Kompetensi teknologi informasi bagi mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan fakultas adab dan humaniora UIN Jakarta

(1)

i

Penelitian Individu

KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI

BAGI MAHASISWA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN JAKARTA

Disusun Oleh:

Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. Nip: 19710103 200003 1 002

Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA


(2)

ii

PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT. akhirnya penelitian

individu yang berjudul “Kompetensi Teknologi Informasi bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” ini telah selesai dilaksanakan.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggambarkan secara rinci bagaimana kompetensi TI di perpstakaan atau lembaga institusi lainnya tempat mahasiswa Jurusan Ilmu Perputakaan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Harapan yang ingin dicapai di antaranya dapat mengetahui gambaran penerapan kompetensi di tempat pelaksanaan PKL tersebut. Selain itu dapat juga diketahui bagaimana kemampuan dan kebutuhan kompetensi TI bagi para mahasiswanya.

Dalam menyusun penelitian ini penulis banyak sekali mendapat dorongan baik secara materi maupun moral dari berbagai pihak dan untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapak terimakasih kepada:

1. Semua unsur jajaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., selaku pembimbing dan konsultan penulisan penelitian kelompok Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

3. Ibu Emi Ilmiah, selaku asisten konsultan penelitian yang selalu setia mengawali perkembangan penelitian kami.

4. Semua unsur yang terlibat secara langsung maupun tidak, terutama para mahasiswa Jurusan Ilmu Perpusakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusinya dalam pengisian kuesioner dalam penelitian ini.

Akhirnya, dengan harapan semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Penulis juga berharap adanya saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Jakarta, 5 Nopember 2013.


(3)

Abstracts

This research is aim to describe the application of information technology competencyat the libraries where the students of library department, Faculty of Adab UIN SyarifHidatullah Jakarta,do the practical librarianship. In spite of that, it is to know that how the needs of them are viewed. The method of quantitative descriptive is used foranalyzing the description of data from the LITA standard-based questioner. The LITA standard-based information technology competency is divided into 4 categories, namely: the basic knowledge of computer, the skill of internet, the hardware of computer, and the products of library automation. The result is viewed that the competency of the basic computer at the libraries is high(80%) while the needs is very high (93,3%). The competency of internet at the libraries is low (20%) while the needs isvery high (100%). The competency of the computer hardware is enough (55,6%) while the needs is very high (100%). The competency of library automation products is high (58,3%) while the needs is very high. Based on these, it is recommended thatit’s needed some additional time or lecture for information technology competency in library curriculum.


(4)

iii

DAFTAR ISI

PENGANTAR__ ii DAFTAR ISI__ iii

BAB I PENDAHULUAN__ 1 A. Latar Belakang Masalah__ 1 B. Permasalahan Penelitian__ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian__ 5 BAB II KERANGAKA TEORI__6

A.Hakikat Kompetensi Teknologi Informasi__ 6 B. Kompetensi TI Pustakawan__7

C.Pengertian Kurikulum__ 10 D.Perubahan Kurikulum__ 11

E. Kurikulum Berbasis Kompetensi__ 12 F. Penelitian Terdahulu__ 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN__15 A.Ruang Lingkup Penelitian__ 15

B.Metode Penentuan Sampel__ 15 C.Metode Pengumpulan Data__ 15 D.Metode Analisis__ 16

E. Operasional Variabel dalam Penelitian__ 17 F. Waktu Pelaksanaan Penelitian__ 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN__ 19

A.Muatan Teknologi Informasi dalam Kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta__ 19

B.Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan__ 23

C.Deskripsi Penerapan Kompetensi TI di Tempat PKL__ 24 a. Pengetahuan komputer secara umum__ 25

b. Keterampilan yang berhubungan dengan internet__ 33 c. Perangkat keras komputer__ 41


(5)

iv

D.Deskripsi Kemampuan Kompetensi TI Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan__ 53

a. Pengetahuan komputer secara umum__ 53

b. Keterampilan yang berhubungan dengan internet__ 61 c. Perangkat keras komputer__ 70

d. Produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan__ 75 E.Deskripsi Kebutuhan Kompetensi TI Mahasiswa Jurusan Ilmu

Perpustakaan__ 81

a. Pengetahuan komputer secara umum__ 81

b. Keterampilan yang berhubungan dengan internet__ 90 c. Perangkat keras komputer__ 98

d. Produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan__ 103 F. Hasil Uji Kualitas Data__ 110

a. Hasil Uji Validitas__ 110 b. Hasil Uji Reabilitas__ 112 BAB V PENUTUP__ 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan dalam lingkungan perpustakaan yang diakibatkan oleh globalisasi tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Salah satu tuntutan terhadap perubahan yang terjadi adalah dengan berinvestasi pada bidang TIK tersebut. Perubahan hasil investasi TIK ini dapat dilihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terotomasi, sampai perpustakaan digital (cyber library) dan perpustakaan hibrida.

Dalam pasal 19 ayat 1 dan 2, UU Perpustakaan tahun 2007, dinyatakan bahwa:

“(1) Pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. (2) Pengembangan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi”.

Pasal tersebut mengisyaratkan bahwa perhatian terhadap pengembangan perpustakaan yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi tuntutan dalam hal memberikan kuantitas dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh pemustaka dan masyarakat. Teknologi tersebut memiliki kemampuan dalam mengimbangi perubahan-perubahan fungsi kegiatan dalam layanan perpustakaan. Perbedaan berkenaan dengan peran teknologi informasi dalam hubungannya dengan berbagai macam layanan perpustakaan tentu saja mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan layanan yang ingin diberikan perpustakaan kepada para penggunanya.


(7)

2

Pentingnya penerapan TI di dunia perpustakaan dalam menunjang kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari pernyataan William dan Sawyer (2007: 3) yang menjelaskan bahwa saat ini TI telah menjadi “pakaian” secara intelektual dan emosi, sehingga kita seolah-olah menjadi sebuah “pribadi digital”. Ang Peng Hwa (2009: 4) dalam sambutannya menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Asia dan Pasifik telah menjadi “kawasan superlatif” jika dikaitkan dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dimana terdapat dua miliar pelanggan telepon dan 1,4 miliar pelanggan telepon seluler di kawasan Asia Pasifik. India dan Cina sendiri mengambil porsi seperempat dari pengguna telepon seluler di dunia pada pertengahan 2008. Kawasan Asia Pasifik juga mewakili 40 persen pengguna Internet dan merupakan pasar broadband terbesar di dunia dengan porsi sebanyak 39 persen dari total dunia.

Sejalan dengan banyaknya para pengguna internet ini, maka teknologi web-pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Bermula dari teknologi web 1.0 yang secara garis besar sifatnya read, kini telah beralih ke teknologi web 2.0 yang sifatnya

read-write sehingga memungkinkan para penggunanya untuk saling berbagi ilmu, pengalaman atau lainnya dalam sebuah komunitas online yang besar yang menghapuskan sifat-sifat individu (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemrograman_web# PERBEDAAN_WEB_1.0.2C_WEB_2.0_dan_WEB_3.0).

Tentu saja dengan maraknya penggunaan teknologi web 2.0 ini berpengaruh juga dalam bidang jasa layanan perpustakaan. Salah satunya adalah kemunculan penenerapan istilah library 2.0 (P 2.0). Dalam hal ini Blasius (2009: 213) menyatakan bahwa:

“ ... pada dasarnya penyelenggaraan layanan perpustakaan menggunakan web 2.0 itulah yang disebut P 2.0. Dengan layanan tersebut interaksi pemustaka dan perpustakaan akan lebih efektif. Bahkan dapat dikatakan terjadi transformasi atas konsep perpustakaan terdahulu yang dikenal dengan istilah users oriented menjadi users centered.”


(8)

3

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa mau tidak mau teknologi informasi yang salah satunya adalah internet pasti masuk dalam dunia perpustakaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam Ade Abdul Hak (1999: 27) bahwa: “

“Internet adalah aplikasi komputer terkini yang merupakan inovasi teknologi komputer,

informasi, dan telekomunikasi di abad melenium ini, dan telah menjadi suatu kenyataan dalam perkembangan budaya manusia yang pada akhirnya akan ditemukan dalam semua aspek kehidupan apakah kita menyukainya atau tidak. Bahkan sebagian orang telah berfikir

bagaimana segala sesuatu yang diinginkannya dapat diraih dengan jari jemarinya.”

