Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

(1)

SKRIPSI

INTERVENSI PROFITABILITAS DALAM PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DAN STRUKTUR MODAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR

DI INDONESIA TAHUN 2011-2013

OLEH

MONICA SUCIATI KURNIAWAN 110503144

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2015

Monica Suciati Kurniawan NIM. 110503144


(3)

ABSTRAK

INTERVENSI PROFITABILITAS DALAM PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DAN STRUKTUR MODAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PUBLIK SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR

DI INDONESIA TAHUN 2011-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai intervensi profitabilitas dalam pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan strktur modal terhadap nilai perusahaan publik sektor industri manufaktur di Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun 2011, 2012, dan 2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 63 perusahaan. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

Variabel yang digunakan adalah Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal sebagai variabel independen, nilai perusahaan sebagai variabel dependen, dan profitabilitas sebagai variabel intervening. Pengujian hipotesis pertama sampai hipotesis ke lima, pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap profitabilitas, pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas, pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan, pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan, dan pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, menggunakan regresi linear sederhana. Pengujian hipotesis ke enam, pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas menggunakan regresi linear model Baron dan Kenny.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, sementara struktur modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh parsial secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan terhadap nilai perusahaan publik sektor industri manufaktur di Indonesia melalui intervensi profitabilitas.

Kata kunci : Investment Opportunity Set (IOS), struktur modal, profitabilitas, nilai perusahaan


(4)

ABSTRACT

INTERVENTION PROFITABILITY ON THE EFFECT OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) AND CAPITAL STRUCTURE ON THE

PUBLIC MANUFACTURING FIRM VALUE IN INDONESIA FOR THE PERIOD 2011-2013

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about intervention profitability on the effect of Investment Opportunity Set (IOS) and capital structure on the public manufacturing firm value in Indonesia. The population of this study are all companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period of the study in 2011, 2012, and 2013. The sample was selected using purposive sampling method totaling 63 companies. Data obtained from the publication of the Indonesia Stock Exchange on corporate data, company performance reports, financial statements and annual reports, as well as reference books, the Internet articles, and the scientific literatures related to the study.

The variables used are the Investment Opportunity Set (IOS) and capital structure as an independent variable, the value of the company as the dependent variable, and profitability as an intervening variable. The first hypothesis to fift hypothesis, the effect of Investment Opportunity Set (IOS) on profitability, the effect of capital structure on profitability, the effect of Investment Opportunity Set (IOS) on firm value, the effect of capital structure on firm value, and the effect of profitability on firm value, was used simple linear regression. The sixth hypothesis, the effect of Investment Opportunity Set (IOS) and capital structure on firm value through profitability intervention was used linear regression models Baron and Kenny.

These results prove that the Investment Opportunity Set (IOS) has a positive and significant effect on profitability, while capital structure does not affect the profitability. Investment Opportunity Set (IOS) and the capital structure have a positive and significant partial direct effect on the firm value. Profitability has a positive and significant effect on firm value. Investment Opportunity Set (IOS) has an indirect and significant effect on the public manufacturing firm value in Indonesia through the intervention of profitability.

Keywords : Investment Opportunity Set (IOS), capital structure, profitability, firm value


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya, ter-khusus dalam perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan bimbingan selama masa perkuliahan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Acc., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarief, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Dra. Nurzaimah, MM., Ak., CA, selaku Dosen Pembaca Penilai penulis yang banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM., Ak., CA, selaku Atasan penulis

selama bekerja di Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Sumatera Utara yang banyak memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan studi S1 ini. 7. Ayahanda tercinta, Bapak Drs. Paulus Setiadi Kurniawan, Med., SE, dan Ibu

tercinta, Ibu Laurensia Danny Liliana yang telah memberikan dukungan material dan moril dengan penuh kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi S1 ini.

8. Adik tersayang, Monita Suciati Kurniawan yang telah memberikan dukungan moril dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

9. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan material dan moril dengan penuh kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi S1 ini.

