Analisis Postur Tubuh Ditinjau Dari Segi Ergonomi di Bagian Pengemasan Pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan

(1)

ANALISIS POSTUR KERJA DITINJAU DARI SEGI

ERGONOMI DI BAGIAN PENGEMASAN PADA PT. KIMIA

FARMA (PERSERO) TBK PLANT MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

HANNI ALQILI LAURY DESKY 080423069

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan jiwa yang tulus ikhlas, saya panjatkan puji syukur kepada allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya hingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Dan kiranya hanya Allah SWT lah yang selalu menuntun kita ke jalan yang benar.

Pada kesempatan ini judul dari penelitian Tugas Sarjana saya adalah “Analisis Postur Tubuh Ditinjau Dari Segi Ergonomi di Bagian Pengemasan Pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan”. Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Sarjana ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca di harapkan demi kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Sarjana ini Bermanfaat bagi kita semua, terima kasih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

MEDAN Mei, 2010


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur atas segala karunia dan berkah dari Allah SWT hingga Tugas Sarjana ini dapat terselesaikan. Penyelesainya Tugas Sarjana ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. Patut kiranya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya Tugas Sarjana ini. Rasa terima kasih ini ditujukan kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak Burhan Desky, SH dan Ibu Nurmini Sidra, S.Pd, Kakak dan Abang ku Dhinnie Maretha Desky, S.Psi, J.E. Melky Purba, SH, Adik-adik ku Sidriani Handayani Desky, Sidriana Handayana Desky, SE, Rommy Kurniawan Desky, Ronny Rivandhi Desky dan Keponakan tersayang Randy Deardo Romhero Purba yang senantiasa memberikan perhatian, dukungan materil maupun spiritual demi kelancaran studi saya selama ini.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

4. Bapak Aulia Ishak, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.


(6)

5. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan untuk Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Poerwanto, M.Sc, selaku Dosen Pembanding I, terima kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya dalam perbaikan Tugas Sarjana ini. 7. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembanding II, terima kasih banyak atas

segala bimbingan, saran dan kritiknya dalam perbaikan Tugas Sarjana ini. 8. Ibu. Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Dosen Pembanding III, terima kasih

banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.

9. Kepala Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Medan Bapak Heru Khoerudin selaku Pembimbing Lapangan di perusahaan yang telah membantu memberikan informasi dan masukan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini. 10.Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan Chitra Pratiwi, Efriyanti Kartika,

Arie Desnia, Dara Viza Amelia, Tantri Nuraisha, Yovita dan Fauzi Wardana, terima kasih untuk bantuan, masukan, semangat, dan keberadaan kalian selama ini, kelak kita akan menjadi orang-orang sukses.

11.Rusdi Lubis, SST, terima kasih untuk perhatian, bantuan, semangat dan keyakinannya

12.Teman-teman ku seangkatan 2004 yang telah memberi motivasi dan semangat hingga Tugas Sarjana ini selesai.

13.Staf pengajar Departemen Teknik Industri, Staf Tata Usaha dan Staf Perpustakaan Departemen Teknik Industri.


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ... ii

SERTIFIKASI TUGAS SARJANA... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... .. x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xvi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... ...I-4 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan Masalah ... I-5 1.6. Asumsi yang Digunakan ... ..I-5 1.7. Sistematika Penulisan ... I-6 II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-5 2.3. Letak dan Lokasi Perusahaan ... II-6


(8)

2.4. Daerah Pemasaran ... II-7 2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-7 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-8 2.5.2. Pembagian Tugas dan Wewenang ... II-9 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-22 2.5.3.1. Jumlah tenaga Kerja ... II-22 2.5.3.2. Jam Kerja ... II-23 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-24 2.5.4.1. Sistem Pengupahan ... II-24 2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ... II-25 2.6. Proses Prosuksi ... II-25 2.6.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-26 2.6.1.1. Pemeriksaan Mutu Bahan baku dan

Bahan Pengemasas ... II-26

2.6.1.2. Pengawasan Selama Proses ... II-27

2.6.1.3. Pengawasan Dalam Proses Pengemasan ... II-28

2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-29

2.6.2.1. Bahan Baku ... II-29


(9)

2.6.2.2. Bahan Tambahan ... II-29

2.6.2.3. Bahan Penolong... II-30

2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-30

2.6.4. Mesin dan Peralatan ... II-34

2.6.4.1. Mesin Produksi... II-34

2.6.4.2. Peralatan... II-45

2.6.5. Utilitas ... II-46

2.7. Safety and Fire Protection ... II-47

2.8. Pengolahan Limbah ... II-47

2.8.1. Pengolahan Limbah Padat ... II-47

2.8.2. Pengolahan Limbah Cair ... II-48


(10)

3.1. Defenisi Ergonomi ... III-1 3.2. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi ... III-4 3.3. Postur Tubuh ... III-5 3.4. Kerja Otot Statis dan Dinamis ... III-8 3.5. Efek Kerja Otot Statis dan Dinamis ... III-8 3.6. Musculoskeletal ... III-9 3.7. Metode Penilaian Postur Kerja

RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ... III-15

3.7.1. Level Penilaian Grup A ... III-18

3.7.2. Level Penilaian Grup B ... III-23

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-3

4.2. Rancangan Penelitian... IV-3

4.3. Objek Penelitian ... IV-4

4.4. Variabel Penelitian ... IV-4


(11)

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-4

4.6. Pelaksana Penelitian ... IV-5

4.7. Pengolahan Data ... IV-5

4.8. Analisa Data ... IV-7

V. PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Kegiatan Kerja Operator ... V-1 5.1.2. Postur Kerja ... V-2 5.1.3. Kerja Otot Statis dan Dinamis ... V-14

5.1.4. Penyakit Akibat Postur Kerja ... V-15

5.2. Pengolahan Data ... V-16

5.2.1. Penilaian Postur Kegiatan Membuka Lipatan Kotin ... V-16

5.2.2. Penilaian Postur Kegiatan Membuka Lipatan Dus ... V-22


(12)

Tube dengan Kertas Brosur ... V-28

5.2.4. Penilaian Postur Kegiatan Menyusun Dus Kedalam Kotin .. V-34

5.2.5. Penilaian Postur Kegiatan Menempelkan

Isolatip pada Kemasan Kotin ... V-40

5.2.6. Penilaian Postur Kegiatan Menyablon Box... V-46

5.2.7. Penilaian Postur Kegiatan Menyusun Kotin ke Dalam Box . V-52

5.2.8. Penilaian Postur Kegiatan Menempelkan

Berlogo Kimia Farma pada Kemasan Kotin ... V-58

5.2.9. Penilaian Postur Kegiatan Menimbang Box ... V-64

5.2.10. Penilaian Postur Kegiatan Mencatat Berat Box ... V-70

5.2.11. Penilaian Postur Kegiatan Membawa Box ke Gudang

Karantina Produk Jadi ... V-75


(13)

Ke Palet Produk Jadi ... V-81

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Analisa Masalah ... VI-1

Analisis Postur Tubuh Berdasarkan RULA ... VI-1

Penentuan Postur Tubuh yang Dapat

Menimbulkan Kelelahan ... VI-6

6.1.3. Lamanya Waktu Istirahat yang Tersedia ... VI-8

Solusi Masalah ... VI-8

VII.KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... VII-1

Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Keluhan Operator... I-1

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Kimia Farma

(Persero), Tbk Plant Medan ... II-23

3.1. Skor Bagian Lengan Atas (upper arm) ... III-19

3.2. Skor Lengan Bawah (lower arm) ... III-20

3.3. Skor Pergelangan Tangan (wrist) ... III-20

3.4. Skor Grup A ... III-22

3.5. Skor Aktivitas ... III-23

3.6. Skor Beban ... III-23

3.7. Skor Bagian Leher (neck) ... III-24

3.8. Skor Bagian Batang Tubuh (trunk) ... III-25

3.9. Skor Bagian Kaki (legs) ... III-25

3.10. Skor Grup A Trunk Postur Score ... III-26

3.11. Skor Aktivitas ... III-26

3.12. Skor Beban ... III-27

3.13. Grand Total Score ... III-27

3.14. Kategori Level Resiko ... III-28

5.1. Skor Grup A Kegiatan Membuka Lipatan Kotin ... V-18

5.2. Skor Grup B Kegiatan Membuka Lipatan Kotin ... V-19

5.3. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Membuka Lipatan Kotin ... V-21

5.4. Kategori Tindakan RULA ... V-21

5.5. Skor Grup A Kegiatan Membuka Lipatan Dus ... V-23

5.6. Skor Grup B Kegiatan Membuka Lipatan Dus ... V-25


(15)

Membuka Lipatan Dus ... V-26

5.8. Kategori Tindakan RULA ... V-27

5.9. Skor Grup A Kegiatan Membalut Tube Dengan Kertas Brosur ... V-29

5.10. Skor Grup B Kegiatan Membalut Tube Dengan Kertas Brosur ... V-31

5.11. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Membalut Tube Dengan Kertas Brosur ... V-32

5.12. Kategori Tindakan RULA ... V-33

5.13. Skor Grup A Kegiatan Menyusun Dus ke Dalam Kotin ... V-35

5.14. Skor Grup B Kegiatan Menyusun Dus ke Dalam Kotin ... V-37

5.15. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Menyusun Dus ke Dalam Kotin ... V-38