Dengan masuknya teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan maka tuntutan standar kompetensi pustakawan pun ikut bertambah. Kompetensi tambahan yang harus dimiliki oleh pustakawan masa depan sekurang-kurangnya menguasai kompetensi teknologi informasi. Dalam hal ini, Mustafa (2012) memberikan sebuah opini bahwa kompetensi tersebut paling tidak meliputi kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy); kemampuan dalam menguasai basisdata (databases); kemampuannya dalam penguasaan peralatan teknologi informasi (tools and technology skill); kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan (computer networks); kemampuan dalam penguasaan internet dan/atau intranet (internet and intranet).

Selanjutnya Mustafa (2012) memberikan alasan bahwa di masa depan perpustakaan tidak akan dan tidak bisa terlepas dari penggunaan teknologi informasi dalam mengelola dan mengakses bahan-bahan perpustakaan seperti jurnal elektronik, buku elektronik, multimedia, internet, basisdata electronik dan lain-lain.

Untuk menciptakan pustakawan profesional yang menguasai kompetensi TI ini diperlukan adanya lembaga pendidikan perpustakaan. Lembaga pendidikan perpustakaan yang diharapkan adalah perguruan tinggi yang membuka pendidikan formal bidang perpustakaan, seperti Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentu saja hal ini, perlu adanya persamaan


(9)

4

demand dan suplay, dalam arti apa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan ini sesuai standar atau paling tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar kompetensi yang diharapkan oleh lembaga perpustakaan atau pusdokinfo.

Masalah yang timbul adalah biasanya lembaga pendidikan perpustakaan memberikan bekal kompetensi TI bagi para mahasiswanya sesuai dengan kurikulum yang notabene perubahannya tidak secepat perkembangan TI itu sendiri di masyarakat. Akibatnya banyak lulusan lembaga pendidikan perpustakaan yang belum siap ketika bekerja di perpustakaan atau pusat informasi lainnya. Salah satu kasus adalah ketika ada sebuah permintaan lowongan kerja bagi lulusan perpustakaan untuk ditempatkan di sebuah perpustakaan lembaga farmasi. Dalam kesempatan itu, mereka meminta sarjana bidang Ilmu Perpustakaan yang sekaligus mampu mengoperasikan aplikasi pengolahan citra (photoshop). Permasalahannya bahwa mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan di Fakultas Adab dan Humaniora mulai angkatan 1999 (pertama) sampai angkatan 2012 belum mendapatkan pengajaran atau pelatihan software tersebut karena belum ada pembahasan topik dan alokasi waktu pada silabusnya (kurikulum).

Data tersebut menunjukan bahwa mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan yang sekarang duduk di semester IV, VI, dan VIII masih menggunakan kurikulum lama (hampir 12 tahun lebih) yang di antaranya memuat beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan teknologi informasi, yaitu: 1). Aplikasi Teknologi Informasi 1 (2 sks); 2). Aplikasi Teknologi Informasi 2 (2 sks); dan 3). Otomasi Perpustakaan (3 sks). Jumlah mata kuliah dan sks yang tersedia untuk penerapan teknologi informasi yang sangat terbatas ini menjadi masalah ketika ada beberapa teknologi baru yang sudah diterapkan di beberapa perpustakaan, seperti: perpustakaan digital, alih media elektronik, teknologi web 2.0, dll. yang seharusnya sudah diberikan pada para mahasiswa sebagai bekal bidang profesinya.


(10)

5

Berdasarkan uraian di atas, maka menjadi penting topik pembahasan ini untuk di analisis terutama dari segi tuntutan perubahan kompetensi TI dalam kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan yang secara khusus pada beberapa mata kuliah aplikasi teknologi informasi untuk perpustakaan. Untuk itu dalam kesempatan ini, penelitian tentang “Kompetensi Teknologi Informasi bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, sangat penting dilakukan.

B.Permasalahan Penelitian

Sebagaimana digambarkan di atas bahwa permasalahan yang muncul berkenaan dengan penerapan kurikulum (silabus) mata kuliah aplikasi teknologi informasi yang berhubungan dengan kompetensi TI di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidyataullah Jakarta sudah dirasakan cukup ketinggalan. Tentu saja hal ini perlu untuk disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi terkini sesuai dengan kebutuhan di tempat kerja. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mencoba membatasi penelitian ini pada kebutuhan dan kemampuan kompetensi TI bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mengikuti praktek kerja lapangan (PKL) di beberapa perpustakaan pada berbagai macam instansi. Permasalahan penelitian ini dirumuskan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan kompetensi TI yang ditemukan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada lembaga perpustakaan atau pusat informasi lainnya di tempat praktek kerja lapangan (PKL)?


(11)

6

2. Bagaimana kemampuan kompetensi TI yang sudah dimiliki oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Bagaimana kebutuhan kompetensi TI yang diperlukan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kompetensi TI yang telah diterapkan pada lembaga perpustakaan atau pusat informasi lainnya di tempat mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL, kemampuan kompetensi TI yang telah dimiliki, dan kebutuhan kompetensi TI yang diperlukan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Manfaat penelitian ini bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan adalah sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan kurikulum ke arah pemenuhan kompetensi TI, terutama dalam penyusunan topik-topik kompetensi TI dalam mata kuliah yang langsung berhubungan dengan penerapan teknologi informasi bidang perpustakaan.


(12)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Hakikat Kompetensi Teknologi Informasi

Untuk memahami pengertian kompetensi teknologi informasi, secara mendasar perlu juga dijelaskan apa yang dimaksud dengan kompetensi itu sendiri. Kompetensi dapat merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam hal ini Mustafa (2012) menjelaskan bahwa “kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/ pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan”.

Selanjutnya, Thompson (2009:4) menjelaskan bahwa kompetensi berarti dapat melakukan tugas pekerjaannya secara berkualitas dan mahir dengan dibekali pengetahuan dan kemampuan dasar yang berhubungan dengan bidang subjek khusus dan seperangkat keterampilan. Dengan kata lain, seseorang dapat disebut kompeten ketika dia tahu bagaimana cara melakukan sesuatu dan memahami bagaimana cara menerapkan keterampilan atau kemampuan dalam melakukan pekerjaannya.

Sedangkan pengertian teknologi informasi (TI) menurut William dan Sawyer (2007:4) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video yang secara garis besar terbagi dalam dua komponen utama:

1. Teknologi komputer, yaitu mesin yang bisa diprogram dan memiliki beragam fungsi untuk menerima data—baik data mentah maupun angka—lalu memproses


(13)

8

dan mengubahnya ke dalam bentuk informasi yang bisa kita manfaatkan, misal bentuk ringkasan, jumlah total (dalam penghitungan), dan juga laporan.

2. Teknologi komunikasi, yaitu sistem dan peralatan elektromagnetik untuk berkomunikasi jarak jauh.

Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi teknologi informasi adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan penerimaan, pemrosesan, penyimpanan, dan penyebaran informasi yang didapat dari mengkombinasikan perangkat komputer dan telekomunikasi.

B.Kompetensi TI Pustakawan

Dalam melayani pengguna informasi secara lebih professional, sebagai pustakawan atau staf pengelola perpustakaan, terutama yang bekerja di bidang pengelolaan dan pelayanan informasi, mereka selalu dituntut untuk meningkatkan kompetensinya, termasuk di dalamnya kompetensi bidang TI. Dalam hal ini Babu (2007:1) menyatakan bahwa: ”Library and information professionals today need to acquire knowledge and skills in information and communication technology (ICT) as the services of more and more libraries are now centering around information technology, especially in educational institutions.”