10. Sahabat tersayang (Agnes, Danny, Meini, Surya, dan Stella), sahabat enci-enci (Evelyn, Mery, dan Winny), sahabat Geng Sabo (Agung, Anastasya, Evi, Feisal, Gary, Khaterine, Lisbeth, Topan, Sandey, Surya, dan Yenni), teman-teman Geng Malaysia (Angel, Anita, Desi, Febri, Geloria, Moia, Sinar, dan Tanti), dan teman-teman S1 Akuntansi stambuk 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan, memberi semangat, dan menghibur selama ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, Maret 2015

Monica Suciati Kurniawan NIM. 110503144


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 9

1.3 Tujuan Penelitian ……… 10

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 12

2.1 Landasan Teori ……… 12

2.1.1 Agency Theory ...……… 12

2.1.2 Asymmetric Information……… 14

2.1.3 Signalling Theory ....……….. 15

2.1.4 Nilai Perusahaan ... 15

2.1.5 Investment Opportunity Set (IOS) ………. 17

2.1.6 Teori Struktur Modal ...……….… 20

2.1.7 Profitabilitas …...………. 23

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. 24

2.3 Kerangka Konseptual ……….. 33

2.4 Hipotesis Penelitian ………. 38

BAB III METODE PENELITIAN ………. 39

3.1 Jenis Penelitian ……… 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 39

3.3 Batasan Operasional ……… 39

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………. 40

3.4.1 Variabel Independen ………. 40

3.4.2 Variabel Dependen……… 42

3.4.3 Variabel Intervensi ... 43

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ………. 44

3.6 Jenis dan Sumber Data………. 45

3.7 Metode Pengumpulan Data ……… 45

3.8 Teknik Analisis Data ……….. 45

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 45

3.8.2 Analisis Faktor ...………. 46

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 46


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 55

4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ...……… 55

4.2 Hasil Penelitian……… 56

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 56

4.2.2 Analisis Faktor ..……… 59

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 64

4.2.3.1 Uji Normalitas ...………. 64

4.2.3.2 Uji Multikolonieritas ...………. 70

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 73

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 75

4.2.4 Uji Hipotesis ... 77

4.2.4.1 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 77

4.2.4.2 Analisis Regresi Linear Model Baron dan Kenny ... 85

4.3 Pembahasan ………. 95

4.3.1 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Profitabilitas ...… 95

4.3.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas ……….… 96

4.3.3 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan …... 96

4.3.4 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan....…… 98

4.3.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ... 99

4.3.6 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Melalui Intervensi Profitabilitas ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 102

5.1 Kesimpulan……….. 102

5.2 Saran……… 103

DAFTAR PUSTAKA……… 104


(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Tahun

2011-2013 (Rp Milyar)………... 7

1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Tahun 2011-2013 (US$ Juta)……… 8

