BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
ASEAN Economic Community AEC atau yang lebih sering disebut
Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA akan terlaksana efektif mulai akhir tahun 2015. Kesepakatan pembentukan ASEAN Economic Community AEC yang
dirumuskan sejak 20 Nopember 2007, didasari oleh keinginan melakukan upaya- upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi antar negara-negara
Asia Tenggara, dengan saling membuka perekonomian guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. AEC memiliki lima pilar utama berupa aliran bebas
free flow yang mencakup barang goods, jasa service, investasi investment, tenaga kerja skilled labour, dan modal capital
www.ekonomi.kompasiana.com .
Integrasi ekonomi kawasan dipercaya dapat menumbuhkan satu pasar bebas yang dapat meningkatkan iklim kompetisi antar perusahaan kawasan
ASEAN. Kompetisi antar perusahaan tidak hanya berupa persaingan dalam menciptakan dan memasarkan produk-produknya dengan cara yang inovatif.
Kompetisi antar perusahaan kini mulai bergerak ke arah persaingan dalam menciptakan nilai perusahaan, yang merupakan bentuk persaingan dalam
memperoleh tambahan dana yang dapat menunjang operasinya. Dua diantara lima pilar utama AEC, yaitu aliran bebas investasi dan aliran bebas modal, diyakini
akan menjadi faktor pendorong meningkatnya iklim kompetisi antar perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dalam hal penciptaan nilai perusahaan. Suatu perusahaan sulit bertahan dalam perekonomian bebas, jika mengejar tujuan yang mengurangi nilai perusahaan
Brealey, et al., 2008:12, misalnya tujuan yang hanya berfokus untuk memperluas pangsa pasar, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap laba.
Bagi perusahaan-perusahaan skala besar, terutama yang telah go public, nilai perusahaan mencerminkan kekayaan para pemegang saham. Intinya,
kekayaan pemegang saham hanyalah jumlah lembar saham beredar yang dikalikan dengan harga pasar per lembar saham Brigham dan Houston, 2010:7. Jumlah
lembar saham beredar untuk segala maksud dan tujuan adalah hal yang telah ditentukan, sehingga apa yang sebenarnya menentukan kekayaan pemegang
saham adalah harga saham perusahaan Brigham dan Houston, 2010:8. Harga pasar saham adalah jumlah yang bersedia dibayar oleh investor
untuk saham perusahaan, ini tergantung pada kekuatan menangguk laba dari aset saat ini serta perkiraan profitabilitas investasi masa depan Brealey, et al.,
2008:165. Nilai pasar saham ditunjukkan melalui rasio harga pasar saham perusahaan terhadap nilai bukunya Price to Book Value – PBV, yang
memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor – yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas
yang aman serta terus mengalami pertumbuhan – dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah
Brigham dan Houston, 2010:151. Nilai perusahaan terdiri dari dua hal, yaitu penempatan aset dan pilihan
investasi masa depan Myers, 1977. Myers memperkenalkan Investment
Universitas Sumatera Utara
Opportunity Set IOS dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurutnya, IOS dapat memberikan petunjuk yang lebih luas di mana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa
yang akan datang. IOS merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif
Hasnawati, 2005. Signalling Theory menyatakan aktivitas investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan Wahyudi dan Pawestri, 2006. Nilai perusahaan bergantung pada peluangnya untuk
tumbuh, di mana, peluang ini bergantung pada kemampuannya untuk menarik modal Brigham dan Houston, 2010:6.