Lebih jauh lagi Babu (2007:1) menjelaskan bahwa perubahan paradigma dari media cetak menjadi media web, kepemilikan koleksi menjadi akses terhadap informasi, peran intermediary menjadi model layanan end-user, dan dari lokasi perpustakaan khusus menjadi perpustakaan digital/virtual/hibrida telah menjadi skenario layanan perpustakaan dalam menghadapi perubahan yang dinamis ini. Perubahan tersebut secara bersamaan telah terjadi juga pada kebutuhan dan minat para


(14)

9

pemustaka. Sehingga peran profesional perpustakaan dan lembaga informasi pun turut berubah secara drastis untuk memenuhi kebutuhan terkini terutama dengan adanya perubahan sekitar perkembangan teknologi.

American Library Assosiations (ALA, 2009: bagian 4) telah merumuskan kompetensi inti bidang TI kepustakawanan sebagai berikut:

1. “Information, communication, assistive, and related technologies as they affect the resources, service delivery, and uses of libraries and other information agencies. 2. The application of information, communication, assistive, and related technology and

tools consistent with professional ethics and prevailing service norms and applications. 3. The methods of assessing and evaluating the specifications, efficacy, and cost

efficiency of technology-based products and services.

4. The principles and techniques necessary to identify and analyze emerging technologies and innovations in order to recognize and implement relevant technological improvements.”

Thompson (2009:24) menggambarkan beberapa diskusi yang berkaitan dengan kompetensi dasar TI bagi pustakawan dan staf perpustakaan, di antaranya:

1. Kompetensi TI menurut California Library Assosiation (CLA) meliputi tahap-tahap yang berhubungan dengan cara memulai dan mengakhiri pengoperasian komputer, penggunaan mouse dan keyboard.

2. Kompetensi TI menurut Latham meliputi penguasaan perangkat lunak perkantoran berserta kemampuan untuk mengantisipasi hasil dari penggunaan perangkat tersebut.

3. Kompetensi TI menurut Woodsworth meliputi pengetahuan tentang internet, evaluasi dan penggunaan perangkat keras, lunak dan jaringan; memahami konsep-konsep pengetahuan komputer dan informasi dasar.

Kemudian Thompson (2007: 25) menyebutkan 20 poin penting tentang kemampuan TI yang harus di miliki oleh seorang tenaga pendidik dari Turner, dimana kemampuan tersebut sangat perlu dipertimbangkan untuk dimiliki oleh para pustakawan, yaitu:


(15)

10

“1. Word Processing skills; 2. Spreadsheet skills; 3. Database skills; 4. Electronic

presentation skills; 5. Web navigation skills; 6. Web site design skills; 7. E-mail management skills; 8. Digital camera skills; 9. Computer network knowledge applicable to your school system [or library]; 10. File management and Windows Explorer skills; 11. Donwloading software from the Web (knowlegde including eBooks); 12. Installing computer software onto a computer system; 13. WebCT or Blackboard teaching skills [most applicable to instruction librarians]; 14. Videoconferencing skills; 15. Computer-related storage device (knowledge: disks, CDs, USB drivers, zip disks, DVDs, etc); 16. Scanner knowledge; 17. Knowledge of PDAs [althought PDAs are fading in importance, small devices from cell phones to iPods are increasingly impormation devices]; 18. Deep Web knowledge; 19. Educational copyright

knowledge; 20. Computer security knowledge.”

Dalam hal ini Thompson (2007: 6) juga memberikan gambaran pembagian kemampuan kompetensi dalam beberapa level, yaitu: level 1 sebagai users, level 2 sebagai IT support, level 3 sebagai creator. Lebih jauh lagi Thompson (2007: 27) membagi kompetensi TI untuk posisi pustakawan, posisi staf perpustakaan, dan posisi pustakawan sistem, di mana pada masing-masing posisi memiliki tuntutan kemampuan (keahlian) TI yang berbeda dengan posisi lainnya.

Dari beberapa gambaran kompetensi TI di atas, penulis mencoba membagi kompetensi TI pustakawan dalam 4 kategori sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Library and Information Technology Association (LITA), yaitu:

1. Pengetahuan komputer secara umum.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan internet. 3. Perangkat keras komputer.

4. Produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan.

Untuk lebih jelasnya, LITA membagi ke empat kategori tersebut dalam beberapa variabel seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini.

NO. KATEGORI 1. PENGETAHUAN UMUM KOMPUTER 2. KETERAMPILAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN INTERNET 3. PERANGKAT KERAS KOMPUTER 4. PRODUK-PRODUK YANG BERHUBUNGAN DENGAN OTOMASI PERPUSTAKAAN

1 Bagian komputer dan fungsinya (CPU, hard drive, RAM)

Membuat halaman WEB denan Front Page atau Dreameaver

Kamera digital Sistem Perpustakaan terintegrasi (senayan, prajna, lontar, dll)

2 Sistem operasi komputer (Microsoft Windows, dll)

Membuat halaman WEB dengan XHTML dan CSS


(16)

11 3 Perangkat lunak

aplikasi (word, excel, power point, dll)

Protokol internet (HTTP, FTP, SMTP)

Drive USB Managemen sumber elektronik

4 Keamanan komputer (antivirus, anti-spyware)

Layanan referensi maya dengan menggunakan Yahoo Mesenger atau sejenisnya

Proyektor/LCD Alat penelusuran (MetaLib, WebFeat)

5 Penanganan masalah dasar komputer (kenapa printer tidak jalan, kenapa komputer terkunci, dll)

Skema metadata online (Dublin Core, EAD)

PDA Managemen peminjaman antar perpustakaan

6 Penanganan dan pemeliharaan komputer lanjutan (installasi software, bongkar pasang kabel/harddisk, dll)

XML Komputer tablet Managemen aset digital (Digitool, ResourceSpace)

7 Konfigurasi dan penanganan jaringan kabel atau nirkabel

Penelusuran Basisdata Online (seperti penggunaan operator Boolean pada EBSCO/JSTOR dll)

Smartboard Perangkat lunak institutional repository (Dspace, Eprint)

8 Digitalisasi atau men-scan bahan tercetak

Blog e-book reader Public Access System (Software reservasi komputer, atau kontrol percetakan)

9 Teknologi untuk layanan pengguna yang mempunyai kelainan kemampuan

Wiki MP3 Player Perangkat keras dan lunak barcode magnetik

10 Software permainan (Games)

Situs Jaringan Sosial (facebook atau yang lainnya)

Perangkat keras dan lunak RFID

11 Software editing photo (Photoshop)

Podcasting Perencanaan teknologi

perpustakaan

12 Membuat dan memelihara basisdata (Ms. Access, atau MySOL)

RSS Proposal otomasi

perpustakaan

13 Bahasa Scripting (PHP, JavaScript)

Thin clients

14 Bahasa pemograman orientasi objek (Visual Basic, Java)

Evaluasi validitas dan penanggung jawab situs WEB

15 Administrasi Server (WEB server, network drives)

Membuat tutorial literasi informasi online

Sumber: disarikan dari Thompson (2009)

C. Pengertian Kurikulum

Sebelum memahami peran kurikulum di dalam sistem pendidikan tinggi, perlu kita pahami dulu makna dari kurikulum itu sendiri. Menurut pendapat Johnson dalam “Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi” Ditjen Dikti (2008), dijelaskan bahwa kurikulum memiliki makna yang beragam baik antar negara maupun antar institusi


(17)

12

penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan karena adanya interpretasi yang berbeda terhadap kurikulum, yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu rangkaian peristiwa.

Kurikulum menurut Ditjen Dikti (2008:5) adalah sebuah program yang disusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Jadi kurikulum bisa diartikan sebuah program yang berupa dokumen program dan pelaksanaan program. Sebagai sebuah dokumen kurikulum (curriculum plan) digambarkan dalam bentuk rincian matakuliah, silabus, rancangan pembelajaran, sistem evaluasi keberhasilan. Sedang kurikulum sebagai sebuah pelaksanan program adalah bentuk pembelajaran yang nyata-nyata dilakukan (actual curriculum).

