Universitas Indonesia
• Condition, faktor kondisi eksternal yang mempengaruhi kemampuan debitur untuk membayar kewajibannya. Bank menganalisa pasar dan
kondisi persaingan kemudian mengaitkan dan menganalisa industri pekerjaan yang digeluti oleh calon debitur dengan kondisi makro ekonomi
atau eksternal, sehingga bank dapat mengantisipasi lebih awal kerugian yang akan dihadapi.
• Collateral, merupakan jaminan dari debitur apabila dirinya tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bank melakukan pemeriksaan fisik atas jaminan
dan membagi persyaratan jenis jaminan berdasarkan pasar yang dituju oleh debitur, yaitu pasar primer dan pasar sekunder. Di lain pihak Bank ABC
menetapkan minimal nilai appraisal jaminan dengan catatan Plafondd yang disetujui tidak boleh lebih rendah dari ketentuan minimum untuk Plafondd,
dengan demikian Bank dapat mengetahui besaran nilai yang dapat me- cover kewajiban debitur bila debitur tersebut default.
Penerapan selanjutnya adalah pemantauan limit risiko, pada tahap ini bank melakukan pemeriksaan dan verifikasi atas dokumen yang dipersyaratkan untuk
memenuhi pencairan kredit. Bank ABC juga melakukan prosedur pemeriksaan jaminan dan verifikasi dokumen dan nilai saldo dengan jaminan sesuai dengan
ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan oleh Bank ABC. Penerapan proses manajemen risiko yang terakhir adalah pengendalian
risiko, pada tahap ini Bank ABC melakukan review atas perkembangan peraturan dan kondisi perekonomian yang terjadi. Perubahan tersebut dituangkan pada
program produk KPR yang di release secara berkala atau dengan artian lain dikeluarkannya revisi program produk secara berkala oleh Bank ABC.
Perincian exposure at default per band untuk selama tahun 2008 sampai dengan 2010 pada Bank ABC dapat dilihat pada lampiran 1.1 – 1.3.
4.2.2 Penentuan Recovery Rate
Recovery rate adalah tingkat pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh debitur yang sudah dikategorikan default atau hapus buku. Recovery rate dapat
Pengukuran cadangan..., Kristianti Mutia Fatimah, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
dihitung dari likuidasi jaminan atau cara pembayaran kembali dari debitur. Pengembalian pinjaman yang berstatus hapus buku merupakan usaha dari bagian
penagihan dan kesadaran dari debitur untuk melunasi kewajibannya. Bila penagihan sudah dilakukan secara optimal namun debitur tetap tidak dapat
memenuhi kewajibannya, maka bank melakukan hapus tagih. Berdasarkan analisa dan perhitungan yang dilakukan, Bank ABC menetapkan nilai recovery rate untuk
periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 adalah sebesar 51,03. Perhitungan recovery rate yang dilakukan oleh Bank ABC memasukkan
asumsi market rate dan memperhitungkan present value dari masing-masing nilai tunggakan debitur setelah dikurangi dengan biaya-biaya litigasi. Market rate
merupakan rata-rata tingkat bunga fasilitas kredit KPR yang diberikan oleh industri perbankan pada saat dilakukan assessment untuk periode tertentu.
4.2.3 Loss Given Default
Loss given default atau sevirity loss atau disebut juga dengan real loss merupakan ukuran jumlah kerugian yang benar-benar terjadi pada masing-masing
kejadian default setelah memperhitungkan nilai recovery rate. Perhitungan LGD dapat dilihat pada Bab dua rumus 2.6.
Contoh perhitungan LGD yang terjadi pada Bank ABC, dapat dijelaskan dengan mengambil data exposure at default pada band Rp 100 juta untuk bulan
Februari 2010 kelas dua yaitu Rp 6.564.439.986 lampiran 2.3, maka nilai LGD dihasilkan adalah sebagai berikut:
Hasil dari perhitungan tersebut memberikan informasi bahwa pada band Rp 100 juta, kelas dua di bulan Februari 2010 dengan recovery rate yang
ditetapkan 51,03, besarnya kerugian dari peristiwa default yang ditanggung oleh Bank adalah sebesar Rp 3.214.606.261.
Loss Given Default atau real loss merupakan sebagai actual loss per periode diperoleh dengan cara menjumlahkan loss given default masing-masing
Pengukuran cadangan..., Kristianti Mutia Fatimah, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
kelompok band dalam periode yang sama. Berikut Rata-rata EAD dan Real Loss yang terjadi pada Bank ABC untuk periode Januari 2008 sampai dengan
Desember 2010:
Tabel 4.7 Rata-rata EAD dan LGD per band Bank ABC periode 2008 – 2010
Band 2008
2009 2010
Exposure at Default 1.000.000
92.245.175 43.238.734
44.197.395 10.000.000
9.380.880.070 5.962.873.123
4.266.750.797 100.000.000
58.591.041.044 45.306.466.659
27.582.781.243 1.000.000.000
22.945.906.188 19.476.940.397
11.498.605.106 Real Loss
1.000.000 45.172.462
21.174.008 21.643.464
10.000.000 4.593.816.970
2.920.018.968 2.089.427.865
100.000.000 28.692.032.799
22.186.576.723 13.507.287.975
1.000.000.000 11.236.610.260
9.537.857.713 5.630.866.920
Tahun
Sumber: diolah
Dari hasil olah data, didapatkan rata-rata EAD mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Penurunan terbesar terjadi pada Band Rp 100
juta di tahun 2009 – 2010 dengan nilai penurunan sebesar Rp 17,7 Miliar. Penurunan EAD diikuti dengan penurunan real loss per band, sebesar Rp 8,6
Miliar yang terjadi pada Band Rp 100 juta untuk tahun 2009 – 2010. Berdasarkan data observasi yang diperoleh, band Rp 1 Miliar memiliki
jumlah debitur yang paling sedikit dibandingkan dengan band Rp 100 juta. Namun bila debitur dengan band Rp 1 Miliar tersebut mengalami default, maka
kerugian yang dihadapi oleh Bank ABC cukup siginificant, oleh karena itu hal tersebut sebaiknya menjadi perhatian Bank ABC dalam monitor kreditnya untuk
memitigasi risiko kredit. Nilai loss given default LGD per band selama periode observasi tahun
2008 sampai dengan 2010 dapat di lihat pada lampiran 2.1 – 2.3.
4.2.4 Number of Default