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu……… 28

3.1 Definisi dan Pengukuran Variabel ... 43

3.2 Proses Pengambilan Sampel ...……… 44

4.1 Statistik Deskriptif Penelitian……… 56

4.2 Measure of Sampling Adequacy (1) ……….. 60

4.3 Nilai Korelasi Proksi Investment Opportunity Set (IOS) (1) … 61 4.4 Measure of Sampling Adequacy (1) ……….. 62

4.5 Hasil Analisis Faktor ...……… 63

4.6 Statistik Deskriptif Factor Score ... 63

4.7 Hasil Statistik Uji Normalitas Persamaan (2) ... 67

4.8 Hasil Statistik Uji Normalitas Persamaan (4) ... 70

4.9 Matriks Coefficient Correlations Persamaan (2) ... 71

4.10 Nilai Tolerance dan VIF Persamaan (2) ... 71

4.11 Matriks Coefficient Correlations Persamaan (4) ... 72

4.12 Nilai Tolerance dan VIF Persamaan (4) ... 73

4.13 Uji Durbin-Watson Persamaan (2) ... 76

4.14 Uji Durbin-Watson Persamaan (4) ... 77

4.15 Uji-t Persamaan (1) ... 78

4.16 Penolakan Variabel Persamaan (1) ... 80

4.17 Uji Koefisien Determinasi Persamaan (1) ... 81

4.18 Uji-t Persamaan (2) ... 82

4.19 Penolakan Variabel Persamaan (2) ... 84

4.20 Uji Koefisien Determinasi Persamaan (2) ... 84

4.21 Nilai Hitung Signifikansi Pengujian Ke Tiga ... 86

4.22 Uji-t Pengujian Ke Tiga ... 87

4.23 Uji Koefisien Determinasi Pengujian Ke Tiga (1) ... 88

4.24 Uji-t Pengujian Ke Empat ... 89

4.25 Penolakan Variabel Pengujian Ke Empat ... 91

4.26 Uji Koefisien Determinasi Pengujian Ke Empat ... 91

4.27 Ringkasan Uji Hipotesis ... 93


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ………. 37

4.1 Kurva Histogram Uji Normalitas Persamaan (2) ...… 65

4.2 Normal Probability Plot Persamaan (2) ...……. 66

4.3 Kurva Histogram Uji Normalitas Persamaan (2) ... 68

4.4 Normal Probability Plot Persamaan (2) ... 69

4.5 Scatterplot Persamaan (2) ...……… 74


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Proses Pengambilan Sampel ... 107 2 Data MV/BVA, MV/BVE, E/P, CA/BVA, CA/BVA,

DER, ROA, dan PBV Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013 ... 110 3 Data Hasil Pengolahan SPSS ………. 115


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

ASEAN Economic Community (AEC) atau yang lebih sering disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terlaksana efektif mulai akhir tahun 2015. Kesepakatan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) yang dirumuskan sejak 20 Nopember 2007, didasari oleh keinginan melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi antar negara-negara Asia Tenggara, dengan saling membuka perekonomian guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. AEC memiliki lima pilar utama berupa aliran bebas (free flow) yang mencakup barang (goods), jasa (service), investasi (investment), tenaga kerja (skilled labour), dan modal (capital)

Integrasi ekonomi kawasan dipercaya dapat menumbuhkan satu pasar bebas yang dapat meningkatkan iklim kompetisi antar perusahaan kawasan ASEAN. Kompetisi antar perusahaan tidak hanya berupa persaingan dalam menciptakan dan memasarkan produk-produknya dengan cara yang inovatif. Kompetisi antar perusahaan kini mulai bergerak ke arah persaingan dalam menciptakan nilai perusahaan, yang merupakan bentuk persaingan dalam memperoleh tambahan dana yang dapat menunjang operasinya. Dua diantara lima pilar utama AEC, yaitu aliran bebas investasi dan aliran bebas modal, diyakini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya iklim kompetisi antar perusahaan


(14)

dalam hal penciptaan nilai perusahaan. Suatu perusahaan sulit bertahan dalam perekonomian bebas, jika mengejar tujuan yang mengurangi nilai perusahaan (Brealey, et al., 2008:12), misalnya tujuan yang hanya berfokus untuk memperluas pangsa pasar, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap laba.

Bagi perusahaan-perusahaan skala besar, terutama yang telah go public, nilai perusahaan mencerminkan kekayaan para pemegang saham. Intinya, kekayaan pemegang saham hanyalah jumlah lembar saham beredar yang dikalikan dengan harga pasar per lembar saham (Brigham dan Houston, 2010:7). Jumlah lembar saham beredar untuk segala maksud dan tujuan adalah hal yang telah ditentukan, sehingga apa yang sebenarnya menentukan kekayaan pemegang saham adalah harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:8).

Harga pasar saham adalah jumlah yang bersedia dibayar oleh investor untuk saham perusahaan, ini tergantung pada kekuatan menangguk laba dari aset saat ini serta perkiraan profitabilitas investasi masa depan (Brealey, et al., 2008:165). Nilai pasar saham ditunjukkan melalui rasio harga pasar saham perusahaan terhadap nilai bukunya (Price to Book Value – PBV), yang memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor – yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan – dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham dan Houston, 2010:151).

Nilai perusahaan terdiri dari dua hal, yaitu penempatan aset dan pilihan investasi masa depan (Myers, 1977). Myers memperkenalkan Investment


(15)

Opportunity Set (IOS) dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurutnya, IOS dapat memberikan petunjuk yang lebih luas di mana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. IOS merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif (Hasnawati, 2005). Signalling Theory menyatakan aktivitas investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan bergantung pada peluangnya untuk tumbuh, di mana, peluang ini bergantung pada kemampuannya untuk menarik modal (Brigham dan Houston, 2010:6).