Dalam salah satu artikel “Swara Dipertais” (Oktober: 2004), dijelaskan bahwa kurikulum dapat dimaknai sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Aspek lain dari makna kurikulum adalah pengalaman belajar. Pengalaman belajar di sini dimaksudkan adalah pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik seperti yang direncanakan dalam dokumen tertulis. Pengalaman belajar peserta didik tersebut adalah konsekuensi langsung dari dokumen tertulis yang dikembangkan oleh dosen/instruktur/pendidik. Dokumen tertulis yang dikembangkan dosen ini dinamakan Rencana Perkuliahan/Satuan Pembelajaran. Pengalaman belajar ini memberikan dampak langsung terhadap hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu jika pengalaman belajar ini tidak sesuai dengan rencana tertulis maka hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak dapat dikatakan sebagai hasil dari kurikulum.


(18)

13

Lebih khusus lagi dalam Kepmendiknas No.232/U/2000, kurikulum pendidikan tinggi didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

D.Perubahan Kurikulum

Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi perlu membekali lulusannya dengan kemampuan adaptasi dan kreativitas agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan yang cepat tersebut. Alasan inilah yang seharusnya mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan pengembangan pendidikan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang dituangkan dalam bentuk: (i) Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III, 1995-2005, yang dilanjutkan dengan (ii) Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (SPT-JP atau HELTS), 2003-2010, maka sebagai lembaga pendidikan tinggi haruslah memperhatikan sejauhmana kurikulum yang dimilikinya telah memenuhi kebutuhan stackholdernya sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakatnya.

Pada dasarnya setiap satuan pendidikan memiliki sistem untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan tinggi dilihat sebagai sebuah proses akan memiliki empat tahapan pokok yaitu (1) Masukan; (2) Proses; (3) Luaran; dan (4) hasil ikutan (outcome). Yang termasuk dalam kategori masukan antara lain adalah dosen, mahasiswa, buku, staf administrasi dan teknisi, sarana dan prasarana, dana , dokumen kurikulum, dan lingkungan. Yang masuk dalam kategori proses adalah proses pembelajaran, proses penelitian, proses manajemen. Yang dikategorikan luaran adalah lulusan, hasil penelitian dan karya IPTEKS lainnya, sedang yang termasuk dalam kategori hasil ikutan (outcome)


(19)

14

antara lain adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap luaran perguruan tinggi, kesinambungan, peningkatan mutu hidup masyarakat dan lingkungan.

Perubahan sebuah kurikulum sering hanya terfokus pada pengubahan dokumen saja, tetapi pelaksanaan pembelajaran, penciptaan suasana belajar, cara evaluasi/asesmen pembelajaran, sering tidak berubah. Sehingga dapat dikatakan perubahan kurikulum hanya pada tataran konsep atau mengubah dokumen saja. Ini bisa dilihat dalam sistem pendidikan yang lama dimana kurikulum diletakan sebagai aspek input saja. Tetapi dengan cara pandang yang lebih luas kurikulum bisa berperan sebagai : (1) Kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah pendidikannya; (2) Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; (3) Patron atau Pola Pembelajaran; (4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial PT dalam mencapai tujuan pembelajarannya; (5) Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta (6) Ukuran keberhasilan PT dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan demikian nampak bahwa kurikulum tidak hanya berarti sebagai suatu dokumen saja, namun mempunyai peran yang kompleks dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, Ditjen Dikti (2008:5) mempertegas lagi bahwa kurikulum tidak hanya sekedar dilihat dari dokumen dan struktur kurikulumnya saja, namun perlu diikuti dengan pembelajarannya. Perubahan kurikulum berarti juga perubahan pembelajaran terutama perubahan perilaku dan pola pikir dari peserta serta pelaku pembelajarannya, agar outcome pembelajaran yang ditetapkan dapat benar-benar tercapai.

Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program, rencana perkuliahan/satuan pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian dan hasil. Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu Perencanaan Kurikulum, Implementasi Kurikulum, dan Evaluasi Kurikulum. Perencanaan Kurikulum


(20)

15

berkenaan dengan pengernbangan Pokok Pikiran/Ide kurikulum dimana wewenang menentukan ada pada pengambil kebijakan urtuk suatu lembaga pendidikan. Sedangkan Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah dosen/tenaga kependidikan. Evaluasi KurikuIum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya. Dalam konteks ini evaluasi kurikulum dilakukan oleh tim di luar tim pengembang kurikulum dan dilaksanakan setelah kurikulum dianggap cukup waktu untuk menunjukkan kinerja dan prestasinya (lihat di

http://www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp)

E.Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan pendekatan kompetensi yang dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu.

Kurikulum Berbasis Kompetensi ditujukan untuk menciptakan lulusan yang kompeten untuk membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Kurikulum ini merupakan suatu sistem kurikulum nasional yang mengakomodasikan berbagai


(21)

16

kebutuhan tingkat nasional, daerah, dan sekolah, serta dapat diperkaya untuk kepentingan global. Sebagai suatu sistem, Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan standar kompetensi nasional. Daerah dan sekolah menjabarkan standar tersebut ke dalam seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan, pengalaman belajar, materi pembelajaran, alokasi waktu, pengelolaan kelas, media dan sumber belajar, serta penilaian hasil belajar.

Dalam rangka implementasi KBK di perguruan Tinggi, maka hendaknya memperhatikan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 yang menetapkan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa sebagai kelompok kompetensi. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur kurikulum berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.

Berdasarkan pemikiran tentang tujuan belajar tersebut maka setiap mata kuliah harus menggambarkan sumbangan atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

F. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang muatan kompetensi TI pustakawan dalam kurikulum yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Titiek Kismiyati, mahasiswa pada program S2 Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. Penelitian yang dilaporkan dalam tesis ini merupakan salah satu upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan kompetensi TI di antara para pustakawan, serta kaitannya dengan penyelenggaraan program pendidikan professional bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh


(22)

17

mana mata kuliah TI Program S1 Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia sudah mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan sesuai tuntutan paradigma baru. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, yakni kategori-kategori kompetensi TI yang direduksi dari basil wawancara dan tinjauan atas dokumen yang terkait. Populasi responden sebanyak 12 orang yang berasal dari perpustakaan-perpustakaan yang telah menggunakan TI relatif cukup lama dan maju sesuai dengan tingkatan masing-masing. para penulis dalam literatur yang ditclaah. Sementara itu, dari penelaahan terhadap kurikulum/silabus Program Pendidikan S-I Ilmu Perpustakaan pada JIP-FIB UI dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan profesional perpustakaan tersebut telah menyesuaikan silabusnya dengan kebutuhan kompetensi TI di lapangan (http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20250583&lokasi=lokal).

Penelitian berikutnya adalah kajian analisis konten beberapa literatur yang dilakukan oleh Himma Dewiyana dari Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatra Utara. Hasil kajiannya menyimpulkan bahwa terdapat 12 (22%) mata kuliah yang berhubungan dengan kompetensi TI, seperti digambarkan dalam gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1: Presentasi Mata Kuliah Berdasarkan Kompetensi

Secara lebih rinci kompetensi tersebut terbagi dalam dua kompetensi dasar, yaitu: Technology Skill and Network Management; Media Management Storage and Retrieval.


(23)

18

Masing-masing kompetensi tersebut digambarkan dengan beberapa indikator yang harus dicapai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Tabel 2.1

Nama Mata Kuliah Berdasarkan Kompetensi TI


(24)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian deskriptif dengan mengunakan metode kauntitatif . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran setiap variabel kompetensi TI secara mandiri yang terdiri dari (1). Kompetensi TI yang telah diterapkan di perpustakaan atau lembaga informasi lainnya tempat di mana mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan melaksanakan PKL; (2). Kompetensi TI yang telah dimiliki oleh mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah melaksanakan PKL; (3). Kompetensi TI yang dibutuhkan oleh mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan setelah melaksanakan PKL. Obyek penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu perpustakaan semester VI tahun ajar 2012/2013 yang telah melaksanakan PKL di semester sebelumnya (75 orang).

B.Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non random sampling, artinya peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua mahasiswa

Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk dijadikan anggota sampel. Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah

Purposive Sampling atau Judgment Sampling, yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan dari peneliti. Dengan kata lain, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan sampel yang diinginkan siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian.


