Dana Pihak Ketiga DPK

memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian. 22 Analisis ini menggunakan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar tingkat NPF ini maka semakin tidak baik. Non Performing Financing atau Non Performing Loans dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong tidak lancar macet yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Proses pemberian dan pengelolaan pembiayaan yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan monitoring setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar. Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio pembiayaan bermasalah NPF dan pembentukan cadangan cash provision. Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, karena akan 22 Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional Sharia System. ” Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007 mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP, karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai laba bank syariah. Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5, jika melebihi 5 akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Hubungan antara NPF dengan laba bank syariah Variabel ini berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap laba bank syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif terhadap bank syariah. Semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar dana penghapusan yang harus dikeluarkan oleh bank. G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain. Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. 23 Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1, sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan juga berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Hubungan antara BOPO dengan laba bank Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan 24 atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang dapat dicapai bank semakin meningkat.

H. Review Studi Terdahulu

NO Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 1. Impact of Internet banking on Bank’s performance: the Indian Experience oleh Analisis multivariate. Dengan sample sebanyak 85 bank di India 49 memiliki internet Bank dengan internet banking memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada yang tidak menyediakan. Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan sampel Bank BSM dari periode 2005- 2014. 23 Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009 24 Almilia, dkk, “Analisa Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000- 2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 No 2 2005: hal.12