Provisi Risiko Kredit dengan CreditRisk

Universitas Indonesia Economic Capital sebagai pengukur risiko memiliki beberapa keuntungan Credit Suisse First Buston, 1997: a. Pengukuran economic risk lebih tepat dibandingkan dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh regulator. b. Mengukur economic risk pada setiap portfolio dan keuntungan dari diversifikasi. c. Mengukur secara obyektif perbedaan antara masing-masing portfolio dengan mengambil bagian kualitas kredit dan ukuran dari exposure. d. Pengukur yang dinamis, yang menggambarkan perubahan risiko dari portfolio dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengoptimalisasikan portfolio.

2.4.3 Provisi Risiko Kredit dengan CreditRisk

+ Salah satu aplikasi dari CreditRisk + yang disebutkan pada Credit Suisse adalah membentuk metodologi provisi risiko kredit yang sesuai dalam merefleksikan kerugian kredit dari portofolio dalam beberapa tahun dan lebih memberikan perhitungan yang lebih akurat dari penghasilan yang sebenarnya dengan membandingkan pendapatan dengan kerugian. Provisi kredit dimaksudkan untuk melindungi distribusi penurunan profit yang dihasilkan selama di bawah rata-rata kerugian yang di derita selama beberapa tahun. Provisi digunakan untuk membedakan portofolio menjadi non performing dan performing. Provisi terhadap non performing portofolio harus dilakukan secara penuh menjadi tingkat recovery yang diharapkan melalui jaminan, administrasi dan likuidasi. Pada CreditRisk + Annual Credit Provision ACP memberikan expected loss pada portofolio performing, dengan rumusan sebagai berikut: ACP = Exposure x Default Rate x 100 - Recovery Rate............................2.13 ACP dapat diperhitungkan secara terus menerus untuk merefleksikan perubahan kualitas portfolio kredit. ACP hanya mewakilkan pada tingkat yang diharapkan dan rata-rata dari kerugian kredit. Pengukuran cadangan..., Kristianti Mutia Fatimah, FE UI, 2012 Universitas Indonesia Elemen ke dua pada pembentukan provisi kredit adalah Incremental Credit Reserve ICR. ICR melindungi unexpected loss dan digunakan untuk me-absorb kerugian yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat expected loss. 2.5. Pengujian dan Validasi Model Basel Committee mensyaratkan bahwa backtesting dan validasi model harus dilaksanakan secara rutin agar akurasi model tetap layak digunakan terutama dalam penggunaan Internal Rating-Based Approach. Backtesting adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan verifikasi apakah kerugian aktual masih dapat diatasi oleh nilai kerugian yang diprediksi. Backtesting dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kesalahan yang terjadi dibandingkan dengan jumlah data. Angka kerugian aktual atau actual loss yang digunakan sebagai pembanding nilai VaR adalah nilai exposure EAD portofolio kredit pemilikan rumah yang dikategorikan Non Performing loan setiap bulan selama periode pengamatan. Jika nilai actual loss lebih besar dari nilai VaR artinya nilai VaR dapat menutupi actual loss. Validasi model merupakan proses pemeriksaan untuk meyakini kelayakan atau kesesuaian dari model yang akan digunakan. Pada karya ahir ini validasi model dilakukan dengan menggunakan metode Likelihood Ratio LR Test, yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah real loss yang melebihi nilai VaR setiap bulan selama periode observasi dan selanjutnya dibandingkan dengan jumlah kesalahan yang masih dapat diterima selama periode observasi. Dalam melakukan validasi model, dapat dilakukan uji statistik likelihood ratio dengan persamaan sebagai berikut: .............................2.14 Pengukuran cadangan..., Kristianti Mutia Fatimah, FE UI, 2012 Universitas Indonesia Dimana: LR = Likelihood Ratio p = probabilitas kesalahan di bawah null hypotesis N = jumlah kesalahan estimasi T = jumlah data observasi Kemudian nilai LR dibandingkan dengan nilai chi-squared dengan derajat bebas pada level yang diharapkan. Hipotesis untuk pengujian LR adalah sebagai berikut: H0 : LR Chi-squared, pemodelan diterima, back testing teruji H1 : LR Chi-squared, pemodelan ditolak, back testing tidak teruji

2.6. Kelebihan dan Kekurangan