Aktivitas investasi perusahaan tentu sangat bergantung pada kecukupan dana yang dimiliki. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi cenderung membelanjai pengeluaran investasi dengan modal sendiri untuk menghindari masalah underinvestment, yaitu tidak terlaksananya semua proyek investasi yang bernilai positif oleh pihak manajer perusahaan (Chen, 2004). Pecking Order Theory menerangkan bahwa sumber pendanaan perusahaan dapat berasal dari internal maupun eksternal. Dana internal perusahaan berasal dari laba yang tidak dibagi kepada pemegang saham dan memang dikhususkan bagi kegiatan investasi perusahaan, sedangkan dana eksternal dapat berasal dari penerbitan saham atau hutang yang dipinjamkan oleh pihak luar seperti bank, dan investor dengan cara menerbitkan surat hutang (obligasi). Perusahaan cenderung lebih memilih menggunakan dana internal untuk membiayai aktivitasnya, jika dana eksternal


(16)

dibutuhkan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan hutang, baru kemudian saham sebagai usaha terakhir.

Proporsi antara jumlah hutang dan modal saham yang digunakan perusahaan untuk membelanjai investasi jangka panjangnya inilah yang disebut struktur modal. Struktur modal pada dasarnya tidak secara langsung dapat meningkatkan nilai perusahaan. Struktur modal yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan apabila aktivitas investasi dan aktivitas operasi perusahaan juga baik (Sugihen, 2003).

Aktivitas operasi yang baik dapat tercermin dari profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki (Shapiro, 1991), yang merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Profitabilitas penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang (Hermuningsih, 2013). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga para investor akan merespon positif sinyal tersebut dan berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Prospek yang baik dapat dinilai dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap penyandang dana, baik berupa bunga hutang dan pelunasannya, maupun dividen sebagai pengembalian atas penyertaan modal pemegang saham. Mengacu pada signalling theory, profitabilitas dianggap mampu mengintervensi pengaruh


(17)

Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal terhadap nilai perusahaan, karena profitabilitas dapat menggambarkan pertumbuhan dan struktur modal optimal yang dimiliki perusahaan.

Penelitian mengenai nilai perusahaan bukan merupakan hal yang baru. McConnell dan Muscarella (1985) membuktikan bahwa keputusan investasi mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Investor senantiasa menyambut baik berita mengenai rencana investasi jangka panjang perusahaan dan berdampak terhadap naiknya harga pasar saham. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Gupta dan Banga (2009) terhadap pengumuman investasi yang dilakukan perusahaan dalam bursa efek India, hanya keputusan investasi skala besar yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga pasar saham perusahaan.

Di Indonesia, Hasnawati (2005) melakukan penelitian mengenai dampak Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan publik, dan membuktikan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sisanya dipengaruhi oleh hal lain. Hasil penelitian tersebut kontras dengan hasil penelitian Safrida (2008) yang menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Modigliani dan Miller (1963) menghasilkan penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan adanya manfaat dari bunga hutang dan dampaknya terhadap pajak penghasilan. Fama dan French (1998) mematahkan hasil penelitian Modigliani


(18)

dan Miller tersebut. Mereka menemukan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, dan menyanggah semua hipotesis mengenai pengaruh pajak terhadap keputusan pendanaan perusahaan.

Di Indonesia, Hermuningsih (2013) menghasilkan penelitian yang konsisten dengan hasil penelitian Modigliani dan Miller, bahwa struktur modal secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Lain halnya dengan hasil penelitian Hutahaean (2014) yang justru konsisten dengan hasil penelitian Fama dan French, bahwa struktur modal secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Pembuktian intervensi profitabilitas dalam pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal terhadap nilai perusahaan memang belum banyak dihasilkan. Kouser et al. (2012) menghasilkan penelitian yang membuktikan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap pertumbuhan perusahaan, yang secara implisit dapat menggambarkan intervensi profitabilitas dalam pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan, sedangkan secara eksplisit, Simatupang (2011) membuktikan profitabilitas dapat mengintervensi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.

