DUMMY_I

NTERNET 16.355 4.870 .413 3.358 .002 .337 2.968

NPF -1.149 .723 -.424 3.206 .019 .322 3.110

BOPO -1.475 .330 -.548 -4.464 .000 .415 2.409

DPK 2.382 .423 .207 1.903 .008 .393 2.545


(67)

55

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menguji terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan

Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas jika penyebaran titik-titik pada scatterplot tidak berpola.

Gambar 4.3

*sumber: Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan Scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.


(68)

C. Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.3

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 DUMMY_INTERNE

T, BOPO, NPF,

DPKa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LABA

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Tabel di atas menjelaskan variable yang dianalisis, yaitu peningkatan laba sebagai dependent variable dan untuk independent variablenya adalah

dummy internet banking, BOPO, NPF dan DPK. Dimana tidak ada variable yang dikeluarkan.

Tabel 4.4 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .883a .780 .754 9.18956 1.828

a. Predictors: (Constant), Dummy internet banking, BOPO, NPF dan DPK

b. Dependent Variable: LABA

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015) Dari tabel di atas, dapat dilihat:

 Nilai R = 0,895

 Koefisien Determinasi R2 (R Square) = 0,780

Nilai ini diperoleh dari penguadratan dari koefisien korelasi (0,780 x 0,780). Hal ini menunjukan Indeks Determinasi, yaitu persentase yang


(69)

57

menyumbangkan pengaruh variabel X terhadap variabel Y.R2 = 0,780 mengandung arti bahwa 78% sumbangan variabel-variabel terhadap Y, sedangkan sisanya sebesar 22% (100-78) dipengaruhi oleh faktor lain.

Koefisien korelasi R = 0,883 menunjukan tingkat hubungan dependent variable pada tingkat hubungan yang kuat. Hal ini menandakan hubungan tersebut adalah kuat karena nilai koefisien korelasi > 0,70 dan < 0,90.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 154,406 + 16,355D + 1,475X1– 1,149X2– 2,382X3

Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap profitabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.5 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 154.406 23.154

Dummy_internet 16.355 4.870

BOPO -1.475 .330

NPF -1.149 .723

DPK 2.382 .423

a. Dependent Variable: LABA


(70)

1. Laba (Y)

Ketika segala sesuatu pada variabel-variabel independent dianggap konstan atau nilainya nol maka nilai laba sebesar 154,406 dalam hal ini jika variabel independent bernilai nol maka laba akan meningkat sebesar 154,406 %.

2. Dummmy Internet Banking (D)

Variabel dummy internet memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 16,353. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap variabel dummy memiliki nilai 1, akan menaikkan (karena tanda +) besar laba sebesar 16,353.

3. BOPO (X1)

Variabel biaya operasional memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 1,475. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap penambahan 1% variabel biaya operasional, akan menurunkan (karena tanda -) nilai laba sebesar 1,475.

4. NPF (X2)

Variabel NPF memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 1,149. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap penambahan 1%


(71)

59

variabel NPF akan menurunkan (karena tanda -) nilai laba sebesar 1,149

5. DPK (X3)

Variabel DPK memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 2,382. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap variabel kenaikan 1% nilai DPK, akan menaikkan (karena tanda +) besar laba sebesar 2,382.

D. Uji Hipotesis

1. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

Jadi, Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi tiap-tiap koefisien regresi sehingga diketahui pengaruh variabel internet banking, BOPO, NPF dan DPK terhadap laba perusahaan adalah signifikan atau diperoleh secara kebetulan.


(72)

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

a. Variabel dummy internet banking

Internet banking memiliki nilai signifikansi 0,002 dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,002 < 0,05 atau variabel dummy internet banking berpengaruh signifikan terhadap nilai laba.

b. Variabel BOPO

Biaya operasional memiliki nilai signifikansi 0,000 dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,000 < 0,05 atau variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap nilai laba.

Tabel 4.6 Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 154.406 23.154 6.669 .000

DUMMY_INTE

RNET 16.355 4.870 .413 3.358 .002 .337 2.968

BOPO -1.475 .330 -.548 -4.464 .000 .415 2.409

NPF -1.149 .723 -.424 3.206 .019 .322 3.110

DPK 2.382 .423 .207 1.903 .008 .393 2.545


(73)

61

c. Variabel NPF

NPF memiliki nilai signifikansi 0,019 dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,019 < 0,05 atau variabel NPF berpengaruh signifikan terhadap nilai laba. d. Variabel DPK

DPK memiliki nilai signifikansi 0,008 dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,008 < 0,05 atau variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap nilai laba. 2. Uji f

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Jadi, Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel

internet banking, BOPO, NPF, dan DPK berpengaruh terhadap besar laba perusahaan.


(74)

Tabel 4.7 ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 10187.693 4 2546.923 30.160 .000a

Residual 2871.230 34 84.448

Total 13058.923 38

a. Predictors: (Constant), dummy_internet, BOPO, NPF, DPK, b. Dependent Variable: laba

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan hasil output data SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 30,160 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Dengan demikian, ini berarti nilai signifikansinya 0.000 < 0,05. Artinya internet banking, BOPO, NPF, dan DPK, dalam waktu yang bersama-sama berpengaruh terhadap laba bank.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis regresi yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari tahu hubungan yang dapat diukur dari internet banking, BOPO, NPF, dan DPK terhadap laba bank. Dari Tabel 4.6 diatas, menunjukkan hasil akhir dari analisis regresi berganda.

