Landasan Teori Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Theory Agency theory menjelaskan hubungan atau kontrak antara principal dengan agent Anthony dan Govindarajan, 2005:269. Jensen dan Meckling 1976 mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak di mana satu orang atau lebih principal menyuruh orang lain agent untuk melakukan tindakan atas namanya dan mendelegasikan sebagian wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang investor dengan pihak yang menerima wewenang manajer. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal, namun menurut teori ini hubungan antara principal dengan agent pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya tujuan yang saling bertentangan. Masalah keagenan dapat terjadi dalam dua bentuk hubungan, yaitu 1 pemegang saham dengan manajer pemegang saham sebagai principal, manajer sebagai agent; dan 2 kreditor dengan pemegang saham kreditor sebagai principal, pemegang saham sebagai agent. Hubungan pemegang saham dengan manajer disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan Universitas Sumatera Utara kontrol. Hubungan antara pemegang saham dengan kreditor disebabkan oleh adanya dana kreditor yang digunakan pemegang saham untuk mendanai proyek perusahaan di bawah kendali manajer Sugihen, 2003. Masalah keagenan dalam hubungan pemegang saham dengan manajer potensial terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 Masdupi, 2005, sehingga membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang berarti memaksimalkan nilai pemegang saham. Konflik kepentingan ini dapat dikurangi dengan beberapa cara Bathala, et al ., 1994, antara lain : a. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen insider ownership b. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih c. Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang d. Kepemilikan saham oleh institusi institutional holdings Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang di lain pihak akan menimbulkan konflik kepentingan antara kreditor dengan pemegang saham. Konflik ini dapat terjadi karena hutang berisiko risky debt, di mana ada kemungkinan kreditor tidak menerima jumlah pembayaran penuh sesuai dengan perjanjian sebelum atau pada tanggal jatuh tempo, misalnya bila perusahaan mengalami kegagalan Sugihen, 2003. Konflik kepentingan antara kreditor, pemegang saham, dan manajer timbul sebagai akibat dari keputusan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan salah satu pihak, Universitas Sumatera Utara yang akan mengurangi kesejahteraan pihak lainnya Jensen dan Meckling, 1976. 2.1.2 Asymmetric Information Asymmetric information adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda yang lebih baik mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor Brigham dan Houston, 1999:35. Asymmetric information terdiri dari dua tipe Scott, 2004:8, yaitu : a. Adverse Selection, timbul karena manajer perusahaan dan pihak dalam insiders memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi terkini atau prospek mendatang perusahaan dibanding dengan investor sebagai pihak luar. b. Moral Hazard, timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan ciri entitas bisnis besar. Sesuai konsep efficient market hypothesis, adanya asymmetric information membuat pasar merespon lemah terhadap penawaran nilai perusahaan. Perusahaan dengan pengungkapan informasi yang tidak lengkap dianggap memiliki informasi buruk, sehingga akan mengalami penurunan nilai. Perusahaan perlu memberikan signal kepada investor tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan, karena mengurangi ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan Wolk, et al., 2003:294. Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Signalling Theory Signalling theory didasarkan pada asumsi bahwa manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai peluang investasi perusahaan daripada investor dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk para pemegang saham Myers, 1984. Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan Bigham dan Houston, 2001:36. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi Jogiyanto, 2000:392. Informasi akuntansi yang dipublikasikan merupakan bentuk signal manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan, karena menggambarkan strategi keuangan perusahaan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset. Tujuan akhir dari strategi keuangan tersebut adalah menciptakan nilai perusahaan, yang berarti juga menciptakan nilai bagi pemegang saham. Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Peningkatan harga saham mengirimkan signal positif dari investor kepada manajemen Brealey, et al., 2008:46. 2.1.4 Nilai Perusahaan Perseroan perusahaan adalah bisnis yang diatur sebagai badan hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham Brealey, et al., 2008:8. Universitas Sumatera Utara Usaha ini dipisah dan dibedakan dari pemilik pemegang saham dan manajernya Brigham dan Houston, 2010:6. Tujuan utama manajemen adalah maksimalisasi kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan risiko dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan Brigham dan Houston, 2010:7. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham merupakan cerminan dari usaha maksimalisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi Hermuningsih, 2013. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya Sujoko dan Soebiantoro, 2007. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki Wahyudi dan Pawestri, 2006. Harga pasar saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan closing price, karena dapat menggambarkan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar. Haga pasar saham dapat diukur dengan menggunakan rasio Price to Book Value PBV untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan Sukirni, 2012. PBV diperoleh dengan membandingkan harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Idealnya, harga pasar saham jika dibagi Universitas Sumatera Utara dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan Tandelilin, 2010:323. Menurut konsep dasar Efficient Market Hypothesis EMH, harga saham mencerminkan nilai perusahaan bila pasar modal dalam keadaan efisien. Pasar yang efisien dapat menunjukkan harga saham yang mencerminkan keseluruhan informasi yang tersedia, berupa laporan tahunan perusahaan, pembagian dividen, pemecahan saham, laporan para analis pasar modal, dan sebagainya. Hal ini berarti informasi akuntansi dalam arti bentuk dan isinya, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari strategi keuangan perusahaan dalam keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset, dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap nilai perusahaan. 2.1.5 Investment Opportunity Set IOS Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi Purnamasari, et al., 2009. Keputusan investasi dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Keputusan investasi juga disebut dengan keputusan penganggaran modal, karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan Brealey, et al., 2008:4. Universitas Sumatera Utara Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang investasi Wahyudi dan Pawestri, 2006. Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh suatu keputusan investasi Fama, 1978, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi Hasnawati, 2005. Investment Opportunity Set IOS merupakan hasil dari pilihan- pilihan untuk membuat investasi di masa mendatang Smith dan Watts, 1992. IOS menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan, yang merupakan keinginan pihak manajemen, investor, dan kreditor Dadri, 2011. IOS merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di masa yang akan datang dengan nilaireturnprospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menghasilkan nilai perusahaan Hasnawati, 2005. Tiga proksi IOS yang banyak digunakan dalam penelitian Hasnawati, 2005 adalah : 1. Proksi IOS berbasis harga 2. price based proxies mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga-harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki assets in place. Proksi IOS berbasis investasi 3. investment based proxies menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan Kallapur dan Trombley, 1999. Perusahaan dengan IOS tinggi akan memiliki investasi yang tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa aktivitas investasi modal yang diukur dengan ratio capital expenditures to assets sebagai proksi IOS mempunyai hubungan positif dengan realisasi pertumbuhan. Proksi IOS berbasis varian variance measure mendasarkan pada ide pilihan akan menjadi lebih bernilai sehingga variabilitas dari return dengan dasar pada peningkatan aset. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini menggunakan lima rasio yang berbasis harga dan investasi. Rasio berbasis harga yang digunakan adalah : a. Market to Book Value of Asset MVBVA Rasio ini mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi rasio MVBVA semakin besar asset perusahaan yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. b. Market to Book Value of Equity MVBVE Rasio ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan, semakin tinggi rasio MVBVE maka perusahaan akan memiliki return saham yang tinggi. c. Earning to SharePrice EP Rasio ini merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Rasio berbasis investasi yang digunakan terdiri dari : a. Capital Expenditure to Book Value of Asset CABVA Rasio ini menunjukkan jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya. b. Capital Expenditure to Market Value of Assets CAMVA Rasio ini menunjukkan adanya investasi produktif yang tercermin dari peningkatan nilai pasar aset perusahaan. Universitas Sumatera Utara 2.1.6 Teori Struktur Modal Tanggung jawab utama ke dua manajer keuangan adalah menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi suatu perusahaan Brealey, et al., 2008:6. Teori struktur modal menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan terkait dengan menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan Safrida, 2008. Keputusan pendanaan eksternal dengan melibatkan hutang dan modal saham mengandung risiko yang mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin besar risiko bisnis, maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan dengan pendanaan melalui saham biasa. Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas Horne dan Wachowicz, 2007:200. Penelitian Modigliani dan Miller pada tahun 1958 menyimpulkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena adanya pasar modal yang sempurna, dengan berdasarkan serangkaian asumsi, yaitu tidak adanya biaya pialang, tidak ada pajak, tidak ada biaya kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, dan EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil penelitian ini kemudian dikembangkan dan menghasilkan temuan baru. Tahun 1963, Modigliani dan Universitas Sumatera Utara Miller mempublikasikan bahwa peraturan perpajakan yang memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan, mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Brigham dan Houston, 2001:39 terdiri dari : a. Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang. c. Leverage Operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil. d. Tingkat Pertumbuhan Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang. Selain faktor-faktor yang dikemukakan Brigham dan Houston, biaya kebangkrutan dan biaya agency turut menjadi hal yang diperhitungkan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan yang dominan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternalnya akan menghadapi kemungkinan financial distress yang tinggi, sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan, laba operasi, nilai saham, nilai hutang, dan meningkatkan biaya kebangkrutan Sugihen, 2003. Biaya agency berkaitan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar manajemen bekerja secara Universitas Sumatera Utara optimal bagi kepentingan pemegang saham, seperti insentif dan biaya monitoring . Mengacu pada pendekatan Modigliani dan Miller dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar Safrida, 2008. Nilai sekarang dari biaya kebangkrutan dan biaya agency di lain pihak dapat mengakibatkan turunnya nilai perusahaan yang memiliki leverage Sartono, 2001:246. Teori trade-off dari leverage menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi Brigham dan Houston, 2001:34. Sudut pandang lain dikemukakan Myers 1984 dalam pecking order theory . Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan- perusahaan yang profitable umumnya meninjam dalam jumlah sedikit. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar, sehingga harus menggunakan lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil Brigham dan Houston, 2001:33. Asimetri informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order theory , sehingga cenderung mendorong perilaku pecking order theory Myers, 1984. Para manajer mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas, dengan menerbitkan sekuritas Universitas Sumatera Utara yang berisiko paling kecil. Pecking order cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko, dan hutang dianggapmemiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan modal saham. 2.1.7 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi Brigham dan Houston, 2010:146. Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Dana yang diperoleh perusahaan, baik dari kreditor maupun investor, utamanya ditujukan bagi kegiatan investasi perusahaan. Investasi perusahaan tentunya berdampak terhadap peningkatan jumlah aset perusahaan, untuk itu efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset oleh manajemen sangat penting, agar perusahaan dapat memaksimalkan kemampuan aset dalam menghasilkan laba. Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup going concern perusahaan dalam jangka panjang, berarti perusahaan tersebut memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya, karena dengan memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan pemegang saham melalui dividen. Kedua signal tersebut akan direspon secara positif oleh investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara Profitabilitas perusahaan diukur melalui rasio-rasio yang terdiri dari Brigham dan Houston, 2010:146 : a. Margin laba atas penjualan Rasio ini mengukur laba bersih per penjualan, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan. b. Pengembalian atas total aset Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. c. Rentabilitas Basic Earning Power Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi laba operasi terhadap total aset. d. Pengembalian atas ekuitas biasa Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas biasa.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 27

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 19