5.16. Kategori Tindakan RULA ... V-39

5.17. Skor Grup A Kegiatan Menempelkan Isolatip pada

Kemasan Kotin ... V-41

5.18. Skor Grup B Kegiatan Menempelkan Isolatip pada

Kemasan Kotin ... V-43

5.19. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Menempelkan Isolatip pada Kemasan Kotin... V-45

5.20. Kategori Tindakan RULA ... V-45

5.21. Skor Grup A Kegiatan Menyablon Box ... V-47

5.22. Skor Grup B Kegiatan Menyablon Box ... V-49

5.23. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Menyablon Box ... V-50

5.24. Kategori Tindakan RULA ... V-51

5.25. Skor Grup A Kegiatan Menyusun Kotin ke Dalam Box ... V-53

5.26. Skor Grup B Kegiatan Menyusun Kotin ke Dalam Box ... V-55

5.27. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Menyusun Kotin ke Dalam Box ... V-56

5.28. Kategori Tindakan RULA ... V-57

5.29. Skor Grup A Kegiatan Menempelkan Lakban Belogo


(16)

5.30. Skor Grup B Kegiatan Menempelkan Lakban Belogo

Kimia Farma Pada Kemasan Box ... V-61

5.31. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Menempelkan Lakban Belogo Kimia Farma Pada Kemasan Box ... V-63

5.32. Kategori Tindakan RULA ... V-63

5.33. Skor Grup A Kegiatan Menimbang Box ... V-65

5.34. Skor Grup B Kegiatan Menimbang Box ... V-67

5.35. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Mennimbang Box ... V-68

5.36. Kategori Tindakan RULA ... V-69

5.37. Skor Grup A Kegiatan Mencatat Berat Box ... V-71

5.38. Skor Grup B Kegiatan Mencatat Berat Box ... V-73

5.39. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Mencatat Berat Box ... V-74

5.40. Kategori Tindakan RULA ... V-74

5.41. Skor Grup A Kegiatan Membawa Box ke Gudang

Karantina Produk Jadi ... V-76

5.42. Skor Grup B Kegiatan Membawa Box ke Gudang

Karantina Produk Jadi ... V-78

5.43. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Membawa Box ke Gudang Karantina Produk Jadi... V-79

5.44. Kategori Tindakan RULA ... V-80

5.45. Skor Grup A Kegiatan Memindahkan Box ke Palet Produk Jadi .... V-82

5.46. Skor Grup B Kegiatan Memindahkan Box ke Palet Produk Jadi ... V-84

5.47. Grand Total Score Grup A Kegiatan Untuk Kegiatan

Memindahkan Box ke Palet Produk Jadi ... V-86


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan ... II-8

2.2. Denah Bak Pengolahan Limbah Cair PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk Plant Medan... II-48

3.1. Postur Tubuh Lengan Bagian Atas (upper arm) ... III-18

3.2. Postur Tubuh Lengan Bagian Bawah (lower arm) ... III-19

3.3. Postur Tubuh Pergelangan Tangan (wrist) ... III-20

3.4. Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (wrist twist) ... III-21

3.5. Postur Tubuh Bagian Leher (neck) ... III-24

3.3. Postur Batang Tubuh (trunk) ... III-25

4.1. Metodologi Penelitian ... IV-2

5.1. Kegiatan Membuka Lipatan Kotin ... V-3

5.2. Kegiatan Membuka Lipatan Dus ... V-4

5.3. Kegiatan Membalut Tube Dengan Kertas Brosur ... V-5

5.4. Kegiatan Menyusun Dus ke Dalam Kotin ... V-6

5.5. Kegiatan Menempelkan Isolatip pada

Kemasan Kotin ... V-7

5.6. KegiatanMenyablon Box... V-8

5.7. Kegiatan Menyusun Kotin ke Dalam Box ... V-9

5.8. Kegiatan Menempelkan Lakban Belogo

Kimia Farma Pada Kemasan Box ... V-10

5.9. Kegiatan Menimbang Box ... V-11

5.10. Kegiatan Mencatat Berat Box ... V-12

5.11. Kegiatan Membawa Box ke Gudang Karantina Produk Jadi ... V-13

5.12. Kegiatan Memindahkan Box ke Palet Produk Jadi ... V-14


(18)

5.14. Kegiatan Membuka Lipatan Dus ... V-22

5.15. Kegiatan Membalut Tube Dengan Kertas Brosur ... V-28

5.16. Kegiatan Menyusun Dus ke Dalam Kotin ... V-34

5.17. Kegiatan Menempelkan Isolatip pada

Kemasan Kotin ... V-40

5.18. KegiatanMenyablon Box... V-46

5.19. Kegiatan Menyusun Kotin ke Dalam Box ... V-52

5.20. Kegiatan Menempelkan Lakban Belogo

Kimia Farma Pada Kemasan Box ... V-58

5.21. Kegiatan Menimbang Box ... V-64

5.22. Kegiatan Mencatat Berat Box ... V-70

5.23. Kegiatan Membawa Box ke Gudang Karantina Produk Jadi ... V-75


(19)

Abstrak

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, memproduksi berbagai macam obat obatan dan alat kosmetik bagi wanita. Produk dari perusahaan ini banyak kita jumpai beredar dipasaran dan tentunya dengan kualitas yang telah teruji kebersihan dan khasiatnya. Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan proses pengemasan obatnya masih dilakukan secara manual, oleh karena itu kenyaman operator harus diperhatikan. Salah satu bentuk perhatian pada operator adalah dengan memberikan kenyamanan dalam bekerja, sehingga operator dapat memberikan produktivitas yang baik bagi perusahaan. Saat ini terdapat beberapa keluhan yang dirasakan operator ketika bekerja, dan hal itu akibat kurang ergomonisnya kursi yang digunakan oleh operator ketika bekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan suatu masukan perbaikan metode kerja kepada perusahaan dengan memakai kursi yang ergonomis, agar operator tidak merasa cepat lelah. Tetapi sebelum memberikan masukan perlu dilakukan penelitian terhadap operator tersebut, penelitian dilakukan dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) yaitu metode penelitian yang menginvestigasi gangguan dan keluhan tubuh bagian atas. Postur kerja operator dinilai sehingga diketahui sejauh mana level tindakan yang perlu diambil.

Dari hasil pengolahan data terdapat 12 aktivitas dalam kegiatan pengemasan obat, diantara ke 12 aktivitas tersebut ada 4 aktivitas yang dianggap memiliki level resiko tinggi untuk pekerjaan mereka. Dikatakan level tinggi karena jika dilakukan untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan ketidaknyamanan. Dengan menggunakan fasilitas kerja yang ergonomis apabila operator melakukan aktivitas dalam posisi duduk untuk jangka waktu yang lama diharapkan dapat mengurangi kelelahan dan rasa sakit yang timbul akibat postur kerja yang tidak rileks.


(20)

Abstrak

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, memproduksi berbagai macam obat obatan dan alat kosmetik bagi wanita. Produk dari perusahaan ini banyak kita jumpai beredar dipasaran dan tentunya dengan kualitas yang telah teruji kebersihan dan khasiatnya. Di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan proses pengemasan obatnya masih dilakukan secara manual, oleh karena itu kenyaman operator harus diperhatikan. Salah satu bentuk perhatian pada operator adalah dengan memberikan kenyamanan dalam bekerja, sehingga operator dapat memberikan produktivitas yang baik bagi perusahaan. Saat ini terdapat beberapa keluhan yang dirasakan operator ketika bekerja, dan hal itu akibat kurang ergomonisnya kursi yang digunakan oleh operator ketika bekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan suatu masukan perbaikan metode kerja kepada perusahaan dengan memakai kursi yang ergonomis, agar operator tidak merasa cepat lelah. Tetapi sebelum memberikan masukan perlu dilakukan penelitian terhadap operator tersebut, penelitian dilakukan dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) yaitu metode penelitian yang menginvestigasi gangguan dan keluhan tubuh bagian atas. Postur kerja operator dinilai sehingga diketahui sejauh mana level tindakan yang perlu diambil.

Dari hasil pengolahan data terdapat 12 aktivitas dalam kegiatan pengemasan obat, diantara ke 12 aktivitas tersebut ada 4 aktivitas yang dianggap memiliki level resiko tinggi untuk pekerjaan mereka. Dikatakan level tinggi karena jika dilakukan untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan ketidaknyamanan. Dengan menggunakan fasilitas kerja yang ergonomis apabila operator melakukan aktivitas dalam posisi duduk untuk jangka waktu yang lama diharapkan dapat mengurangi kelelahan dan rasa sakit yang timbul akibat postur kerja yang tidak rileks.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Setiap perusahaan menginginkan produktivitas perusahaannya selalu meningkat, untuk memperoleh kondisi seperti itu banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan memberi kenyamanan kepada operator agar dapat bekerja dengan baik sehingga dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan. Operator pada suatu lingkungan kerja tentu menginginkan pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan tenaga seminimal mungkin, akan tetapi memberikan hasil yang maksimal. Terkadang hal tersebut tidak dapat dicapai dikarenakan ada beberapa faktor yang menghambat seperti faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu lingkungan kerja atau suasana/kondisi kerja yang tidak sehat, nyaman, aman dan faktor internal berasal dari dalam diri operator tersebut yaitu keterampilan usaha, konsistensi kerja, metode kerja dan postur seorang dalam melakukan pekerjaannya.

