15 dan b ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu untuk atomisasi terlalu
tinggi Gandjar dan Rohman, 2011. 3.
Gangguan oleh absorbansi Gangguan ini terjadi akibat absorbansi bukan disebabkan oleh absorbansi
atom yang dianalisis, melainkan absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. Gandjar dan Rohman, 2011.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik
Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis, melainkan penyerapan oleh
partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan bekerja pada panjang
gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi. Jika kedua cara ini masih belum bisa membantu menghilangkan gangguan ini, maka satu-satunya
cara adalah dengan mengukur besarnya penyerapan non-atomik menggunakan sumber sinar yang memberikan spektrum kontinyu Gandjar dan Rohman, 2011.
2.4 Validasi Metoda Analisis
Validasi metoda analisis adalah suatu penilaian yang terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004.
2.4.1 Kecermatan Accuracy
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan. Persen perolehan
Universitas Sumatera Utara
16 kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo eksepien obat,
cairan biologis kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu biasanya 80 sampai 120 dari kadar analit yang diperkirakan, kemudian dianalisis
dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obatan paten, atau
karena analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur kalus, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan
dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan berapa analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan Harmita, 2004.
2.4.2 Keseksamaan
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui pernyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen Harmita, 2004. Presisi harus dilakukan pada tiga
tingkatan yang berbeda yaitu : keterulangan repeatibility, presisi antara intermediate precision dan ketertiruan reproducibility Gandjar dan Rohman,
2011. Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya
menggunakan dua parameter yang pertama, yaitu: keterulangan dan presisi antara. Presisi sering kali diekspresikan dengan SD atau Standar Deviasi Relatif RSD
dari serangkaian data. RSD dirumuskan dengan:
Universitas Sumatera Utara
17 ��� =
�� �̅
�100 Keterangan:
�̅ : Kadar rata-rata sampel
SD : Standar Deviasi
RSD : Relative Standard Deviation
2.4.3 Batas deteksi dan batas kuantifikasi
Batas Deteksi limit of detection, LOD didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu
dapat dikuantifikasi. Batas Kuantifikasi limit of quantification, LOQ didefinsikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan Gandjar dan Rohman, 2011.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan September – November 2014.
3.2. Bahan-bahan 3.2.1 Sampel