(25)

20 C.Metode Pengumpulan Data

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara), berupa persepsi (opini, sikap, pengalaman) secara individual atau kelompok, hasil observasi suatu kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Adapun data primer yang gunakan yaitu:

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah melaksanakan PKL di berbagai institusi. Kuesioner yang digunakan berdasarkan standar LITA yang terdiri dari 4 kategori, yaitu:

1. Pengetahuan umum komputer (15 variabel).

2. Keterampilan yang berhubungan dengan internet (15 variabel). 3. Perangkat keras komputer (9 variabel).

4. Produk-produk yang berhubunan dengan otomasi perpustakaan (12 variabel). Pada masing-masing kategori para mahasiswa diminta untuk memberikan tanda ( X ) pada salah satu aspek berikut ini:

(A)KEBUTUHAN : Sangat Penting; Penting; Tidak Penting; atau Sangat Tidak Penting

(B)PENERAPAN DI TEMPAT PKL : Ada; atau Tidak Ada

(C)KEMAMPUAN DIRI : Mampu; atau Tidak Mampu (lihat lampiran). b. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada sarana perpustakaan, berupa pengamatan langsung dan pengambilan data objek penelitian pada situs-situs perpustakaan tempat pelaksanaan PKL mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan pada tahun ajar 2012/2013.


(26)

21

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yangdiperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.Adapun data sekunder yang penulis pakai yaitu:

a. Riset kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca buku, literatur, catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet.

b. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari lembaga (instansi) terkait, yang berhubungan dengan penelitian.

D.Metode Analisis

Data diuji dan dianalisis dengan (SPSS) versi 20. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Analisis ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demograpi responden. Statistik deskriptif juga dapat menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari minimum, maksimum rata-rata, dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk mengetahu demograpi responden yang terdiri dari kategori, tempat PKL dan jenis perpustakaan.

Selain itu dilakukan juga uji kualitas data dengan uji validitas dan reabilitas data. Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah/valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesiner mampu mengungkapkan suatu yang diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian validitas butir pertanyaan ini menggunakan person Correlation, yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan dibawah 0.05, maka butir pertanyaan tersebut dinyataka valid dan sebaliknya.


(27)

22

Sedangkan instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari cronbach alpha> 0.60 maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi.

E.Operasional Variabel dalam Penelitian

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertayaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, dimana jawaban diberi skor dengan menggunakan 4 (empat) point skala Likert, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 51 variabel yang dikelompokan dalam 4 pertanyaan umum dalam kategori: 1). Pengetahuan komputer secara umum; 2). Keterampilan yang berhubungan dengan internet; 3). Perangkat keras komputer; 4). Produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan.

D.Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Realisasi/ Bulan 2013

Apr. Mei. Jun. Jul. Ags. Sep. Okt. 01 Penyusunan Proposal Penelitian X X

02 Presentasi Proposal X

03 Pengumpulan Data (Survei, Observasi, Wawancara)

X X

04 Pengolahan dan analisis Data X X

05 Penyusunan Draft Laporan X X

06 Penggadaan, Penjilidan, dan Penyerahan Hasil

X


(28)

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Kompetensi Teknologi Informasi dalam Kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan Jurusan Ilmu Perpustakaan merupakan salah satu program studi yang ada di Fakultas Adab dan Hunaiora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Studi ini berdiri sejak tahun 1999 dengan Ketua Program Studi Zaenal Arifin, MLIS. Sejak mulai berdiri sampai tahun 2013, program studi ini telah mendapatkan sertifikat akreditasi dengan nilai B sebanyak dua kali, yaitu untuk periode tahun 2006 s/d 2011 dan 2011 s/d 2016.

Tujuan didirikan program studi ini adalah untuk menghasilkan sarjana muslim dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mampu menerapkannya secara professional dalam pengembangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi yang telah dicanangkannya, yaitu “Menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi berbasis riset dan agama yang terkemuka dalambidang ilmu perpustakaan dan informasi”.

Beberapa langkah yang ditempuh dalam merealisasikan visi tersebut tergambar dalam misi yang dijalankan berikut ini:

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu perpustakaan yang berkualitas; 2. Menumbuhkan budaya riset ilmu perpustakaan;

3. Melakukan pengabdian pada masyarakat terutama dalam bidang perpustakaan dan informasi secara professional. (UIN Jakarta, 2012: 114).

Untuk memenuhi capaian visi dan misi di atas, pada awalnya (1999) program studi ilmu perpustakaan telah menyusun kurikulum dengan jumlah total bobot 150 sks. Di antara beberapa mata kuliah yang ditawarkan terdapat kurang lebih 3 mata kuliah


(29)

24

atau sekitar 6 sks yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kompetensi teknologi informasi, yaitu: 1). Aplikasi Teknologi Informasi 1 bobot 2 sks; 2). Aplikasi Teknologi Informasi 2bobot 2sks; dan 3). Otomasi perpustakaanbobot 3 sks.

Untuk lebih jelasnya tuntutan kompetensi dasar pada ketiga mata kuliah tersebut dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Muatan Kompetensi Teknologi Informasi

Dalam Kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No. Nama

Mata Kuliah

Kompetensi Dasar

Topik Pembahasan 1. Aplikasi Teknologi

Informasi (ATI) 1

1. Menjelaskan konsep teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 2. Menjelaskan gambaran

perkembangan perangkat keras dan lunak

komputer

3. Menjelaskan konsep basis data

4. Menjelaskan konsep penerapan TIK di perpustakaan

1. Menjelaskan konsep teknologi informasi

2. Menjelaskan manfaat dan tujuan penerapan teknologi informasi

3. Menyebutkan permasalahan dalam penerapan teknologi informasi

4. Menjelaskan konsep teknologi komunikasi

5. Menjelaskan perbedaan konsep jaringan lokal (LAN) dan luas (WAN)

6. Menjelaskan gambaran dan penggunaan fasilitas internet. 7. Menganalisa perkembangan dan penggunaan perangkat keras komputer

8. Menjelaskan perkembangan dan penggunaan perangkat lunak komputer

9. Menjelaskan konsep basis data

10. Menyebutkan ciri-ciri dan penggunaan aplikasi basis data

11. Menjelaskan konsep otomasi perpustakaan

12. Menyebutkan manfaat dan tujuan otomasi


(30)

25

perpustakaan

13. Menganalisa ciri-ciri aplikasi otomasi perpustakaan

14. Menjelaskan konsep perpustakaan digital

15. Menyebutkan manfaat dan tujuan digitalisasi

perpustakaan

16. Menganalisa ciri-ciri dan penggunaan aplikasi perpustakaan digital

2. Aplikasi Teknologi Informasi (ATI) 2

1. Menggunakan program aplikasi basis data dalam kegiatan layanan

perpustakaan.

2. Menggunakan program aplikasi pengelolaan citra untuk kegiatan layanan perpustakaan.

3. Menggunakan program aplikasi sistem informasi perpustakaan.

1. Membuat tabel data kegiatan layanan perpustakaan dengan program Microsoft Access. 2. Membuat/form antar muka berbasis Ms. Access untuk pengelolaan data pada kegiatan layanan perpustakaan. 3. Membuat tabel data

kegiatan layanan perpustakaan dengan program PHPMyAdmin. 4. Menggunakan form antar

muka berbasis PHPMyAdmin untuk pengelolaan data pada kegiatan perpustakaan. 5. Menggunakan fungsi menu

program aplikasi photoshop

6. Mengolah citra/photo untuk kegiatan layanan perpustakaan.

7. Menggunakan program applikasi sistem informasi perpustakaan terotomasi. 8. Menggunakan program

applikasi sistem informasi perpustakaan digital. 9. Menggunakan program

applikasi sistem informasi perpustakaan terintegrasi.


(31)

26

3. Otomasi

Perpustakaan

1. Memahami konsep dasar otomasi perpustakaan

2. Memahami rancang bangun sistem sistem otomasi perpustakaan

1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik otomasi perpustakaan

2. Menjelaskan penerapan TI dalam sistem otomasi perpustakaan

3. Menjelaskan komponen yang diperlukan dlm otomasi perpustakaan 4. Menjelaskan aspek

manusia dalam otomasi perpustakaan

5. Menjelaskan Implementasi Otomasi Perpustakaan

Sumber: Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan Jurusan Ilmu Perpustakaan tahun 2009.