Di bagian pengemasan pada PT. Kimia Farma (Persero),Tbk Plant Medan proses pengemasannya masih dilakukan secara manual. Pekerjaan ini dimulai dari membungkus produk ke dalam kemasan kemudian dipindahkan dan disusun di atas pallet. Mayoritas operator bekerja dengan posisi duduk, hanya beberapa orang saja yang berdiri, pekerjaan ini bila dibiarkan secara terus menerus akan


(22)

menimbulkan kelelahan, sehingga konsentrasi operator akan menurun dan kinerja operator juga menurun.

Kondisi aktual pada perusahaan saat ini adalah ada beberapa keluhan yang dirasakan operator walau tidak berat tapi perlu mendapat perhatian karena kondisi ini berlangsung dalam tempo waktu yang cukup lama. Keluhan dari operator yang mengalami rasa sakit ketika selesai beraktivitas seharian di bagian pengemasan tersebut ada sekitar 20 operator yang bekerja pada bagian pengemasan dan rata-rata dari operator tersebut adalah wanita dan memiliki keluhan yang sama. Keluhan tersebut berupa rasa sakit kaku pada bagian leher sebanyak 40%, keluhan rasa sakit di bagian punggung sebanyak 40%, keluhan sakit di bagian lengan atas dan bawah sebanyak 20%, dan keluhan rasa sakit di pergelangan tangan sebanyak 20%.

Aktifitas pemindahan barang secara manual yang dilakukan secara berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan operator. Aktifitas yang dilakukan dengan posisi kerja yang membungkuk dan kaku juga membahayakan kesehatan yang merupakan penyebab terjadinya cidera punggung.

Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai adalah ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya yang sering disebut adalah muscolosketol disorder. Masalah tersebut lazim dialami para operator yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus menerus. Studi tentang muscolosketol disorder pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi


(23)

menunjukkan bahwa keluhan otot skeletol yang paling banyak dialami operator adalah otot bagian pinggang (low back pain) dan bahu.

Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak ergonomis pada operator pabrik mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dengan membungkuk dan membawa beban adalah merupakan resiko terjadinya keluhan musculosketal dan kelelahan dini.

Secara kasat mata kita dapat menilai postur kerja baik atau tidak dengan menggunakan perasaan (common sense) atau lebih tepatnya feeling. Namun sekarang ada metode yang sangat tepat yang telah dikembangkan oleh para peneliti ahli biomekanika dalam menilai apakah postur pekerjaan kita sudah baik atau tidak. Metode itu adalah dengan penilaian secara cepat dengan menggunakan RULA (Rappid Upper Limb Assessment).

Dengan menggunakan RULA kita dapat tahu apakah postur kerja kita (secara fisik) baik, buruk, atau bahkan berbahaya. Walau demikian, hasil penilaian hanyalah berupa angka dan anjuran, yang artinya jika kita sudah mengetahui bahwa postur kerja buruk, maka langkah selanjutnya adalah terserah anda, apakah memperbaikinya dengan merubah postur atau mungkin menggunakan bantuan orang lain (menambah SDM) untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas adalah keluhan rasa sakit yang dirasakan operator ketika bekerja dalam tempo waktu yang lama dan


(24)

berulang ulang di bagian pengemasan PT. Kimia Farma (Persero),Tbk Plant Medan.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1. Menilai postur tubuh dengan menggunakan metode RULA.

2. Mengevaluasi postur tubuh yang ada sekarang dan mempelajari kemungkinan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pekerja dalam melakuakan pekerjaannya dengan waktu yang cukup lama.

3. Memberi suatu usulan perbaikan metode kerja kepada perusahaan agar operator tidak merasa cepat lelah.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Melatih kemampuan dan menggunakan pengalaman untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan, khususnya postur tubuh yang ergonomis. 2. Memberikan tambahan informasi yang dapat digunakan untuk perkembangan

ilmu pengetahuan ergonomi.

3. Bahan masukan bagi perusahaan untuk dipertimbangkan sebagai solusi postur kerja yang ergonomi, sehingga membantu operator pada stasiun pengemasan bekerja dengan postur kerja yang ergonomis.

1.5. Batasan Masalah


(25)

1. Pengamatan postur kerja pada saat bekerja dilakukan terhadap operator yang bekerja dibagian pengemasan.

2. Data penelitian diperoleh langsung dari daerah proses pengemasan obat-obatan pada bagian pengemasan yang memiliki postur kerja yang tidak ergonomis.

1.6. Asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pekerja di bagian pengemasan adalah operator yang berbeda tetapi metode kerja yang digunakan sama.

2. Kondisi lingkungan dianggap baik dan memenuhi persyaratan.

3. Operator yang melakukan pekerjaan adalah operator normal dan dapat bekerja secara wajar.

4. Operator telah terbiasa dengan pekerjaannya.

5. Kondisi mesin dan peralatan dalam kondisi yang baik.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I – PENDAHULUAN

Menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini dan masalah-masalah yang terkait dengan perusahaan, permasalah-masalahan dalam penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, batasan-batasannya, dan sistematika yang digunakan dalam penelitian ini.


(26)

BAB II – GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisikan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan manajemen dan ruang lingkup kegiatan usaha.

BAB III – LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini yang berasal dari berbagai sumber. Teori-teori inilah yang digunakan dalam menentukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan, juga digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisis postur kerja.

BAB IV – METODOLOGI PENELITIAN

Memaparkan langkah-langkah dan tahapan yang dipakai sebagai kerangka pemecahan masalah secara sistematis dalam penelitian yang akan dilakukan.

BAB V – PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penelitian, yaitu data yang terkait dengan postur tubuh operator, juga berisi proses pengolahan data yang akan dilakukan.

BAB VI – ANALISA PENGOLAHAN DATA

Menganalisis hasil pengolahan data dan untuk memperoleh penyelesaian dari masalah yang sudah ada.

BAB VII – KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis maka kesimpulan dan saran yang didapat dari penelitian ini ditambah dengan saran-saran guna perbaikan dan untuk penelitian yang lebih lanjut.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Pendirian perusahaan Kimia Farma pertama kali dilakukan pada tahun 1917, saat NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, perusahaan farmasi yang pertama kali didirikan di Hindia Timur. Hingga pada tahun 1958 pemerintah meleburkan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhineka Kimia Farma atas kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bentuk sebagai perusahaan Perseroan pada tanggal 16 agustus 1971. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk sejak berdirinya hingga sekarang telah mengalami beberapa perubahan yaitu: a. Periode I (1957-1959)

Periode pertama ini adalah periode dimana pemerintah melaksanakan nasionalisasi perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia. Program nasionalisasi ini dikoordinasi oleh Badan Pengambilalihan Perusahaan Farmasi (BAPPHAR). Adapun perusahaan farmasi milik Belanda tersebut yaitu:

1. NV Rathkamp dan NV Bavosta di Jakarta. 2. NV Bandoengsche Kinine Fabriek di Bandung. 3. NV Ordeneming Iodium Watudakon di Mojokerto. 4. NV Industri Tella di Surabaya.


(28)

6. Drogistry Van Belem dan NV Sari Delle di Yogyakarta. b. Periode II (1960-1968)

Periode kedua ini adalah periode pembentukan perusahaan Negara Farmasi (PNF) dari perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda yang telah dinasionalisasikan sebelumnya. Pembentukan PNF ini berdasarkan PP.No.60/1961 dibawah koordinasi Badan Pimpinan Umum Farmasi Negara sebagai peleburan BAPPHAR yang bernaung dibawah Departemen Kesehatan.

Perusahaan-perusahaan yang didirikan adalah:

1. PNF Radja Farma (ex. Rathkamp) di Jakarta. 2. PNF Nuraini Farma (ex. Van Gorkom) di Jakarta. 3. PNF Nakula Farma (ex. Bavosta) di Jakarta. 4. PNF Bhineka Kina Farma di Bandung.

5. PNF Sari Husada (ex. Sari Delle) di Yogyakarta. 6. PNF Kasa Husada (ex. Varbanstaffen) di Surabaya. 7. PNF Biofarma (ex. Pasteur Institute) di Bandung. c. Periode III (1969-1970)

Untuk Meningkatkan efisiensi setiap BUMN, dikeluarkan instruksi presiden no. 17/1967 sehingga departemen kesehatan melebur perusahaan-perusahaan milik negara tersebut ke dalam perusahaan negara farmasi dan alat-alat kesehatan bhineka kimia farma dan PNF kasa husada di Surabaya dirubah menjadi perusahaan umum dan perusahaan daerah, kemudian PN sari husada di Yogyakarta berdiri sendiri sebagai anak perusahaan.


(29)

d. Periode IV (1971-2001)

Periode ke empat dimulai tahun 1971 ditandai dengan dikeluarkannya PP.No.116 tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 Maret 1971. Perusahaan Negara Farmasi dan Alat-alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma setelah melalui proses audit dinyatakan lulus untuk menjadi perseroan trbatas (PT) yang selanjutnya disahkan pada tanggal 16 Agustus 1971 sebagai Kimia Farma (Persero) dengan Akta Notaris dan diumumkan dalam berita negara. e. Periode V (2001-Sekarang)

Pada periode ini tepatnya tanggal 28 Juni 2001 PT. Kimia Farma (Persero) menjadi Perusahaan Terbuka (Tbk) dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dimana untuk privatisasi tahap I saham yang lepas adalah sebanyak 9% dengan rincian 3% untuk program kepemilikan saham karyawan dan manajemen (KSKM) PT. Kimia Farma dan sebanyak 6% untuk masyarakat umum.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk didukung oleh 6 unit produk farmasi yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon-Jawa Timur dan tanjung Morawa-Medan. Keenam pabrik yang telah memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini adalah:

1. Unit Produksi Formulasi Jakarta

Memproduksi obat-obatan golongan narkotika yang merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi obat jenis narkotika karena merupakan penugasan dari pemerintah.