Berikut adalah tabel yang merangkum hubungan variabel independen terhadap variabel dependennya:


(75)

63

Tabel 4.8

Tabel Hubungan Variabel Independen terhadap Laba Bank Variabel Independen Hubungan yang ditemukan Signifikansi

Internet Banking Ada pengaruh positif Signifikan Beban Operasional (BOPO) Ada pengaruh negatif Signifikan

Non Performing Finance (NPF) Ada pengaruh negatif Signifikan Dana Pihak Ketiga (DPK) Ada pengaruh positif Signifikan

Sumber : Hasil olahan penulis dari hasil output SPSS (2015) 1. Variabel Internet Banking

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel internet banking terhadap laba bank. Setelah mengadakan fitur

internet banking, laba bank memiliki peningkatan dibanding sebelum menggunakan fitur internet banking. Hal ini mengidentifikasikan bahwa

internet banking dapat menjadi sebuah inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam dunia perbankan. Adanya hasil yang signifikan bisa disebabkan karena efisisiensi dan efektifitas yang diberikan oleh layanan internet banking yang tidak membutuhkan banyak tempat, akomodasi, sumber daya manusia, dan sifat layanan yang real-time.

Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu oleh Pooja Malhotra (2006), Hattice Jenkins (2007), Siti Rahma Yuliati (2008), dan Riza Anantya Pradhana (2008) yang menyatakan terdapat pengaruh internet banking

terhadap kinerja keuangan bank yang berarti berpengaruh postif terhadap laba bank. Sedangkan, Oginni Simon Oyewole, Mohammed Abba, El-maude,


(1)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab 4, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh positif yang signifikan dari internet banking terhadap laba

BSM. Setelah pengadaan fitur internet banking terjadi peningkatan pada nilai laba.

2. Ada pengaruh signifikan dari BOPO terhadap laba BSM. Pengaruh tersebut merupakan pengaruh negatif yang menggambarkan hubungan berbanding terbalik antara BOPO dan laba bank. Semakin tinggi nilai BOPO akan menurunkan nilai laba BSM.

3. Ada pengaruh positif yang signifikan dari NPF terhadap laba bank. Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus antara NPF dan laba bank. Semakin tinggi nilai NPF akan menaikkan nilai laba BSM.

4. Ada pengaruh positif yang signifikan dari DPK terhadap laba bank. Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus antara DPK dan laba bank. Semakin tinggi nilai DPK akan menaikkan nilai laba BSM.


(2)

67

B. Saran

1. Bagi perbankan Indonesia, penerapan internet banking di PT Bank Syariah Mandiri terbukti meningkatkan laba, hal ini bisa menjadi masukan bagi manajemen bank untuk memperhitungkan perkembangan teknologi internet dalam inovasi produk sebagai alternatif untuk meningkatkan laba bank. Tentunya dengan didukung oleh manajemen yang efektif pula.

2. Bagi penyedia laporan keuangan, pengungkapan laporan keuangan yang lengkap akan mempermudah bagi para peneliti dan investor untuk mengumpulkan data. Dengan demikian hasil penelitian dan pengambilan keputusan investor pun dapat dibuat secara lebih akurat dan meyakinkan.

3. Bagi Bank Indonesia, selaku pengawas dan regulator perbankan Indonesia harus mampu mendukung dan mempermudah bank-bank dalam pengadaan internet banking. Salah satunya adalah dengan cara memberikan jaminan keamanan dan perlindungan transaksi melalui internet agar dapat mengurangi risiko manajemen.

4. Bagi bank yang diteliti maupun bank lain yang telah dan akan menawarkan fasilitas internet banking, diharapkan dapat memberikan akses informasi dan edukasi yang mudah dimengerti oleh konsumen sehingga dapat meningkatkan akses pemanfaatan internet banking.


(3)

68

5. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menambahkan analisa dari sisi manajemen resiko penerapan internet banking, baik risiko hukum, risiko strategi, maupun risiko kreditnya. Kemudian menambah sampel penelitian karena sampel penelitian ini masih terbatas pada BSM serta memperluas periode penelitian agar dapat melihat efek signifikansi perbedaan yang lebih panjang.


(4)

Lampiran

Data Laporan Keuangan Triwulan (dalam %) Periode Kuartal I 2005 – Kuartal III 2014

No Periode NPF

Gross BOPO DPK 1 Mar-05 2 77 31 2 Jun-05 5 83 36 3 Sep-05 6 82 32 4 Des-05 3 85 41 5 Mar-06 4 90 37 6 Jun-06 4 89 39 7 Sep-06 6 91 37 8 Des-06 6 90 33 9 Mar-07 7 84 37 10 Jun-07 8 79 30 11 Sep-07 7 80 35 12 Des-07 5 81 31 13 Mar-08 5 78 34 14 Jun-08 5 77 37 15 Sep-08 5 78 32 16 Des-08 5 78 30 17 Mar-09 6 72 30 18 Jun-09 5 73 27 19 Sep-09 6 74 24 20 Des-09 5 74 23 21 Mar-10 4 74 27 22 Jun-10 4 73 27 23 Sep-10 4 72 26 24 Des-10 3 75 28 25 Mar-11 3 73 29 26 Jun-11 3 74 26 27 Sep-11 3 74 24 28 Des-11 2 76 25 29 Mar-12 2 70 20 30 Jun-12 3 70 24 31 Sep-12 3 71 24 32 Des-12 3 73 25 33 Mar-13 3 69 22 34 Jun-13 3 82 25 35 Sep-13 3 87 26


(5)

36 Des-13 4 84 26 37 Mar-14 5 82 27 38 Jun-14 6 93 29 39 Sep-14 7 93 31


(6)