Dari gambaran tabel muatan kompetensi TI di atas dapat diketahui bahwa hanya 15 variabel atau baru sekitar 28,8% kompetensi sesuai dengan standar kompetensi LITA yang secara langsung dapat dipenuhi oleh kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan. Pada kategori pertama, pengetahuan umum komputer, beberapa variabel kompetensi yang terpenuhi meliputi: bagian komputer dan fungsinya, sistem operasi komputer, perangkat lunak aplikasi, konfigurasi dan penangan jaringan kabel dan nirkabel, software editing photo, dan membuat dan memelihara basis data. Variabel-variabel tersebut terdapat dalam mata kuliah ATI 1 dan 2 (lihat tabel 4.1 di atas).

Kategori kedua keterampilan yang berhubungan dengan internet. Pada kategori ini hanya ada 3 variabel yang dapat dipenuhi dan terdapat dalam mata kuliah ATI 2, diantaranya: membuat halaman WEB dengan Dreamweaver, penelusuran basis data online (seperti penggunaan operator Boolean pada EBSCO atau JSTOR), kemudian yang terakhir adalah penggunaan Blog.

Kategori ketiga adalah perangkat keras komputer. Dari 9 variabel yang secara langsung dibahas dalam topik khusus pada silabus maupun satuan acara perkuliahan tidak disebutkan secara tertulis. Pembahasan mengenai jenis-jenis perangkat keras seperti: kamera digital, video rekam digital, drive USB, proyektor/LCD, PDA,


(32)

27

komputer tablet, smartboard, e-book reader, dan MP3 player biasanya hanya dibahas sepintas pada mata kuliah ATI 1 pada sub topik perkembangan dan penggunaan perangkat keras komputer.

Katerogi terakhir, ke empat, mengenai produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan. Pada kategori ini kurang lebih hampir 50% terdapat dalam mata kuliah otomasi perpustakaan. Pembahasan yang secara langsung tertulis dalam salabus di antaranya: sistem perpustakaan terintegrasi, alat penelususan, managemen peminjaman antar perpustakaan, perencanaan teknologi perpustakaan, dan proposal otomasi perpustakaan. Selain itu, secara sepintas dibahas juga dalam mata kuliah ATI 1 dan 2.

Lebih jauh lagi, jika ditelusuri lewat beberapa mata kuliah yang lain, beberapa di antaranya ada beberapa variabel kompetensi yang secara tertulis diberikan sebagai topik pembahasan yang berkenaan dengan kompetensi TI ini. Di antaranya terdapat dalam mata kuliah Sistem Simpan dan Temu Kembali Informasi, Sistem Jaringan dan Kerja sama Perpustakaan, serta beberapa mata kuliah lainnya yang pada dasarnya dapat memasukan kompetensi TI secara terintegrasi dalam pokok-pokok pembahasannya.

B.Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Dalam kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah yang “wajib” diikuti oleh mahasiswa dengan bobot 2 sks. Melalui kegiatan ini para mahasiswa dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki dalam kegiatan nyata. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memberi mengevaluasi kegiatan perpustakaan dan dapat mengembangkan pengetahuan teoritis.


(33)

28

Kegiatan ini diarahkan kepada pelaksanaan program atau kegiatan-kegiatan praktis yang terkait dengan:

1. Disiplin ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi;

2. Teknik operasional profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi; 3. Pengelolaan, manajemen, dan administrasi layanan pusdokinfo;

4. Pemecahan masalah yang ditemui secara akademis; 5. Membangkitkan kemampuan kerja mahasiswa secara tim.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, antara lain: 1) memfasilitasi terwujudnya 4 pilar tujuan pembelajaran ( learning to know, learning to do, learning to be, leaerning to live together ); 2) mendorong pengembangan kerja sama dan jaringan perpustakaan dengan sesama pusdokinfo, PEMDA, LSM, lembaga/organisasi donor pengembangan sistem nasional perpustakaan sesuai dengan UU no, 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.

Berangkat dari tujuan di atas, maka pelaksanaan PKL untuk mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat dilakukan pada semua jenis perpustakaan, yakni Perpustakaan Umum, Perpsutakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Sekolah, Perpsutakaan Nasional atau Lembaga lain yang sejenis seperti pusat (layanan) dokumentasi dan pusat (layanan) informasi.

Kegitan PKL untuk periode tahun ajar 2012/2013 diikuti oleh 75 mahasiswa yang duduk di semester VI, dan 11 mahasiswa yang duduk pada semester VII dan IX.Dalam hal penelitian ini, penulis telah membatasi bahwa perolehan data dibatasi pada mahasiswa yang duduk di semester VI.

Kegiatan PKL mahasiswa semester VIdilaksanakan di beberapa tempat seperti digambarkan dalam tabel 4.2. Berdasarkan data yang ada pada tabel tersebut, lebih dari setengahnya atau sekitar 61,8% (42 mahasiswa) pelaksanaan PKL berada di


(34)

29

perpustakaan khusus. Kemudian sekitar 23,5% atau 16 mahasiswa melaksanakannya di perpustakaan perguruan tinggi, dan sisanya 14,7% (10 mahasiswa) melaksanakannya di perpustakaan umum.

Tabel 4.2

Tempat Pelakasanaan PKL Berdasarkan

Sumber: Data Primer Hasil Olah , 2013.

Secara umum, dari data yang diperoleh di atas menunjukan bahwa sebagian besar perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL adalah perpustakaan khusus yang ada di bawah naungan pemerintah baik itu yang sifatnya departemen maupun non-departemen yang notabene rata-rata sudah cukup mapan dalam pengelolaannya, terutama dalam penerapan teknologi informasi dalam tata kelolanya. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan ini bisa dijadikan landasan untuk menggambarkan kondisi riil penerapan teknologi informasi di perpustakaan yang ada di Indonesia.

C.Deskripsi Penerapan Kompetensi TI di Tempat PKL

Gambaran untuk penerapan kompetensi TI di tempat pelaksanaan PKL ini didapatkan dari hasi penyebaran kuesioner dengan jumlah pertanyaan sekitar 52 butir yang di bagi dalam 4 kategori: 1) pengetahuan umum komputer; 2) keterampilan yang berhubungan dengan internet; 3) perangkat keras komputer; dan 4) produk-produk yang


(35)

30

berhubungan dengan manajemen sistem otomasi perpustakaan. Berikut ini adalah jumlah dan prosentase hasil jawaban masing-masing kategori:

a. Pengetahuan Umum Komputer.

Tabel 4.3 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah , 2013.

Berdasarkan tabel 4.3diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan ada penerapan kompetensi bagian komputer dan fungsinya, dengan distribusi frekuensi sebanyak 89,7%atau sekitar 61 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapanhanya sebagian kecil 10,3% ( 7 responden). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI mengenai bagian-bagian komputer dan fungsinya.

Tabel 4.4 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh responden menyatakan ada penerapan kompetensi sistem operasi komputer, dengan frekuensi 68 responden atau


(36)

31

100%. Hal ini berarti bahwa seluruh perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI mengenai sistem operasi komputer.

Tabel 4.5 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh responden menyatakan ada penerapan kompetensi perangkat lunak aplikasi, dengan distribusi frekuensi sebanyak 98,5% atau sekitar 67 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hanya 1,5% (1 responden). Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI mengenai perangkat lunak aplikasi.

Tabel 4.6 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa data valid untuk penerapan kompetensi keamanan komputer sebanyak 86,6% atau sekitar 58 responden menyatakan ada. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hanya 13,4 % atau 9 responden, dan


(37)

32

1,5% atau 1 responden tidak menjawab. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam masalah keamanan komputer.

Tabel 4.7 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh responden menyatakan ada penerapan kompetensi penanganan masalah dasar komputer, dengan distribusi frekuensi sebanyak 86,8% atau sekitar 59 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hanya 13,2% atau sekitar 9 responden. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam penanganan masalah dasar komputer.