(30)

2. Unit Produksi Formulasi Bandung

Memproduksi produk utama berupa pil-pil KB, namun tetap memproduksi produk-produk formulasi.

3. Unit Produksi Manufaktur Semarang

Memproduksi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), juga bahan baku kina dan derivat-derivatnya serta bahan baku antibiotik Rifampicin. Pabrik ini telah mendapat US-FDA Approval.

4. Unti Produksi Manufaktur Semarang

Memproduksi minyak jarak yang banyak dipakai dalam bidang kosmetika dan industri farmasi, juga melakukan pemurnian minyak-minyak nabati. Pabrik ini telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 dari Lloyd’s Register Quality Assurance (LRQA).

5. Unit Produksi Manufaktur Watukadon

Merupakan unit satu-satunya pabrik yang mengolah tambang Yodium di Indonesia. Produk yang dihasilkan adalah Iodium, Kalium Klorida, Kapsul Lunak Yodiol serta Yodium Test. Selain itu juga memproduksi bahan baku Ferro Sulfat dan tablet tambah darah.

6. Unit Produksi Formulasi Medan

Merupakan satu-satunya pabrik obat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk yang berada diluar pulau jawa yang fungsinya terutama memenuhi kebutuhan obat di wilayah Sumatera.

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan merupakan unit produksi formulasi yang memproduksi obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan obat


(31)

Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), obat rutin, dan obat generik. Pabrik ini berdiri pada tahun 1967 dengan nama PT. Radja Farma, dan dulunya juga merupakan perusahaan farmasi milik Belanda yang dinasionalisasikan oleh pemerintah Belanda. Pada tahun 1971 perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Kimia Farma dan menjadi perusahaan cabang dari PT. Kimia Farma Jakarta. Dengan adanya SK Direksi No. Kep.14/DIR/VI/2004 pada tanggal 14 Juni 2004 maka PT. Kimia Farma cabang Medan berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan. Distribusi obat-obatan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dikelola oleh unit logistik sentral (ULS) yang ada di Jakarta. ULS inilah yang mendistribusikannya melalui PT Trading & Distribution PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan memiliki beberapa bidang usaha yang terdiri atas:

a. Bidang Produksi

Produk-produk andalan yang dihasilkan perusahaan ini adalah: 1. Produk Bahan Baku

2. Produk Kontrasepsi

3. Produk-produk penugasan pemerintah (narkotika) 4. Produk Etikal

5. Produk ”Over The Counter” (OTC) yaitu obat yang dapat dijual bebas. 6. Produk Generik Berlogo.


(32)

7. Produk Lisensi dari beberapa perusahaan asing yaitu: Sankyo (Jepang), Heinrich (Jepang), Solvay Duphar (Belanda).

b. Bidang Pelayanan (PT Health & Care)

c. Bidang Distribusi (PT Trading & Distribution) d. Klinik Kesehatan dan Optik

2.3. Letak dan Lokasi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan terletak dijalan Tanjung Morawa km 9, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan ini berdiri di atas lahan dengan luas 20.269 M2 yang terdiri dari:

1. Ruang Perkantoran

2. Ruang Laboratorium Pengawasan Mutu & IPC 3. Ruang Produksi Tablet/Kapsul

4. Ruang Produksi Krim/Salep 5. Ruang Penimbangan Sentral 6. Gudang Bahan Baku

7. Gudang Bahan Kemas 8. Gudang Etiket

9. Gudang Produk Jadi

10.Bangunan penunjang seperti tempat pencucian dapur, mushola dan tempat olahraga.

Prasarana transportasi yang tersedia dilokasi ini dapat dikatakan sangat baik, yakni dengan adanya fasilitas jalan tol yang terletak cukup dekat dengan


(33)

lokasi pabrik (kurang dari 1 KM) dan dengan tersedianya angkutan umum yang cukup banyak bagi karyawan. Kebutuhan listrik pabrik disuplai oleh PLN, kebutuhan air disuplai oleh PDAM dan layanan jaringan telekomunikasi dari TELKOM.

2.4. Daerah Pemasaran

Proses produksi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan dilakukan berdasarkan pesanan dari pelanggan (job order). Pesanan ini sudah diatur oleh Unit Logistik Sentral (ULS), sehingga jumlah pesanan akan sampai ke PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan untuk kemudian direncanakan jadwal produksinya. Semua produk hasil produksi Plant Medan harus dikirim kembali ke Unit Logistik Sentral (ULS) yang ada di Jakarta. ULS inilah yang mengatur pemasaran produk ke masing-masing daerah. Untuk hasil produksi Plant Medan, sebagian besar dipasarkan di Pulau Sumatera dan Sebagian dipasarkan di Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.

2.5. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan diantara mereka diberikan pembagian tugas. Struktur organisasi adalah berupa gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan


(34)

untuk mencapai suatu sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk grafik.

2.5.1. Struktur Organisasi

Gambar struktur organisasi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:

PLANT MANAGER PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN INVENTORI KEUANGAN AKUNTANSI ADMINISTRASI DAN PERSONALIA TEKNIK DAN PEMELIHARAAN PENYIMPANAN GUDANG PENGADAAN PENGENDALIAN DATA DAN INFORMASI

UMUM DAN RUMAH TANGGA PENGEMASAN PEMASTIAN MUTU PENUNJANG PROSES PRODUKSI PEMASTIAN MUTU PROSES PRODUKSI PENGENDALIAN MUTU PENGENDALIAN PRODUKSI DAN INVENTORI KRIM TABLET DAN KAPSUL PERENCANAAN

PRODUKSI DAN INVENTORI

PRODUKSI

= HUBUNGAN LINI = HUBUNGAN FUNGSIONAL KETERANGAN

MANAGER

ASISTEN MANAGER

SUPERVISOR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Medan

Berdasarkan keterangan diatas maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan adalah hubungan campuran lini fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab manajer pabrik kepada asisten manajer sehingga terbentuk departemen produksi, PPIC, dan pengendalian mutu.


(35)

Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan antara sesama karyawan dengan bagian personalia, keuangan, pembelian, teknik dan pemeliharaan dan umum.

2.5.1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menjalankan suatu organisasi diperlukan personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut. Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing–masing jabatan dalam struktur organisasi adalah sebagai berikut :

1. Plant Manager

a. Menyusun rencana dan program kerja perusahaan yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, kegiatan pemasaran anggaran perusahaan dan ekspansi perusahaan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

b. Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan. 2. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

a. Melakukan perencanaan keperluan bahan baku, bahan pengemas sesuai pesanan pemasaran dan stock produk jadi yang ada di Unit Logistik Sentral.

b. Menjaga kontinuitas produk yang ada di Unit Logistik Sentral serta melakukan pemantauan pelaksanaan proses produksi.

c. Pengendalian stock bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi yang ada di gudang penyimpanan, sesuai batas-batas tertentu sehingga dicapai tingkat stock yang optimal.


(36)

d. Pengendalian pemantauan lead time proses produksi, penggunaan bahan baku dan bahan pengemas, serta melakukan pengiriman produk jadi yang dihasilkan.

e. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesauai dengan batas waktu yang ditentukan.

f. Melakukan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana yang ada di jajaran PPIC dan melakukan Cost Reduction dalam semua aspek pelaksanaan tugas.

g. Menglola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager PPIC

3. Perencanaan Produksi dan Inventory

a. melakukan perencanaan dan pemantauan ke[erluan bahan baku, bahan pengemas yang diperlukan untuk proses produksi sesuai rencana proses produksi.

b. Pendataan kebutuhan bahan baku dan gahan pengemas berdasarkan pesanan obat jadi dan persdiaan bahan baku dan bahan pengemas serta produk antara dan produk ruahan.

c. Pemantauan dan evaluasi harga Pokok Produksi berdasarkan obat jadi berdasarkan harga bahan baku dan bahan pengemas

d. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesuai dengan batas waktu yan ditentukan.


(37)

e. Melakukan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana yang ada di jajaran Supervisor Perencanaan Bahan dan melakukan cost reductiondalam semua aspek pelaksanaa tugas.

4. Pengendalian Produksi dan Inventory

a. Melaksanakan dan pemantauan rencana dan jadwal produksi serta pemantauan pesanan obat jadi, penyediaan bahan baku dan bahan penggemas, pendistribusian dan pengiriman obat jadi.

b. Pemantauan penyiapan dan pelaksanaan produksi obat sesuai dengan pesanan (pending order)

c. Perhitungan realisasi pengiriman dan jumlah nilai rupiah barang yang akan diasuransikan.

d. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan Seksi Pengendalian Produksi. e. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesuai dengan

batas waktu yang ditentukan.

f. Melakukan efisiensi penggunaan sarana da prasarana yang ada di jajaran Supervisor Pengendalian Produksi.

g. Melaksanakan program Cost Reduction dijajaran Supervisor Pengendalian Produksi.

h. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di jajaran Supervisor Pengendalian Produksi.