Data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia, menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur selalu mengalami tren peningkatan nilai realisasi investasi, serta menempati peringkat pertama selama tahun 2011 – 2012 dengan nilai realisasi investasi dalam negeri terbesar dibanding sektor pertanian, pertambangan, dan jasa, sementara pada tahun 2013 sektor ini


(19)

menempati urutan ke dua setelah sektor jasa di peringkat pertama. Tahun 2011 industri manufaktur memiliki nilai realisasi investasi dalam negeri sebesar Rp 38.533,8 miliar. Nilai tersebut meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp 49.888,9 miliar, dan tetap mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi Rp 51.171,1 miliar. Data tersebut tersaji dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Pemeringkatan Nilai Realisasi Investasi Dalam Negeri Tahun 2011 – 2013

(Rp miliar)

No Sektor 2011 2012 2013

1 Pertanian dan Pertambangan 16.526,3 20.369,1 25.715,5

2 Manufaktur 38.533,8 49.888,9 51.171,1

3 Jasa 20.940,6 21.924,0 51.263,9

catatan : di luar sektor migas, perbankan, dan lembaga keuangan non bank

sumber :

Sama halnya dengan nilai realisasi investasi dalam negeri, nilai realisasi investasi yang berasal dari luar negeri untuk sektor industri manufaktur juga menempati peringkat pertama selama tahun 2012 – 2013, di mana terjadi peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Nilai realisasi investasi luar negeri untuk sektor industri manufaktur pada tahun 2011 mencapai US$ 6.789,6 juta, meningkat menjadi US$ 11.770,0 juta pada tahun 2012, dan mencapai US$ 15.858,8 juta pada tahun 2013. Data tersebut tersaji dalam Tabel 1.2 di bawah ini.


(20)

Tabel 1.2

Pemeringkatan Nilai Realisasi Investasi Luar Negeri Tahun 2011 – 2013

(US$ juta)

No Sektor 2011 2012 2013

1 Pertanian dan Pertambangan 4.883,2 5.933,1 6.471,8

2 Manufaktur 6.789,6 11.770,0 15.858,8

3 Jasa 7.801,7 6.861,7 6.286,9

catatan : di luar sektor migas, perbankan, dan lembaga keuangan non bank

sumber :

Sektor industri manufaktur ditargetkan tumbuh 6,8% pada tahun 2015, atau naik signifikan dari pertumbuhan tahun 2014 yang hanya mencapai angka 5,7%. Pertumbuhan sektor industri manufaktur tahun 2015 diperkirakan membutuhkan investasi senilai Rp 270 triliun dari dalam maupun luar negeri

investasi modal dalam negeri dan asing terbanyak selama tahun 2011 – 2013 serta memiliki proyeksi pertumbuhan yang signifikan di tahun 2015, membuktikan bahwa sektor ini sangat diminati oleh investor dalam negeri maupun luar negeri. Ketertarikan investor terhadap sektor industri manufaktur seharusnya menjadi motivasi setiap manajemen perusahaan untuk senantiasa memperbaiki strategi keuangannya agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Fenomena pertumbuhan sektor industri manufaktur di Indonesia yang diikuti dengan tren pertumbuhan investasinya, serta adanya kenyataan bahwa pada tahun 2015 seluruh industri dalam negeri akan menghadapi persaingan ketat dengan industri negara-negara ASEAN dalam AEC, menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh startegi keuangan (keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset) terhadap nilai perusahaan


(21)

publik sektor industri manufaktur di Indonesia. Ketertarikan peneliti didukung dengan bukti-bukti adanya ketidak-konsistenan antar hasil penelitian sebelumnya, dengan topik nilai perusahaan yang menggunakan variabel-variabel sejenis. Peneliti mereplikasi penelitian yang dilakukan Hermuningsih (2013) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”, dengan struktur modal sebagai variabel intervensi, sedangkan penelitian ini berjudul “Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya berfokus pada masalah-masalah yang diajukan dalam rumusan masalah, yaitu :

1.2.1 Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas?

1.2.2 Apakah struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas?

1.2.3 Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.2.4 Apakah struktur modal berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan?


(22)

1.2.5 Apakah profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.2.6 Apakah Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh secara tidak langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bukti empiris mengenai :

1.3.1 Pengaruh positif dan signifikan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap profitabilitas.

1.3.2 Pengaruh positif dan signifikan struktur modal terhadap profitabilitas. 1.3.3 Pengaruh langsung positif dan signifikan Investment Opportunity Set

(IOS) terhadap nilai perusahaan.