Tabel 4.8 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi penanganan dan pemeliharaan komputer lanjutan, dengan distribusi frekuensi sebanyak 63,2% atau sekitar 43 responden.


(38)

33

Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hampir setengahnya, yaitu sekitar36,8% (25 responden). Hal ini menunjukan bahwa lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI mengenai penanganan dan pemeliharaan komputer lanjutan.

Tabel 4.9 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi konfigurasi dan penanganan jaringan kabel dan nirkabel, dengan distribusi frekuensi sebanyak 63,2% atau sekitar 43 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hampir setengahnya, yaitu sekitar 36,8% (25 responden). Ini berarti bahwa lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam konfigurasi dan penanganan jaringan kabel dan nirkabel.

Tabel 4.10 Penerapan Kompetensi


(39)

34

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan ada penerapan kompetensi digitalisasi bahan tercetak, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 78,8% atau sekitar 52 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan hanya21,2% (14 responden). Ini berarti bahwa sebagian perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam kegiatan digitalisasi bahan tercetak.

Tabel 4.11 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah , 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan teknologi untuk melayani pengguna berkelainan, dengan distribusi frekuensi sebanyak 48,5% atau sekitar 32 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu51,5% (34 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL belum menerapkan kompetensi TI dalam melayani pengguna berkelainan.


(40)

35

Tabel 4.12 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi software permainan, dengan distribusi frekuensi yang valid sebanyak 43,9% atau sekitar 29 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 56,1% (37 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL tidak terlalu banyak menerapkan kompetensi TI untuk software permainan.

Tabel 4.13 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 1 responden (1,5%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk software editing photo, dengan


(41)

36

distribusi frekuensi valid sebanyak 58,2% atau sekitar 39 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 41,8% (28 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam penggunaan software editing photo.

Tabel 4.14 Penerapan Kompensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk membuat dan memelihara basisdata, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 71,2% atau sekitar 47 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 28,8% (19 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam membuat dan memelihara basisdata.

Tabel 4.15 Penerapan Kompetensi


(42)

37

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensidalam penggunaan bahasa scripting, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 47% atau sekitar 31 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 53% (35 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam menggunakan bahasa scripting.

Tabel 4.16 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 5 responden (7,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk bahasa pemograman orientasi objek, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 54% atau sekitar 34 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 46% (29 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam menggunakan bahasa pemograman orientasi objek.


(43)

38

Tabel 4.17 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 6 responden (8,8%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk administrasi server, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 80,6% atau sekitar 50 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 19,4% (12 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL telah menerapkan kompetensi TI dalam mengelola administrasi server.

Dari 15 variabel di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa seluruh perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL telah menerapkan kompetensi pengetahuan umum komputer. Selanjutnya, hampir seluruhnya,80% atau sekitar 12 variabel(lihat tabel 4.18) ada pada posisi frekuensi di atas 50%, dan hanya 3 variabel atau 20% yang berada pada posisi di bawahnya. Hal ini berarti bahwa pengetahuan umum komputer telah menjadi salah satu kompetensi yang sangat penting di tempat mahasiswa melaksanakan PKL.


(44)

39

Tabel 4.18 Penerapan Kompetensi Pengetahuan Umum Komputer

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2013.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan internet. Tabel 4.19

Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk membuat halaman web dengan menggunakan frontpage atau dreamweaver, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 42,4% atau sekitar 28 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 57,6% (38 responden). Hal ini berarti kurang dari

NO JENIS PENGETAHUAN F

1 Bagian komputer dan fungsinya (CPU, hard drive, RAM) 89,7% 2 Sistem operasi komputer (Microsoft Windows, dll) 100% 3 Perangkat lunak aplikasi (word, excel, power point, dll) 98,5% 4 Keamanan komputer (antivirus, anti-spyware) 85,3% 5 Penanganan masalah dasar komputer (kenapa printer tidak jalan,

kenapa komputer terkunci, dll)

86,8% 6 Penanganan dan pemeliharaan komputer lanjutan (installasi

software, bongkar pasang kabel/harddisk, dll)

63,2% 7 Konfigurasi dan penanganan jaringan kabel atau nirkabel 63,2% 8 Digitalisasi atau men-scan bahan tercetak 76,5% 9 Teknologi untuk layanan pengguna yang mempunyai kelainan

kemampuan

48,5%

10 Software permainan (Games) 43,9%

11 Software editing photo (Photoshop) 58,2% 12 Membuat dan memelihara basisdata (Ms. Access, atau MySOL) 71,2% 13 Bahasa Scripting (PHP, JavaScript) 47,0% 14 Bahasa pemograman orientasi objek (Visual Basic, Java) 54,0% 15 Administrasi Server (WEB server, network drives) 80,6%


(45)

40

setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam membuat halaman web dengan menggunakan front page atau dreamweaver.

Tabel 4.20 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 3 responden (4,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk membuat halaman web dengan menggunakan XHTML atau CSS, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 33,8% atau sekitar 22 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 66,2% (43 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam membuat halaman web dengan menggunakan XHTML atau CSS.

Tabel 4.21 Penerapan Kompetensi


(46)

41

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 5 responden (7,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk protokol internet, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 42,9% atau sekitar 27 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 57,1% (36 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI untuk protokol internet.

Tabel 4.22 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 3 responden (4,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk layanan referensi maya dengan YahooMesenger atau sejenisnya, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 60% atau sekitar 39 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 40% (26 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam layanan referensi maya dengan YahooMesenger atau sejenisnya.


(47)

42

Tabel 4.23 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi untuk skema metadata online, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 28,8% atau sekitar 19 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 71,2% (47 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI untuk skema metadata online.

Tabel 4.24 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 8 responden (11,8%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi bahasa pemograman XML, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 30% atau sekitar 18 responden. Sedangkan


(48)

43

yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 70% (42 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam bahasa pemograman XML.

Tabel 4.25 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi penelusuran basisdata online, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 48,5% atau sekitar 32 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 51,5% (34 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI untuk penelusuran basisdata online.

Tabel 4.26 Penerapan Kompetensi


(49)

44

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 3 responden (4,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi blog, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 50,8% atau sekitar 33 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 49,2% (32 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI blog.

Tabel 4.27 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 4 responden (5,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi WIKI, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 42,2% atau sekitar 27 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 57,8% (37 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam penggunaan WIKI.


(50)

45

Tabel 4.28 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 2 responden (2,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan lebih dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi mengenai situs jaringan sosial, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 74,2% atau sekitar 49 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan kurang dari setengahnya, yaitu 25,8% (17 responden). Hal ini berarti lebih dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI mengenai situs jaringan sosial.

Tabel 4.29 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 5 responden (27%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi penggunaan podcasting, dengan


(51)

46

distribusi frekuensi valid sebanyak 20% atau sekitar 17 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 73% (46 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI penggunaan podcasting.

Tabel 4.30 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 5 responden (7,4%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan teknologi RSS, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 19% atau sekitar 12 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 75% (51 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi teknologi RSS.

Tabel 4.31 Penerapan Kompetensi


(52)

47

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 6 responden (8,8%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensithin client, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 21% atau sekitar 13 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 79% (49 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI tentangthin client.

Tabel 4.32 Penerapan Kompetensi

Sumber: Data Primer Hasil Olah 2013.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 4 responden (5,9%) tidak memilih, hingga dapat dinyatakan bahwa data yang valid menunjukan kurang dari setengah responden menyatakan ada penerapan kompetensi kegiatan evaluasi validitas dan penanggung jawab WEB, dengan distribusi frekuensi valid sebanyak 35,9% atau sekitar 23 responden. Sedangkan yang menyatakan tidak ada penerapan lebih dari setengahnya, yaitu 64,1% (41 responden). Hal ini berarti kurang dari setengahnya perpustakaan tempat mahasiswa melaksanakan PKL menerapkan kompetensi TI dalam kegiatan evaluasi validitas dan penanggung jawab WEB.