5. Produksi

a. Merencanakan, menata, melaksanakan dan mengawasi penyajian rencana kebutuhan, jadwal produksi.


(38)

b. Mengawasi kegiatan produksi, penerimaan bahan serta hasil produksi dari mulai produk antara, produk ruahan sampai obat jadi.

c. Pemeliharaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan o;eh Plant Medan baik untuk kegiatan prouksi maupun kegiatan yang lainnya. d. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan

pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager. 6. Supervisor Tablet/Kapsul

a. Mengatur agar obat di produksi menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan CPOB sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC.

b. Pemantauan, pengambilan, penimbangan/pengukuran bahan baku pada formulir catatan Pengolahan Batch produksi tablet/kapsul yang sesuai dengan CPOB.

c. Pemantauan kegiatan produksi Tablet/kapsul sesuai dengan CPOB serta menjaga kebersihan alat maupun tempat kerja dan menjamin peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan siap pakai.

d. Mengatur tugas para operator secara efektif, efisien dan menangani kesukaran teknis pembuatan obat.

e. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.

f. Pemantauan penyimpanan sementara bat setengah jadi dan penyerahan obat setengah jadi ke Seksi Pengemasan.

g. Memeriksa dan mengisi dengan benar catatan Pengolahan Batch dan penyajian laporan hasil produksi tablet/kapsul.


(39)

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi tblet/kapsul.

i. Penyelenggaraan administrasi dilingkungan seksi tablet/kapsul.

j. Pengusulan dan penerapan Rencana Kerja di lingkungan seksi tablet/kapsul.

k. Pengusulan Investasi dan Rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi tablet/kapsul.

l. Penggunaan dan pemeliharaan Inventaris perusahaan dilingkungan seksi tablet/kapsul.

m. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil. 7. Supervisor Krim/Salep.

a. Mengatur agar obat diproduksi menurut prosedur pembutan yang telah ditentukan CPOB sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC. b. Pemantauan, pengambilan, penimbangan /pengukuran bahan baku, pada

formulir Catatan Pengolahan Batch produksi krim/obat luar yang sesuai dengan CPOB.

c. Pemantauan kegiatan produksi krim/obat luar sesuai dengan CPOB seta menjaga kebersihan alat maupun tempat kerja dan menjamin peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan siap pakai.

d. Mengatur tugas para operator secara efektif dan efisien dan menangani kesukaran teknis pembuatan obat.

e. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.


(40)

f. Pemantauan penyimpanan sementara obat setengah jadi dan penyerahan obat setengah jadi ke Seksi Pengemasan.

g. Memeriksa dan mengisi dengan benar Catatan Pengolahan Batch dan penyajian laporan harian hasil produksi krim/obat luar.

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi krim/obat luar.

i. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi krim/obat luar.

j. Pengusulan dan penerapan Rencana kerja di lingkungan seksi krim/obat luar.

k. Pengusulan Investasi dan rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi krim/obat luar.

l. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris peruasahaan di lingkungan seksi krim/obat luar.

m. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil. 8. Supervisor Pengemasan

a. Mengatur agar obat dikemas menurut prosedur pengemasan yang telah ditentukan CPOB dan sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC. b. Pemantauan penerimaan produk ruahan, penerimaan dan penandaan bahan

kemasan sesuai dengan formulir catatan pengemasan batch yang telah ditentukan oleh CPOB.

c. Pemantauan kegiatan pengemasan primer dan sekunder sesuai dengan CPOB serta kebersihan alat maupun tempat kerja di lingkungan seksi pengemasan.


(41)

d. Pemantauan penyimpanan sementara obat jadi di gudang karantina dan penyerahan obat jadi ke gudang obat jadi.

e. Memeriksa dan mengisi dengan benar catatan pengemasan batch dan penyajian laporan hasil pengemasan.

f. Mengatur tugas operator/pelaksana secara efektif, efisien dan menanganikesukaran teknis pengemasan obat.

g. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan dan pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi pengemasan.

i. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pengemasan. 9. Pengendalian Mutu

a. Merencanakan, menata, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan bahan baku,bahan pengemas, produk antara, prodk ruahan dan produk jadi serta melaksanakan pemeriksaan selama proses produksi. b. Pemantauan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pemeriksaan bahan

baku, bahan pengemas dan pemeriksaan produk dalam proses.

c. Pemantauan dan pemeliharaan kondisi lingkungan pabrik dan melaksanakan pemantauan baku mutu air limbah yang dihasilkan plant medan.

d. Melaksanakan semua ketentuan GMP atau CPOB terkini dalam melakukan tugas pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas, produk


(42)

antara, produk ruahandan produk jadi serta pemeriksaan selama proses produksi.

e. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager Pengendalian Produksi. 10.Pemastian Mutu Proses Produksi.

a. Pemantauan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses yang harus diperiksa.

b. Pemantauan pendataan dan inventarisasi bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.

c. Penyiapan laporan hasil pemantauan kegiatan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.

d. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pemeriksaan bahan baku dan IPC.

e. Penyusunan konsep surat menyurat yang meliputi kegiatan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.

11.Pemastian Mutu Penunjang Proses Produksi

a. Pemantauan pemeriksaan bahan jadi, pemeriksaan mikrobologi dan pemeriksaan limbah.

b. Pemantauan pendataan dan inventarisasi obat jadi yang harus diperiksa. c. Pemantauan pemanfaatan sarana pemeriksaan obat jadi, pemeriksaan

mikrobiologi dan limbah.

d. Penyiapan laporan hasil pemantauan kegiatan pemeriksaan obat jadi, pemerikasaan mikrobiologi dan limbah.


(43)

12.Supervisor Pemeliharaan dan energi.

a. Pemantauan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan produksi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC, gudang serta kelengkapannya.

b. Membantu pemantauan pemanfaatan sarana untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana produksi dan energi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC serta lingkungan dan kelengkapannya.

c. Penyajian laporan hasil pemantauan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan instalasi energi sarana produksi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC, serta lingkungan dan kelengkapannya.

d. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

e. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

f. Pengusulan dan penggunaan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

g. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

h. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris perusahaan di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

i. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil. 13.Supervisor Penyimpanan

a. Pemnatauan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku obat, bahan pengemas dan obat jadi.


(44)

b. Penyusunan laporan permohonan periksa atas barang yang diterima sesuai dengan permintaan bahan.

c. Pengawasan penimbangan dan pengeluaran bahan sesuai dengan surat perintah pengeluaran bahan.

d. Merencanakan penyusunan dan penempatan bahan baku obat, bahan pengemas dan obat jadi sesuai dengan kapasitas gudang.

e. Pemantauan persediaan bahan baku, bahan pengemas dan obat jadi serta pendataan kartu APG.

f. Menolak barang yang tidak sesuai kualitas dan kuantitas (secara visual) dan membuat berita acara.

g. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan seksi pergudangan.

h. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pergudangan.

i. Pengusulan dan penerapan rencana kerja di lingkungan seksi pergudangan. j. Pengusulan investasi dan rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi

pergudangan

k. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris perusahaan dilingkungan seksi pergudangan.

l. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil. 14.Supervisor Pengadaan

a. Menerima BPPB (Bon Permintaan Pembelian Bahan Baku/Bahan Kemasan) dari supervisor PPIC, setelah ditandatangani tanda terimanya menyerahkan kembali arsipnya kepada supervisor PPIC.


(45)

b. Membuat penawaran harga kepada beberapa supplier untuk mengetahui harga, melalui telepon maupun surat yang di fax.

c. Setelah menerima harga, maka harga terendah dari supplier yang digunakan untuk membuat harga peasanan bahan baku/bahan kemasan. d. Membuat surat pesanan bahan baku/bahan kemasan.

e. Sebelum mengirimkan surat pesanan terlebih dahulu mencatatnya ke buku ekspedisi.

f. Menelpon supplier kembali apakah mereka menerima surat pesanan atau belum, apakah mereka sanggup melayani dan kapan mengirimkan bahan baku/kemasan yang dipesan tersebut.

g. Setelah barang diterima mengecek kembali melalui BM (Barang Masuk) apakah barang yang dikirim sesuai dengan surat pesanan, baik jenis maupun jumlahnya, ataupun kalau keadaan barang tidak memenuhi syarat setelah diperiksa

h. Mengecek faktur yang diberikan oleh supplier, apakah harga sesuai dengan penawaran/perjanjian seperti yang tertera di surat pesanan.

i. Setelah menerima faktur mencatat harganya diblanko BM (Barang Masuk) dan mencatat BM tersebut ke buku besar (catatan pengadaan)

j. Faktur yang belum datang sampai akhir bulan, menelponnya untk mengirimkan faktur segera guna kebutuhan laporan akutansi pada setiap bulannya.


(46)

15.Supervisor Akutansi

a. Penerapan peraturan/instruksi sistem prosedur akutansi yang diterapkan perusahaan.

b. Pencatatan pengeluaran/penerimaan kas, bank dengan sarana jurnal kas/Bank yang menghasilkan (output ) Buku Harian Kas Dan Bank.

c. Pencatatan barang masuk dengan sarana Nomor Barang Masuk di jurnal menghasilkan Buku Penerimaan Barang.

d. Pencatatan pembelian Barang dengan sarana faktur-faktur yang diterima dari leveransir di jurnal yang menghasilkan Buku Penjualan.

e. Pencatatan Penjualan Barang dengan sarana Faktur Penjualan (NPI) di jurnal yang menghasilkan Buku Penjualan.

f. Pencatatan Nota Debet (ND) dan Nota Kedit (CN) yang dibebankan atau diperhitungkan dari kantor pusat dan Unit/Outlet lain dengan sarana di jurnal yang menghasilkan Buku Memorial (Buku Tambahan).

g. Pengolahan dan penyusunan hasil perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dari hasil produksi.

h. Pengolahan dan penyusunan laporan keuangan antara lain : 1. Neraca

2. Rugi laba 3. Alokasi Biaya 4. Cash Flow

i. Daftar aktiva dan penyusutannya. j. Rincian-rincian rekening.