Aktivitas investasi perusahaan tentu sangat bergantung pada kecukupan dana yang dimiliki. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi cenderung
membelanjai pengeluaran investasi dengan modal sendiri untuk menghindari masalah underinvestment, yaitu tidak terlaksananya semua proyek investasi yang
bernilai positif oleh pihak manajer perusahaan Chen, 2004. Pecking Order Theory
menerangkan bahwa sumber pendanaan perusahaan dapat berasal dari internal maupun eksternal. Dana internal perusahaan berasal dari laba yang tidak
dibagi kepada pemegang saham dan memang dikhususkan bagi kegiatan investasi perusahaan, sedangkan dana eksternal dapat berasal dari penerbitan saham atau
hutang yang dipinjamkan oleh pihak luar seperti bank, dan investor dengan cara menerbitkan surat hutang obligasi. Perusahaan cenderung lebih memilih
menggunakan dana internal untuk membiayai aktivitasnya, jika dana eksternal
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan hutang, baru kemudian saham
sebagai usaha terakhir. Proporsi antara jumlah hutang dan modal saham yang digunakan
perusahaan untuk membelanjai investasi jangka panjangnya inilah yang disebut struktur modal. Struktur modal pada dasarnya tidak secara langsung dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Struktur modal yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila aktivitas investasi dan aktivitas operasi perusahaan juga
baik Sugihen, 2003. Aktivitas operasi yang baik dapat tercermin dari profitabilitas
perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki Shapiro, 1991, yang
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Profitabilitas penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang Hermuningsih, 2013.
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga para investor akan merespon positif sinyal tersebut dan berdampak pada meningkatnya
nilai perusahaan Sujoko dan Soebiantoro, 2007. Prospek yang baik dapat dinilai dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap
penyandang dana, baik berupa bunga hutang dan pelunasannya, maupun dividen sebagai pengembalian atas penyertaan modal pemegang saham. Mengacu pada
signalling theory , profitabilitas dianggap mampu mengintervensi pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Investment Opportunity Set IOS dan struktur modal terhadap nilai perusahaan,
karena profitabilitas dapat menggambarkan pertumbuhan dan struktur modal optimal yang dimiliki perusahaan.
Penelitian mengenai nilai perusahaan bukan merupakan hal yang baru. McConnell dan Muscarella 1985 membuktikan bahwa keputusan investasi
mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Investor senantiasa menyambut baik berita mengenai rencana investasi jangka panjang perusahaan
dan berdampak terhadap naiknya harga pasar saham. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Gupta dan Banga 2009 terhadap pengumuman
investasi yang dilakukan perusahaan dalam bursa efek India, hanya keputusan investasi skala besar yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga
pasar saham perusahaan. Di Indonesia, Hasnawati 2005 melakukan penelitian mengenai
dampak Investment Opportunity Set IOS terhadap nilai perusahaan publik, dan membuktikan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar
12,25, sisanya dipengaruhi oleh hal lain. Hasil penelitian tersebut kontras dengan hasil penelitian Safrida 2008 yang menunjukkan bahwa peluang
pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Modigliani dan Miller 1963 menghasilkan penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
dengan adanya manfaat dari bunga hutang dan dampaknya terhadap pajak penghasilan. Fama dan French 1998 mematahkan hasil penelitian Modigliani
Universitas Sumatera Utara
dan Miller tersebut. Mereka menemukan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, dan menyanggah semua hipotesis mengenai
pengaruh pajak terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Di Indonesia, Hermuningsih 2013 menghasilkan penelitian yang
konsisten dengan hasil penelitian Modigliani dan Miller, bahwa struktur modal secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Lain halnya
dengan hasil penelitian Hutahaean 2014 yang justru konsisten dengan hasil penelitian Fama dan French, bahwa struktur modal secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Pembuktian intervensi profitabilitas dalam pengaruh Investment
