19
3.4 Pembuatan Pereaksi HNO
3
1:1
Larutan HNO
3
65 bv sebanyak 50 ml diencerkan dengan 50 ml air suling Isaac, 1990.
3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel
Sampel KMS dan KMK yang terdiri dari kulit buah manggis yang diambil di Pasar Swalayan Carrefour dengan metoda pengambilan sampel secara purposif.
Metode pengambilan secara purposif ini ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel
yang ada dan dianggap sebagai sampel representatif Sudjana, 2002.
3.5.2 Penyiapan sampel Penyiapan sampel dilakukan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kulit buah manggis segar
Sebanyak 1 kg kulit buah manggis yang segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung. 2.
Kulit buah manggis kering Sebanyak 1 kg kulit buah manggis yang segar dibersihkan dari
pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung.
Kemudian dikeringkan pada lemari pengering selama 3 hari.
Universitas Sumatera Utara
20
3.5.3 Proses dekstruksi
Sampel yang telah disiapkan masing-masing ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam krus porselen, lalu diarangkan di atas hot plate selama 10
jam, kemudian diabukan dengan tanur pada temperatur awal 100°C dan dinaikkan perlahan-lahan hingga 500°C dengan interval 25°C setiap 5 menit. Pengabuan
dilakukan selama 60 jam dan dibiarkan hingga dingin dalam desikator. Abu ditambahkan 5 mL larutan HNO
3
1:1, kemudian diuapkan pada hote plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke tanur dengan temperatur
awal 100°C dan dinaikkan perlahan-lahan hingga suhu 500°C dengan interval 25°C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga
dingin dalam desikator Isaac, 1990.
3.5.4 Pembuatan larutan sampel
Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 mL HNO
3
1:1, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, krus porselen dibilas hingga tiga kali,
kemudian larutan dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas Whatman No.42 dan 5 mL filtrat pertama
dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalam botol.
3.5.5 Analisis kuantitatif 3.5.5.1 Pembuatan kurva kalibrasi kalsium
Larutan baku kalsium 1000 µgml dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aqua
demineralisata larutan induk baku II, konsentrasi 50 µgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak
Universitas Sumatera Utara
21 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL, dilarutkan dalam labu 25 mL dan dicukupkan sampai
garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan konsentrasi berturut- turut 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 µgmL dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm
dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi kalium
Larutan baku kalium 1000 µgmL dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aqua
demineralisata larutan induk baku II, konsentrasi 50 µgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 1;
2; 3; 4; dan 5 mL, dilarutkan dalam labu 25 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan konsentrasi berturut-turut
2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0 µgmL dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.5.3 Pembuatan kurva kalibrasi magnesium
Larutan baku magnesium 1000 µgmL dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda
dengan aqua demineralisata larutan induk baku II, konsentrasi 10 µgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk
baku II sebanyak 1,5; 3; 4,5; 6; dan 7,5 mL, dilarutkan dalam labu 50 mL dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan
konsentrasi berturut-turut 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; 1,5 µgmL dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
Universitas Sumatera Utara
22
3.5.5.4 Pengujian kandungan kalsium
Larutan sampel KMS kulit buah manggis segar dan KMK kulit buah manggis kering dipipet masing-masing sebanyak 2,5 mL dan 0,5 mL dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 mL faktor pengenceran masing-masing 20 kali dan 100 kali dan dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda. Lalu
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur metodenya di mana pengujian kandungan kalsium
dilakukan pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi
kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.5 Pengujian kandungan kalium
Larutan sampel KMS kulit buah manggis segar dan KMK kulit buah manggis kering dipipet masing-masing sebanyak 0,2 mL dan 0,1 mL dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda faktor pengenceran masing-masing 250 kali dan 500 kali. Lalu
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya di mana pengujian kandungan kalium
dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi
kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
Universitas Sumatera Utara
23
3.5.5.6 Pengujian kandungan magnesium
Larutan sampel KMS kulit buah manggis segar dan KMK kulit buah manggis kering dipipet masing-masing sebanyak 0,5 mL dimasukkan ke dalam
labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda faktor pengenceran 100 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur metodenya di mana pengujian kandungan magnesium dilakukan pada panjang
gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel
ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.7 Perhitungan kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada sampel
Kadar kalsium, kalium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Kadar µgg =
C × V × Fp W
Keterangan: C
= Konsentrasi logam dalam larutan sampel µg mL V
= Volume larutan sampel mL Fp
= Faktor pengenceran W
= Berat sampel g
3.5.6 Analisis data secara statistik
Menurut Gandjar dan Rohman 2011, kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik dengan cara
menghitung standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut: �� = �
∑Xi−X�
2
n −1
Keterangan: Xi = Kadar sampel
�� = Kadar rata-rata sampel n
= Jumlah pengulangan
Universitas Sumatera Utara
24 Kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing ke enam
larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji T.
Untuk mengetahui data ditolak atau diterima dilakukan dengan uji T yang dapat dihitung dengan rumus:
t
hitung
=
�
Xi −
X
�� √�
�
�
Hasil pengujian atau nilai t
hitung
yang diperoleh ditinjau terhadap tabel distribusi t, apabila t
hitung
t
tabel
maka data tersebut ditolak. Menurut Sudjana 2002, untuk menentukan kadar suatu zat di dalam
sampel dengan tingkat kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan
rumus: µ = �
� ± �
½α,dk
SD √n
⁄ Keterangan:
µ = kadar suatu zat
�� = kadar rata-rata sampel t
= harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α
= tingkat kepercayaan SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan
3.5.7 Validasi metoda 3.5.7.1 Uji perolehan kembali