(47)

k. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan Seksi Akuntansi.

l. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan Seksi Akuntansi.

m. Pengusulan dan penerapan Rencana Kerja di lingkungan seksi Akuntansi. n. Pengusulan investasi dan rehabilitasi sarana kerja dilingkungan akuntansi. 16.Supervisor Keuangan.

a. Penyusunan Rencana Anggaran Keuangan Perusahaan untuk masa periode satu tahun dan mem-breakdown Anggaran Keuangan perusahaan PT.Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan yang sudah disetujui RUPS. b. Pemeriksaan kebenaran bukti-bukti pendukung pengeluaran , penerimaan

kas &bank dari pihak intern maupun ekstern sebelum pihak tersebut diberikan kepada kasir.

c. Pengaturan anggaran perusahaan dengan cara memberi kode rekening biaya terhadap bukti pendukung biaya pengeluaran kas dan bank sebelum diberikan kepada kasiragar biaya-biaya operasional perusahaan tidak melebihi anggaran keuangan setiap bulannya.

d. Pencatatan bukti-bukti pengeluaran dan penerimaan menjadi bukti kas dan bank harian.

e. Pemeriksaan buku harian kas bank yang dibuat oleh Bagian Akuntansi. f. Pemeriksaan kebenaran (NPI) penjualan serta Faktur Pajak Keluaran yang

dibuat oleh bagian penjualan maupun Buku Penjualan yang dibuat oleh bagian Penjualan yang dibuat oleh bagian penjualan.


(48)

17.Supervisor Umum/RT dan Personalia.

a. Pemantauan dan penyusunan daftar komposisi pegawai serta kedisiplinan pegawai berdasarkan data absensi, menyiapkan data tegoran tertulis bagi pegawai yang melanggar disiplin dan Peraturan Perusahaan.

b. Pemantauan dan Penyusunan daftar gaji, pendapatan lainnya pemotongan dan pelaporan IP, ISP, iuran Jamsostek, perhitungan seta pelaporan pajak penghasilan pegawai.

c. Penyusunan dan pemeliharaan arsip data kepegawaian, daftar pembayaran gaji serta pendapatan lainnya.

d. Penyiapan kartu pegawai dan pendataan kehadiran pegawai serta konduite pegawai.

e. Menyiapkan usulan pegawai yang akan diusulkan untuk kenaikan golongan, promosi jabatan dan mutasi pegawai.

2.5.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1.Jumlah tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang berada di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan ini terdiri dari tenaga kerja tetap yang merupakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja pada bagian produksi/pengolahan di pabrik, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan produksi.

Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan ini berjumlah 77 orang tenaga kerja.


(49)

2.5.3.2.Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan berlaku dari pukul 07.30 s/d 16.00 WIB dengan waktu istirahat 30 menit. Sehingga jumlah jam kerja sehari adalah 8 jam kerja. Jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 5 hari kerja yaitu pada hari senin s/d jum’at.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan

Jabatan/ Bagian Pria Wanita Total

Plant Manager 1 - 1

Asisten Manager

Produksi 1 - 1

Supervisor Personalia Penyimpanan Tablet/kapsul Pengemasan PMPP PPIC Pengadaan

Teknik dan Pemeliharaan Akuntansi Keuangan 1 - - - - - - - - 1 - 1 1 1 1 - - 1 1 - 1 1 1 1 1 - - 1 1 -


(50)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan

Jabatan/ Bagian Pria Wanita Total

Staff Keuangan PPIC Pengadaan PMPP Gudang

Teknik dan Pemeliharaan Tablet/kapsul Pengemasan Satpam - 1 - - 3 1 2 1 6 1 3 1 6 1 - 22 19 - 1 4 2 6 4 1 24 20 6

Total 18 59 77

Sumber: PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan

2.5.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.5.4.1.Sistem pengupahan

Sistem pengupahan di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan terdiri dari :

1. Gaji dasar I, yaitu berupa gaji pokok pegawai. Gaji dasar ini diberikan setiap tanggal 25 tiap bulannya.

2. Gaji dasar II, yaitu berupa tunjangan transportasi. Gaji dasar ini diberikan setiap tanggal 5 tiap bulannya.


(51)

3. tunjangan lainnya, yaitu berupa tunjangan tertib kerja dan upah lembur. Diberikan setiap tanggal 15 tiap bulannya.

2.5.4.2.Fasilitas Tenaga Kerja

Adapun fasilitas yang diberika perusahaan untuk tenaga kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan memberikan Tunjangan Hari raya (THR) dan bonus

2. tunjangan dan pelayanann kesehatan dengan menyediakan dokter perusahaan dan memberikan rumah sakit rujuka n.

3. pemberian alat keselamatan krja seperti: head cover, masker, sarung tangan, dan sepatu kerja.

2.6. Proses roduksi

Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian bersih, penutup kepala, mulut dan mendesinfeksi tangan dengan desinfektan yang tersedia sebelum memakai sarung tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi adalah :

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihannya, dimana kegiatan pembersihan dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan produksi.


(52)

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi distur sedemikian rupa menggunakan Air handling unit (AHU) menggunakan AC sentral.

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelu dan sesudah digunakan dalam kegitan produksi.

4. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar.

2.6.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Standar mutu di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan ini diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No: 43/Menkes/SK/II/1989 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik dan makanan Depkes RI No: 05410/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.

2.6.1.1.Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok ke bagian gudang, kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemerikksaan terhadap :


(53)

2. Bahan baku dan bahan tambahan

a. Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. b. Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitati, kuantitatif PH. c. Pemeriksaan fisika, meliputi titk lebur, kelarutan dan berat jenis. 3. Bahan pengemas

f. Pemeriksaan kemasan meliputi ukuran dan kebocoran wadah

g. Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan lambang, desain dan warna.

2.6.1.2.Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya pengolahan yaitu untuk mencegah terjadinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Laboratorium pengujian IPC terletak diarea produksi. Pengawasan ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses pengolahan.

Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak yaitu:

1. Bagian Produksi, yang menjamin bahwa mesin dan perlatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

2. Bagian Pengawasan Mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan ke proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu memastikan


(54)

apakah tahapan lanjutan dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan.

Pengawasan dalam proses pengolahan IPC hendaklah mengikuti ketentuan parameter kualitas antara lain:

1. Tablet: pemberian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, kekerasan, fariabilitas, waktu hancur dan disolusi.

2. Kapsul: pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu hancur dan disolusi.

3. krim dan salep: pemerian, PH (kecuali salep), bobot rata-rata, homogenitas, dan kadar bahan aktif.

2.6.1.3.Pengawasan dalam Proses Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan hendaklah mengikuti pemeriksaan parameter kualitas antara lain :

a. Kerapatan tutp wadah seperti tutup botol dan tutup tube. b. Jumlah satuan produk dalam kemasan

c. Kebenaran dan kebersihan bahan pengemas yang dipakai.

d. Kerapian pengemasan, penulisan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. e. Kebocoran produk yang dikemas dalam strip.


(55)

2.6.2. Bahan yang Digunakan 2.6.2.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi, dimana bentuknya akan mengalami perubahan, yang langsung ikut dalam proses produksi dan terjual pada barang jadi.

Pada penelitian ini produk yang di teliti adalah Betason-N Krim, untuk menjaga kerahasiaan perusahaan maka bahan baku pembuatan Betason-N krim di istilahkan dengan singkatan berikut ini:

a. Zat Aktif 1.BV 2. NS

b. Zat Tambahan 1. DWS 2. DHP 3. AC 4. MP 5. PP 6. DE 7. AQ

2.6.2.2.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk bersama-sama untuk membentuk baran jadi. Bahan-bahan ini


(56)

tidak ikut dalam proses tetapi merupakan bagian dalam proses. Yang menjadi bahan tambahannya adalah sebagai berikut :

1. Tube, berfungsi sebagai kemasan primer krim.

2. Leaflet, berfungsi sebagai kertas reklame dan penjelasan komposisi bahan. 3. Dus Kecil, berfungsi sebagai kemasan sekunder

4. Kotin, berfungsi sebagai tempat dari dus kecil. 5. Box, berfungsi sebagai kemasan dari kotin.

2.6.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses produksi untuk menpatkan produk yang diinginkan tetpai bahan ini tidak ikut dalam bahan jadi. Pada proses produksi tablet ini tidak terdapat bahan penolong karena semua bahan yang digunakan dalam proses akan terdapat pada produk jadi.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Setelah adanya perintah produksi dari PPIC, bagian produksi meminta bahan baku ke bagian gedung dengan surat perintah pengeluaran bahan baku dan bahan pengemas, petugas gudang melakukan penimbangan atau penyerahan bahan sesuai dengan yang ditulis pada SPPBB/SPPBK tersebut. Selama produksi berlangsung, dibuat laporan proses produksi mulai dari penimbangan bahan baku sampai pengemasan yang bertujuan untuk dokumentasi.