(1)

132

Dari seluruh data hasil test uji dengan menggunan program SPPS 20, hampir seluruh butir pertanyaan (86%) telah valid, dan hanya 6 butir pertanyaan yang masih di bawah angka taraf signifikan 0,374, yaitu pada butir pertanyaan no. 2, 3, 5, 6, 12, dan 23. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam penelitian ini valid.

b. Hasil Uji Reabilitas

Uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dengan kriteria sebagai berikut (Bhuono: 2005, 72):

1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka instrumen tersebut reliabel; 2. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka instrumen tersebut tidak reliabel.

Berikut ini adalah hasil uji coba 15 butir pertanyaan yang diberikan terhadap 68 responden (lihat tabel di bawah ini).

Tabel 4. 177 Item-Total Statistics Butir Pertanyaan Scale

Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlatio n Squared Multiple Correlatio n Cronbach' s Alpha if

Item Deleted

Bagian Komputer dan

Fungsinya 47.46 21.503 .456 .642 .855

Sistem Operasi Komputer 47.14 22.659 .374 .578 .859 Perangkat Lunak Aplikasi 47.19 22.373 .335 .512 .860

Keamanan Komputer 47.21 22.205 .416 .369 .857

Penanganan Masalah

Dasar Komputer 47.58 20.855 .428 .396 .857

Penanganan dan Pemeliharaan Komputer Lanjutan

47.79 20.741 .498 .568 .853

Konfigurasi dan Penanganan Jaringan Kabel dan Nirkabel

47.77 19.536 .728 .713 .840

Digitalisasi atau Menscan

Bahan Tercetak 47.46 21.324 .424 .642 .857

Teknologi Untuk Melayani

Pengguna Berkelainan 47.75 19.296 .727 .743 .839

Software Permainan 48.40 20.459 .461 .464 .856

Software Editing Photo 47.86 22.087 .269 .367 .865 Membuat dan

Memelihara Basisdata 47.61 20.956 .582 .594 .849


(2)

133

Bahasa Pemograman

Orientasi Objek 47.77 20.322 .607 .505 .847

Administrasi Server 47.61 20.456 .532 .489 .851

Sumber: Data Primer hasil oleh 2013.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil cronbach alphaadalah 0.861 di atas 0.60. Hal ini berarti menunjukan riabilitas atau konstruk dari variabel mempunyai keandalan yang tinggi.


(3)

134

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerapan kompetensi TI di tempat PKL untuk pengetahuan komputer secara umum sangat tinggi ditunjukan dengan sekitar 80% perpustakaan telah menerapkan kompetensi tersebut berada di atas rata-rata 50%. Sedangkan untuk keterampilan yang berhubungan dengan internet masih sangat rendah yang ditunjukan dengan hanya 20% perpustakaan telah menerapkan kompetensi tersebut berada pada posisi di bawah rata-rata. Kemudian untuk kompetensi penggunaan prangkat keras komputer dan poduk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan termasuk dalam kategori cukup atau sedang dengan prosentasi masing-masing sekitar 55,6% dan 58,3% di atas rata-rata.

2. Kemampuan kompetensi TI mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan untuk pengetahuan komputer secara umum termasuk cukup/sedang dengan perolehan data sekitar 60% dari mahasiswa telah menguasai kompetensi tersebut di atas rata-rata 50%. Namun, untuk kompetensi keterampilan yang berhubungan dengan internet masih rendah yaitu sekitar 40% yang berada di atas rata-rata. Dalam hal kompetensi penggunaan perangkat keras komputer termasuk dalam kategori sangat tinggi, hal ini ditunjukan dengan 100% mahasiswa telah menguasai kompetensi tersebut di atas rata-rata. Dan, untuk kompetensi penggunaan produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan berada dalam kategori tinggi yaitu 66,7% telah berada di atas rata-rata.


(4)

135

3. Kebutuhan kompetensi TI mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan terhadap kompetensi-kompetensi yang ada sesuai dengan standar dari LITA ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukan dengan posisi perolehan data semua kompetensi berada di atas rata-rata 50%, yaitu: untuk pengetahuan komputer secara umum 93,3%; keterampilan yang berhubungan dengan internet 100%; perangkat keras komputer 100%; dan produk-produk yang berhubungan dengan otomasi perpustakaan 100%.

B. Saran

1. Perlu adanya penambahan muatan kompetensi TI dalam bentuk mata kuliah baru atau penambahan sks pada mata kuliah aplikasi teknologi informasi terutama yang berhubungan dengan masalah keterampilan Internet dalam kurikulum Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan standar Library and Information Technology Associations (LITA). 2. Perlu adanya integrasi kompetensi TI dalam beberapa mata kuliah keahlian ilmu

perpustakaan lainnya sebagai bentuk aplikasi yang tidak dapat dipisahkan dalam penerapan keilmuan kepustakawanan.

3. Perlu penegasan kembali tentang persyaratan tempat PKL di perpustakaan yang sudah dikelola oleh tenaga profesional yang telah memiliki kegiatan-kegiatan utama (pengadaan, pengolahan, dan pelayanan) berbasis teknologi informasi.


(5)

136

DAFTAR PUSTAKA

Ade Abdul Hak. 1999. “Internet dan Perpustakaan”. Al-Maktabah. Vol. 1., No. 2 (Oktober 1999). Hal.: 27-37.

Agung, Buono. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

American Library Assosiations. 2009. ALA’s Core Competencies of Librarianship. Chicago: ALA Council.

Babu, Ramesh. Dkk. 2007. ICT Skills among Librarians in Engineering Educational Institutions in Tamil Nadu”. DESIDOC Bulletin of Information Technology, Vol. 27, No. 6, November. Halaman: 57-79

Bilson, Sinamorang. 2004. Panduan Riset Prilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.

Blasius Sudarsono. 2009. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII).

Gerolimos, Michalis dan Rania Konsta. 2008. “Librarians’ skills and qualifications in

a modern informational environment”. Library Management. Library Management. Vol. 29 No. 8/9, 2008. Hal.: 691-699

Himma Dewiyana. 2006. “Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan: Paradigma Baru dan Dunia Kerja di Era Globalisasi Informasi”. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Vol. 2 No. 1., (Juni 2006). Diakses di

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15752/1/pus-jun2006-%20(3).pdf/

tgl. 21/3/2013.

Indonesia. Diknas. 2008. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Perguruan Tinggi: Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi.

Indonesia. Kemendiknas. 2000. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta: Kemendiknas RI. Diakses di http://www.dikti.go.id/files/atur/Kepmen232-U-2000PenyusunanKurikulum.pdf/

tgl. 20/3/2013.

Indonesia. Perpusnas. 2008. Undang-undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Cet. 2. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Kamba, Manir Abdullahi. 2011. “ICT Competency Framework for Library and Information Science Schools in Nigeria: The Need for Model Curriculum”.

International Journal of Library and Information Science. Vol. 3(4). Hal.: 68-80. Mustafa, B. 2012. Standar Kompetensi TI bagi Pustakawan. Lihat di

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/27626/. Diakses tgl. 7/3/2013.

Pedoman Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa. Jakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan, 2010.

Pemograman WEB. diaksest di http://id.wikipedia.org/wiki/Pemrograman_web# PERBEDAAN WEB_1.0.2C_WEB_2.0_dan_WEB_3.0 / tgl. 7/03/2012.

Gill, Suzanne L. 2002. “Tracking library skills in the curriculum”. Ohio Media Spectrum,; Vol. 54, No. 1. Winter 2002. Hal.: 21-23.

Saye, Jerry D. 2001. “The organization of electronic resources in the library and

information science curriculum”. OCLC Systems and Services. Vol. 17, No. 2; Hal.: 71-78.

Thompson, Susan. 2009. Core Technology Competencies for Librarians and Library Staff. New York: Neal-Schuman Publisher, Inc.


(6)

137

Titiek Kismiaty. 2000. Kompetensi Teknologi Informasi dalam Paradigma Baru Perpustakaan. Jakarta: Universitas Indonesia. Diakses di

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20250583&lokasi=lokal/ tgl. 21/3/2013.

William dan Sawyer. 2007. Using Information Technology: Pengantar Praktis Pengenalan Teknologi Informasi. Jakarta: Penerbit Andi.