Opportunity Set IOS dan struktur modal terhadap nilai perusahaan memang
belum banyak dihasilkan. Kouser et al. 2012 menghasilkan penelitian yang membuktikan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap
pertumbuhan perusahaan, yang secara implisit dapat menggambarkan intervensi profitabilitas dalam pengaruh Investment Opportunity Set IOS terhadap nilai
perusahaan, sedangkan secara eksplisit, Simatupang 2011 membuktikan profitabilitas dapat mengintervensi pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM
Indonesia, menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur selalu mengalami tren peningkatan nilai realisasi investasi, serta menempati peringkat pertama selama
tahun 2011 – 2012 dengan nilai realisasi investasi dalam negeri terbesar dibanding sektor pertanian, pertambangan, dan jasa, sementara pada tahun 2013 sektor ini
Universitas Sumatera Utara
menempati urutan ke dua setelah sektor jasa di peringkat pertama. Tahun 2011 industri manufaktur memiliki nilai realisasi investasi dalam negeri sebesar Rp
38.533,8 miliar. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp 49.888,9 miliar, dan tetap mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi Rp 51.171,1
miliar. Data tersebut tersaji dalam Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Pemeringkatan Nilai Realisasi Investasi Dalam Negeri
Tahun 2011 – 2013 Rp miliar
No Sektor
2011 2012
2013
1 Pertanian dan Pertambangan 16.526,3
20.369,1 25.715,5
2 Manufaktur 38.533,8
49.888,9 51.171,1
3 Jasa 20.940,6
21.924,0 51.263,9
catatan : di luar sektor migas, perbankan, dan lembaga keuangan non bank sumber :
www.bkpm.go.id Sama halnya dengan nilai realisasi investasi dalam negeri, nilai realisasi
investasi yang berasal dari luar negeri untuk sektor industri manufaktur juga menempati peringkat pertama selama tahun 2012 – 2013, di mana terjadi
peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Nilai realisasi investasi luar negeri untuk sektor industri manufaktur pada tahun 2011
mencapai US 6.789,6 juta, meningkat menjadi US 11.770,0 juta pada tahun 2012, dan mencapai US 15.858,8 juta pada tahun 2013. Data tersebut tersaji
dalam Tabel 1.2 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Pemeringkatan Nilai Realisasi Investasi Luar Negeri
Tahun 2011 – 2013 US juta
No Sektor
2011 2012
2013
1 Pertanian dan Pertambangan 4.883,2
5.933,1 6.471,8
2 Manufaktur 6.789,6
11.770,0 15.858,8 3 Jasa
7.801,7 6.861,7
6.286,9 catatan : di luar sektor migas, perbankan, dan lembaga keuangan non bank
sumber : www.bkpm.go.id
Sektor industri manufaktur ditargetkan tumbuh 6,8 pada tahun 2015, atau naik signifikan dari pertumbuhan tahun 2014 yang hanya mencapai angka
5,7. Pertumbuhan sektor industri manufaktur tahun 2015 diperkirakan membutuhkan investasi senilai Rp 270 triliun dari dalam maupun luar negeri
www.kemenperin.go.id . Realitas bahwa sektor industri manufaktur menyerap
investasi modal dalam negeri dan asing terbanyak selama tahun 2011 – 2013 serta memiliki proyeksi pertumbuhan yang signifikan di tahun 2015, membuktikan
bahwa sektor ini sangat diminati oleh investor dalam negeri maupun luar negeri. Ketertarikan investor terhadap sektor industri manufaktur seharusnya menjadi
motivasi setiap manajemen perusahaan untuk senantiasa memperbaiki strategi keuangannya agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Fenomena pertumbuhan sektor industri manufaktur di Indonesia yang diikuti dengan tren pertumbuhan investasinya, serta adanya kenyataan bahwa pada
tahun 2015 seluruh industri dalam negeri akan menghadapi persaingan ketat dengan industri negara-negara ASEAN dalam AEC, menarik perhatian peneliti
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh startegi keuangan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset terhadap nilai perusahaan
Universitas Sumatera Utara
publik sektor industri manufaktur di Indonesia. Ketertarikan peneliti didukung dengan bukti-bukti adanya ketidak-konsistenan antar hasil penelitian sebelumnya,
dengan topik nilai perusahaan yang menggunakan variabel-variabel sejenis. Peneliti mereplikasi penelitian yang dilakukan Hermuningsih 2013 yang
berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”, dengan struktur modal
sebagai variabel intervensi, sedangkan penelitian ini berjudul “Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set IOS dan Struktur
Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013”.
1.2 Rumusan Masalah