Spektrofotometri Serapan Atom TINJAUAN PUSTAKA

10 Orang dewasa pria membutuhkan magnesium sebanyak 350 mghari dan untuk wanita membutuhkan magnesium sebanyak 300 mghari. Jika tetjadi defisiensi maka dapat menimbulkan gangguan metabolisme Budiyanto 2004. Sumber terbaik magnesium adalah sayuran hijau. Sumber lain adalah kacang- kacangan, biji-bijian, gandum, oatmeal, yoghurt, kedelai, alpukat dan pisang Devi, 2010. Daging, susu dan hasil olahannya serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik Almatsier, 2004.

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah sekelumit trace dan sangat kelumit ultratrace. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi batas deteksi kurang dari 1 ppm, pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit Gandjar dan Rohman, 2011. Metode spektrofotometri serapan atom SSA mendasarkan pada prinsip absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, magnesium menyerap pada 285,2 nm, kalsium 422,7 nm, sementara kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Universitas Sumatera Utara 11 Keberhasilan analisis dengan SSA ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi. Di dalam nyala, atom akan mampu menyerap sinar dengan panjang gelombang yang sesuai dengan transisi dari tingkat azas ke salah satu tingkat energi elektron tereksitasi yang lebih tinggi. Maka secara eksperimental dapat diperoleh puncak- puncak serapan sinar oleh atom-atom zat yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang menyebabkan eksitasi dari azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi Resonance line Gandjar dan Rohman, 2011. Adapun bagian instrumen spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut: a. Sumber Radiasi Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga hollow cathode lamp. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia neon atau argon dengan tekanan rendah 10-15 torr. Dalam hal ini neon lebih disukai karena dapat memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah Gandjar dan Rohman, 2011. b. Tempat Sampel Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: Universitas Sumatera Utara 12 1. Nyala Flame Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan. Gas yang digunakan antara lain sebagai berikut; 1. Udara-Propana Gas udara-propana dipilih untuk logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah yaitu 1950 °C yang akan mengurangi banyak ionisasi. Namun gas ini tidak cocok digunakan untuk senyawa- senyawa yang bersifat refraktorik yang membutuhkan suhu tinggi untuk proses atomisasinya. 2. Udara-asetilen Campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi merupakan sumber nyala yang paling sering digunakan pada analisis menggunakan spektrofotometri serapan atom. Sumber nyala ini dapat mengatomisasi hampir semua elemen. Sumber nyala ini mempunyai suhu 2200°C. 3. Dinitrogen N 2 O-asetilen Campuran gas dinitrogen oksida-asetilen ini mempunyai suhu 3000°C sehingga tidak cocok untuk logam-logam alkali. Senyawa yang bersifat refraktorik dapat terdisosiasi sempurna dengan sumber nyala ini. Alat yang mampu mendispersikan sampel secara seragam ke dalam nyala dalam hal ini sangat dibutuhkan. Ada dua cara atomisasi dengan Universitas Sumatera Utara 13 nyala ini yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung atau pembakar konsumsi total dilakukan dengan diaspirasikan sampel secara langsung ke dalam nyala, dan semua sampel akan dikonsumsi oleh pembakar. Sedang secara tidak langsung, sampel terlebih dahulu dicampur dengan bahan pembakar dan bahan pengoksidasi dalam suatu ruang pencampur sebelum dibakar Gandjar dan Rohman, 2011. 2. Tanpa nyala Atomisasi tanpa nyala muncul karena teknik atomisasi dengan menggunakan nyala dinilai kurang peka yang berakibat atomisasi kurang sempurna. Pengatoman tanpa nyala dilakukan dalam tungku dari grafit. Sistem pemanasan tanpa nyala ini dapat melalui tiga tahap yaitu: pengeringan drying yang membutuhkan suhu yang relatif rendah; pengabuan ashing yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis; dan pengatoman atomising Gandjar dan Rohman, 2011. c. Monokromator Monokromator berfungsi untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper Gandjar dan Rohman, 2011. d. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton Universitas Sumatera Utara 14 photomultiplier tube. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: a yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; b yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi Gandjar dan Rohman, 2011. e. Readout Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi Gandjar dan Rohman, 2011. Peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel merupakan suatu gangguan pada SSA. Gangguan- gangguan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Gangguan yang mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala Matriks dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar atau gas pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut antara lain viskositas, tegangan permukaan, berat jenis, dan tekanan uap. Selain itu pengendapan unsur yang dianalisis dapat mengakibatkan jumlah atom yang mencapai nyala lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya terdapat dalam sampel Gandjar dan Rohman, 2011. 2. Gangguan kimia yang mempengaruhi jumlah atom yang terjadi dalam nyala. Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu: a diosiasi senyawa- senyawa yang tidak sempurna akibat senyawa-senyawa yang bersifat refraktorik, Universitas Sumatera Utara 15 dan b ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu untuk atomisasi terlalu tinggi Gandjar dan Rohman, 2011. 3. Gangguan oleh absorbansi Gangguan ini terjadi akibat absorbansi bukan disebabkan oleh absorbansi atom yang dianalisis, melainkan absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala. Gandjar dan Rohman, 2011. 4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis, melainkan penyerapan oleh partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi. Jika kedua cara ini masih belum bisa membantu menghilangkan gangguan ini, maka satu-satunya cara adalah dengan mengukur besarnya penyerapan non-atomik menggunakan sumber sinar yang memberikan spektrum kontinyu Gandjar dan Rohman, 2011.

2.4 Validasi Metoda Analisis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Analisis Kandungan Mineral Kalium, Kalsium, Magnesium Dan Natrium Pada Buah Strawberry (Fragaria Ananassa Duchesne.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 38 91

Analisis Kandungan Mineral Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

4 56 98

Analisis Kandungan Mineral Kalsium, Kalium Dan Magnesium Pada Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Segar Dan Kering Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 48

Analisis Kandungan Mineral Kalsium, Kalium Dan Magnesium Pada Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Segar Dan Kering Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 13

DAFTAR ISI Halaman - Analisis Kandungan Mineral Kalsium, Kalium Dan Magnesium Pada Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Segar Dan Kering Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 11