(57)

Sehingga bila terjadi kekeliruan ataupun kesalahan pada proses produksi, dapat segera diketahui pada proses mana kesalahan tersebut terjadi dan diambil tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Laporan proses produksi membuat nama sediaan, No batch, Besar Batch, tahapan proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu batch sediaan. Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi dan diketahui oleh supervisor produksi.

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses (In Process Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam yaitu :

6. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot.

7. Dilaksanakan oleh pengawasan mutu, antara lain : Uji kekerasan, waktu hancur, disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat.

Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer di bagian produksi yang selanjutnya diserahkan ke bagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obat jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang bobotnya dan dicatat, selanjutnya dibuat permohonan pemeriksaan ke bagian pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang penyimpanan obat jadi.


(58)

Bagian produksi pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan terdiri dari :

1. Jalur Produksi Tablet

Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada unit tablet juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut telah diatur suhu, kelembaban dan tekanan dengan AHU, juga dilengkapi dengan dust collector sentral. Adapun jalur produksi terdiri dari :

a. Ruang Pencampuran

Semua bahan tambahan dan bahan aktif dimasukkan ke dalam super mixer dan dicampur hingga homogen, pengecualian untuk bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Massa diatas digranulasi dengan menggunakan alat rotary wet granulator sehingga didapat garnul basah. Untuk selanjutnya granul basah tersebut dipindahkan ke ruang pengeringan.

b. Ruang Pengeringan

Granul basah yang dihasilkan dikeringkan didalam oven dengan suhu 50-60° selama 10 jam (tergantung pada bahan baku yang dikeringkan). Kapasitas oven tersebut 450 kg/hari. Setelah kering dilakukan pemeriksaan laboratorium dan selanjutnya dipindahkan ke ruangan granulasi untuk dilkukan pengayakan. c. Ruang Granulasi.

Massa granul yang telah dikeringkan digranulasi dengan alat communiting fitz mill, kemudian dipindahkan ke ruang pencampuran.


(59)

Massa yang telah digranulasi dimasukkan ke dalam alat V-mixer dan ditambahkan dengan bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Hasil yang diperoleh kemudian diperiksa di bagian IPC. Massa yang telah memenuhi syarat dipindahkan ke ruang pencetakan.

e. Ruang Pencetakan.

Setelah dicampur di pencampuran akhir maka massa yang telah memenuhi syarat maka operator akan memasukkan massa tersebut ke dalam ruang pencetakan. Pencetakan dilakukan misalnya dengan menggunakan mesin cetak tablet merek cadmach (Cu) dengan kecepatan mesin 50 ribu tablet/jam. Setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot. Bagian pengawasan mutu di ruangan produksi melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap produk yang meliputi : Pemerian, friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot.

f. Ruang Sortir

Tablet yang dihasilkan akan disortir oleh petugas dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak bagus/pecah, kemudian dipindahkan keruang pengemasan. g. Ruang Pengemasan.

Tablet yang telah disortir akan dibawa keruang pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik. Tiap kantong berisi 1000 tablet dengan menggunakan mesin penghitung dan silica gel. Setelah selesai dilakukan pengemasan primer, tablet yang telah dikemas akan dipindahkan ke ruangan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder.


(60)

2.6.4. Mesin dan peralatan 2.6.4.1. Mesin Produksi

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan dalam melaksanakan proses produksi menggunakan sarana produksi berupa mesin-mesin dan peralatan sebagai berikut:

1. Kualifikasi Mesin Krim a. Tube Filling Machine

Fungsi : Untuk pengisian massa krim ke dalam tube kosong secara semi otomatis

Spesifikasi Motor Penggerak Mere : ELEMECH

Voltase: 380 V Daya : 2.5 HP Cos ∅ : 0,8 b. Mixer

Fungsi : Untuk mencampur massa krim sehingga menghasilkan campuran yang homogen

Spesifikasi motor penggerak Merek : BTT

Voltase: 380 V Daya : 2 HP Cos ∅ : 0,75


(61)

c. Tube Filling Machine

Fungsi : Untuk pengisian massa krim ke dalam tube kosong. Spesifikasi Motor Penggerak

Merek : PHARMEQ ATF-12 Voltase : 380 V

Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 d. Ultra Turrax

Fungsi : Untuk mencampur massa krim sehingga menghasilkan campuran yang homogen..

Spesifikasi Motor Penggerak Mere : IKA WERK Voltase : 380 V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,75

e. Double Jacket Tank 50 LTR

Fungsi : Untuk mendidihkan Aquadest dan melebur bahan baku krim Spesifikasi Motor Penggerak

Merek : ELEMECH Voltase: 380 V

Daya : 2.5 HP Cos ∅ : 0,8


(62)

f. Double Jacket Tank 50 LTR

Fungsi : Untuk mendidihkan Aquadest dan melebur bahan baku krim. Spesifikasi elemen pemanas

Merek : BTT Voltase : 380/220 V Daya : 0,4 HP Cos ∅ : 0,8

2. Kualifikasi Peralatan Mesin Tablet a. Transfer Powder

Fungsi : Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder ke corong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380/220 V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,8

b. Rotari Tabletting Machine

Fungsi: Untuk mencetak massa yang berupa serbuk butiran menjadi tablet dengan sistem kempa cetak.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CMB-4

Voltase : 380V Daya : 5 HP


(63)

Cos ∅ : 0,75

c. Transfer Powder

Fungsi :Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 d. Transfer Powder

Fungsi :Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380/220V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,8

e. Rotary Tabletting Machine Fungsi : Untuk mencetak tablet. Spesifikasi motor penggerak Merek : NRT 25


(64)

Daya : 7 HP Cos ∅ : 0,8 f. Transfer Powder

Fungsi :Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,75

g. Oscilating Granulator

Fungsi :Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : JACKSON

Voltase : 380V Daya : 1,5 HP Cos ∅ : 0,75

h. Cumminiting Fitz Mill

Fungsi :Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : RIMEK


(65)

Voltase : 380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,85

i. Cumminiting Fitz Mill

Fungsi :Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : RIMEK

Voltase : 380V Daya : 7,5 HP Cos ∅ : 0,85 j. Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : BTT

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 k. Oven

Fungsi :Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.


(66)

Merek : PHARMEQ- Bandung Voltase : 380V

Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 l. Drying Oven

Fungsi :Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : ANGEAL

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 m. Oven

Fungsi :Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : PHARMEQ R-154 Voltase : 380V

Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8

n. Double Jacket Tank

Fungsi :Untuk mendidihkan Aquadest dan melarutkan bahan pengikat, pelarut serta pengawet.


(67)

Spesifikasi elemen pemanas Merek : BTT

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 o. Rotary Granulator

Fungsi :Untuk memproses bahan campuran yang berupa massa lembab untuk di proses menjadi granul-granul sehingga kadar air dalam massa tersebut berkurang.

Spesifikasi motor penggerak Merek : PIER LIH MACHINERY Voltase : 380V

Daya : 5 HP Cos ∅ : 0,75 p. Super Mixer

Fungsi :Untuk mencampur bahan berkhasiat, pengikat, pengawet, pewarna serta bahan pembawa lainnya sehingga menghasilkan campuran yang homogen.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : JAW CHUANG/SM 100 Voltase : 380V

Daya : 25,5 HP Cos ∅ : 0,8


(68)

3. Kualifikasi Peralatan Mesin Kapsul a. Capsule Inspection Machine

Fungsi :Untuk proses seleksi kapsul dari kerusakan yang terjadi pada saat proses pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,25 HP Cos ∅ : 0,75

b. Capsule Polishing Machine

Fungsi :Untuk membersihkan kapsul dariserbuk obat yang menempel pada kapsul produk.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,6 HP Cos ∅ : 0,75 c. Poleshing Machine

Fungsi :Untuk membersihkan cangkang kapsul dari powder yang melekat pada cangkang, yang terjadi pada saat proses pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH


(69)

Voltase : 220/380V Daya : 0,55 HP Cos ∅ : 0,85 d. Transfer Powder

Fungsi :Untuk memindahkan massa cetak dari wadah ke corong/hopper pada mesin pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,85

e. Capsule Filling Machine

Fungsi :Untuk proses pengisian massa ke dalam cangkang kapsul sekaligus penutupan cangkang kapsul secara otomatis.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 380V

Daya : 2,5 HP Cos ∅ : 0,85 f. V- Mixer

Fungsi :Untuk mencampur bahan-bahan baku obat sehingga menghasilkan campuran yang homogen.


(70)

Merek : SHANG YUFF Voltase : 380V

Daya : 1,5 HP Cos ∅ : 0,85 g. Drying Oven

Fungsi :Untuk mengeringkan bahan baku yang akan ditambahkan ke dalam campuran massa kapsul.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : PHARMEQ

Voltase :380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 h. Counting Machine

Fungsi :Untuk menghitung tablet atau kapsul sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,2 HP Cos ∅ : 0,8 i. Counting Machine

Fungsi :Untuk menghitung tablet atau kapsul sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.


