Perubahan Kurikulum LANDASAN TEORI

13 Lebih khusus lagi dalam Kepmendiknas No.232U2000, kurikulum pendidikan tinggi didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

D. Perubahan Kurikulum

Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi perlu membekali lulusannya dengan kemampuan adaptasi dan kreativitas agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan yang cepat tersebut. Alasan inilah yang seharusnya mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan pengembangan pendidikan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang dituangkan dalam bentuk: i Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang KPPT-JP III, 1995-2005, yang dilanjutkan dengan ii Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang SPT-JP atau HELTS, 2003-2010, maka sebagai lembaga pendidikan tinggi haruslah memperhatikan sejauhmana kurikulum yang dimilikinya telah memenuhi kebutuhan stackholdernya sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakatnya. Pada dasarnya setiap satuan pendidikan memiliki sistem untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan tinggi dilihat sebagai sebuah proses akan memiliki empat tahapan pokok yaitu 1 Masukan; 2 Proses; 3 Luaran; dan 4 hasil ikutan outcome. Yang termasuk dalam kategori masukan antara lain adalah dosen, mahasiswa, buku, staf administrasi dan teknisi, sarana dan prasarana, dana , dokumen kurikulum, dan lingkungan. Yang masuk dalam kategori proses adalah proses pembelajaran, proses penelitian, proses manajemen. Yang dikategorikan luaran adalah lulusan, hasil penelitian dan karya IPTEKS lainnya, sedang yang termasuk dalam kategori hasil ikutan outcome 14 antara lain adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap luaran perguruan tinggi, kesinambungan, peningkatan mutu hidup masyarakat dan lingkungan. Perubahan sebuah kurikulum sering hanya terfokus pada pengubahan dokumen saja, tetapi pelaksanaan pembelajaran, penciptaan suasana belajar, cara evaluasiasesmen pembelajaran, sering tidak berubah. Sehingga dapat dikatakan perubahan kurikulum hanya pada tataran konsep atau mengubah dokumen saja. Ini bisa dilihat dalam sistem pendidikan yang lama dimana kurikulum diletakan sebagai aspek input saja. Tetapi dengan cara pandang yang lebih luas kurikulum bisa berperan sebagai : 1 Kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah pendidikannya; 2 Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; 3 Patron atau Pola Pembelajaran; 4 Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial PT dalam mencapai tujuan pembelajarannya; 5 Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta 6 Ukuran keberhasilan PT dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian nampak bahwa kurikulum tidak hanya berarti sebagai suatu dokumen saja, namun mempunyai peran yang kompleks dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, Ditjen Dikti 2008:5 mempertegas lagi bahwa kurikulum tidak hanya sekedar dilihat dari dokumen dan struktur kurikulumnya saja, namun perlu diikuti dengan pembelajarannya. Perubahan kurikulum berarti juga perubahan pembelajaran terutama perubahan perilaku dan pola pikir dari peserta serta pelaku pembelajarannya, agar outcome pembelajaran yang ditetapkan dapat benar-benar tercapai. Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program, rencana perkuliahansatuan pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian dan hasil. Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu Perencanaan Kurikulum, Implementasi Kurikulum, dan Evaluasi Kurikulum. Perencanaan Kurikulum 15 berkenaan dengan pengernbangan Pokok PikiranIde kurikulum dimana wewenang menentukan ada pada pengambil kebijakan urtuk suatu lembaga pendidikan. Sedangkan Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan lembaga pendidikankelas dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah dosentenaga kependidikan. Evaluasi KurikuIum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya. Dalam konteks ini evaluasi kurikulum dilakukan oleh tim di luar tim pengembang kurikulum dan dilaksanakan setelah kurikulum dianggap cukup waktu untuk menunjukkan kinerja dan prestasinya lihat di http:www.ditpertais.netswarawarta17- 03.asp

E. Kurikulum Berbasis Kompetensi