(71)

Spesifikasi motor penggerak Merek : OHI VIEW JB2B Voltase : 220/380V Daya : 0,2 KW Cos ∅ : 0,8

2.6.4.2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan selama proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Timbangan A

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : QTT2-OOV2 Kapasitas : 12 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit

2. Timbangan B

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : Avery Berkel L115 Kapasitas : Max 150 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit


(72)

3. Timbangan C

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : BA 3105 Kapasitas : 310 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit

4. Timbangan D

Fungsi : Untuk menimbang hasil kemas. Merek : EDB-SART

Model : Avery Berkel L115 Kapasitas : 35 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit

2.6.5. Utilitas

Untuk mendukung kelancaran jalannya perusahaan dan proses produksi 1. Listrik

Jaringan listrik yang digunakan untuk menjalankan produksi perusahaan ini di suplai dari PLN.

2. Air

PDAM Tirtanadi menyediakan air bersih untuk produksi, sedangkan untuk kegiatan pendukung seperti kegiatan dapur, disediakan dari sumur bor, dimana


(73)

digunakan pompa air untuk mensuplai air dari dalam tanah dan ditampung ke dalam bak penampungan.

3. TELKOM

Fasilitas Telkom sebagai sarana telekomunikasi untuk mendukung kelancaran administrasi.

2.6. Safety and Fire Protection

Untuk keamanan serta keselamatan para pekerja, maka para pekerja pada perusahaan ini menggunakan:

1. Baju Lab 2. Masker

3. Penutup Kepala 4. Sepatu Kerja 5. Sarung tangan

Perusahaan pemeberikan perlengkapan kepada pekerja untuk menjamin leselamatan secara individual bagi pekerja apabila memiliki zona hitam dan zona abu-abu. Untuk fire protection, disediakan tabung pemadam api (fire extinguisher) disetiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi.

2.7. Pengolahan Limbah

2.7.1. Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari:


(74)

2. Debu yang berasal dari vacum cleaner yang digunakan utnuk membersihkan ruang produksi dan alat produksi.

3. Wadah, etiket yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube sebelum dimusnahkan digunting terlebih dahulu.

4. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang berasal dari bagian gudang.

Semua limbah padat tersebut dibakar oleh petugas dan sisa pembakaran tersebut dibuang ke tempat pembuangan akhir.

2.7.2. Pengolahan Limbah Cair

Proses pengolahan limbah cair dapat diperhatikan pada Gambar 2.2. berikut:

A

C D

B

E

F

H

G

Gambar 2.2. Denah Bak Pengolahan Limbah Cair PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

Keterangan: A = Saluran Masuk B = Bak Penampungan C = Mesin Pompa


(75)

D = Bak Netralasi E = Bak Aerasi F = Bak Aerasi G = Bak Meditasi H = Bak Biokontrol

Sumber limbah berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian alat-alat laboratorium. Proses pengolahan limbah cair yaitu:

1. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak penampungan selanjutnya dipompakan dengan mesin pompa ke bak netralisasi.

2. Pada bak netralisasi ditambahkan air kapur untuk menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi (E).

3. Pada bak aerasi (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk menginjeksikan udara kedalam bak tersebut supaya bekteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dalat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke bak aerasi (F) dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu dialirkan ke bak sedimentasi.

4. Pada bak sedimentasi, limbah cair tersebut didiamkan/diendapkan beberapa hari dan selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol.

Pada bak biokontrol, dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Bila telah terpenuhi syarat nilai BOD dan COD maka limbah


(76)

cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Air buangan (limbah) digunakan menyiram tanaman di lingkungan pabrik.


(1)

soleus lebih lama di banding dengan otot gastroknemius yaitu 1/3 detik untuk soleus dan 1/15 detik untuk gastroknemius. Dan dari jenis tipe serabut ototnya otot gastroknemius termasuk kedalam serabut tipe cepat sedangkan untuk soleus termasuk dalam jenis serabut tipe lambat (Guyton, 2007).

Dapat disimpulkan, pada posisi berdiri otot yang mudah terjadi kelelahan adalah otot tipe cepat (gastroknemius), sedangkan untuk soleus sesuai dengan fungsinya yakni sebagai penyokong tubuh mampu melakukan adaptasi terhadap beban yang diberikan. Nyeri myogenik ialah nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang berlebihan.

Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak. Saat berdiri lama, otot cenderung bekerja statis, kerja otot statis ini ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statis dalam jangka waktu yang lama karena akan menimbulkan rasa nyeri (Effendi, 2007).

2. Dengan pola kerja yang dinamis dan adanya pembebanan otot secara dinamis Kerja otot dinamis tidak memiliki efek yang buruk bagi tubuh, karena selama bekerja otot dimanis berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama mengencang atau mengendor dan hal ini berdampak pada aliran darah. Otot yang berkontaksi dinamis akan memperoleh banyak oksigen dan glukosa saat mengencang dan selanjutnya sisa-sisa hasil pembakaran


(2)

metabolisme saat mengendor. Otot dimanis dengan irama yang tepat dapat lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot.

Lamanya Waktu Istirahat yang Tersedia

Pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan jam kerja yang berlaku adalah mulai dari pukul 08.00-16.00 WIB. Jam istirahat dimulai dari pukul 12.00-13.00 WIB, dan diberikan waktu untuk minum antara pukul 09.00-11.00, waktu tersebut maksimal digunakan 30 menit saja.

Solusi Masalah

Untuk postur kerja operator pengemasan terbagi dalam beberapa posisi, duduk, berdiri, membungkuk, menunduk, hal ini dirasa kurang baik untuk kesehatan operator apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama, karena dengan sikap seperti ini dapat mengakibatkan adanya bagian tubuh yang mengalami rasa sakit dan nyeri khususnya pada bagian tanga, kaki, punggung dan leher.

Untuk mengatasi keluhan tersebut, rancangan postur kerja (cara kerja) operator pengemasan dengan postur kerja berdiri, membungkuk dan duduk diharapkan dapat meminimalkan kelelahan dini danmeningkatkan efektifitas kerja otot operator dengan cara sebagai berikut:

1. Untuk operator yang duduk sebaiknya operator menggunakan kursi yang memiliki sandaran agar punggung menjadi agak sedikit rileks.


(3)

2. Untuk meletakkan timbangan dekat dengan operator yang menimbang berat box, agar operator tidak terlalu jauh mengangkat box.

3. Memilih operator pria untuk melakukan aktifitas membawa box ke ruang karantina produk jadi dan meletakkan box ke pallet produk jadi.

4. Letakkan lah posisi box sejajar dengan jangkauan tangan ketika menyusun kotin kedalam box, untuk menghindari terlalu seringnya operator membungkuk untuk terlalu lama.

5. Berdiri dan berjalan-jalanlah sekali kali apabila pantat sudah lelah akibat terlalu banyak duduk.

6. Jangan menggunakan kursi yang hampir sama tingginya dengan meja agar lengan bawah dapat menyender pada meja hingga mengurangi kelelahan dini pada lengan bawah operator.

7. Ketika memindahkan box ke pallet produk jadi hendaknya aktivitas tersebut dilakukan oleh operator pria mengingat berat box yang lumayan berat hingga 11,6 kg setiap boxnya.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengolahan data dan membahas pemecahan masalah untuk hasil yang telah di teliti maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Metode RULA dapat memberi penilaian terhadap postur kerja operator dan

memberi gambaran sejauh mana operator perlu mendapat tindakan pencegahan untuk menguragi rasa sakit ketika bekerja dalam jangka waktu yang lama dan melakukan kegiatan yang berulang-ulang.

2. Aktivitas yang mendapat penilaian paling tinggi untuk level resiko bagi operator adalah kegiatan menimbang box, mencatat berat box, membawa box ke gudang karantina produk jadi dan memindahkan box ke palet produk jadi dengan skor aktivitas 7, yang artinya operator perlu mendapat tindakan pencegahan dengan segera untuk menghindari cedera pada operator.

3. Berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung dengan beberapa operator dapat diketahui bahwa hampir semua operator mengalami keluhan musculoskeletal. Keluhan yang sering dirasakan adalah keluhan pada bagian otot bagian punggung, lengan atas dan bawah, leher serta pinggang.

4. Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat membuat operator cepat merasa kelelahan, contohnya kursi operator yang tidak ergonomis karena tidak memiliki sandaran.


(5)

5. Operator melakukan aktivitas secara berulang-ulang terus menurus untuk jangka waktu yang lama.

7.2. Saran

1. Di harapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan khususnya operator bagian pengemasan.

2. Menggunakan fasilitas kerja yang ergonomis agar operator tidak cepat lelah. 3. Mengadakan training (pembelajaran) kepada operator untuk melakukan proses


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Lynn, Mc Atamey, Nigel Corlet, 2005, Handbook Of Human Factors And Ergonomic Methods.

Lynn, Mc Atamey, Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Received 02 Maret 2010; accepted 02 Maret 2010, Nurmianto, Eko, 2000, Ergomoni Konsep Dasar dan Aplikasinya. Cetakan ke-23,

Gramedia, Jakarta.

Sugiono Prof. Dr. 2004, Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Suma’mur, P, K, 1982, Ergonomi Untuk Produktifitas Kerja, Yayasan Swabhama Karya, Jakarta.

Sutalaksana, IZ, Dkk. 1982, Teknik dan Tata Cara Kerja, Bandung Teknik Industri, ITB.

Rochman,, Taufiq, 2008, Seminar Nasional Teknik Industri dan Kongres BKSTI V, Makasar.

Tarwaka, Solichul HA, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan kerja dan Produktivitas: Penerbit UNIBA Press;Surakarta.