1.3.4 Pengaruh langsung positif dan signifikan struktur modal terhadap nilai perusahaan.

1.3.5 Pengaruh positif dan signifikan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 1.3.6 Pengaruh tidak langsung positif dan signifikan Investment Opportunity

Set (IOS) dan struktur modal terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam hal pasar modal, khususnya mengenai profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), dan struktur modal, serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

1.4.2 Bagi Perusahaan Sektor Industri Manufaktur

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan tambahan informasi bagi manajemen perusahaan dalam mengkonfigurasi strategi keuangan untuk menciptakan nilai perusahaan yang tinggi di mata investor.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan tambahan referensi bukti empiris mengenai nilai perusahaan, sehingga dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi dan pasar modal.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory

Agency theory menjelaskan hubungan atau kontrak antara principal dengan agent (Anthony dan Govindarajan, 2005:269). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) menyuruh orang lain (agent) untuk melakukan tindakan atas namanya dan mendelegasikan sebagian wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (investor) dengan pihak yang menerima wewenang (manajer). Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal, namun menurut teori ini hubungan antara principal dengan agent pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya tujuan yang saling bertentangan.

Masalah keagenan dapat terjadi dalam dua bentuk hubungan, yaitu (1) pemegang saham dengan manajer (pemegang saham sebagai principal, manajer sebagai agent); dan (2) kreditor dengan pemegang saham (kreditor sebagai principal, pemegang saham sebagai agent). Hubungan pemegang saham dengan manajer disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan


(25)

kontrol. Hubungan antara pemegang saham dengan kreditor disebabkan oleh adanya dana kreditor yang digunakan pemegang saham untuk mendanai proyek perusahaan di bawah kendali manajer (Sugihen, 2003).

Masalah keagenan dalam hubungan pemegang saham dengan manajer potensial terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% (Masdupi, 2005), sehingga membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang berarti memaksimalkan nilai pemegang saham. Konflik kepentingan ini dapat dikurangi dengan beberapa cara (Bathala, et al., 1994), antara lain :

a. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership) b. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih

c. Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang

d. Kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings)

Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang di lain pihak akan menimbulkan konflik kepentingan antara kreditor dengan pemegang saham. Konflik ini dapat terjadi karena hutang berisiko (risky debt), di mana ada kemungkinan kreditor tidak menerima jumlah pembayaran penuh sesuai dengan perjanjian sebelum atau pada tanggal jatuh tempo, misalnya bila perusahaan mengalami kegagalan (Sugihen, 2003). Konflik kepentingan antara kreditor, pemegang saham, dan manajer timbul sebagai akibat dari keputusan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan salah satu pihak,


(26)

yang akan mengurangi kesejahteraan pihak lainnya (Jensen dan Meckling, 1976).

2.1.2 Asymmetric Information

Asymmetric information adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor (Brigham dan Houston, 1999:35). Asymmetric information terdiri dari dua tipe (Scott, 2004:8), yaitu :

a. Adverse Selection, timbul karena manajer perusahaan dan pihak dalam (insiders) memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi terkini atau prospek mendatang perusahaan dibanding dengan investor sebagai pihak luar.

b. Moral Hazard, timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan ciri entitas bisnis besar.

Sesuai konsep efficient market hypothesis, adanya asymmetric information membuat pasar merespon lemah terhadap penawaran nilai perusahaan. Perusahaan dengan pengungkapan informasi yang tidak lengkap dianggap memiliki informasi buruk, sehingga akan mengalami penurunan nilai. Perusahaan perlu memberikan signal kepada investor tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan, karena mengurangi ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan (Wolk, et al., 2003:294).


(27)

2.1.3 Signalling Theory

Signalling theory didasarkan pada asumsi bahwa manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai peluang investasi perusahaan daripada investor dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk para pemegang saham (Myers, 1984). Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Bigham dan Houston, 2001:36). Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto, 2000:392).

Informasi akuntansi yang dipublikasikan merupakan bentuk signal manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan, karena menggambarkan strategi keuangan perusahaan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset. Tujuan akhir dari strategi keuangan tersebut adalah menciptakan nilai perusahaan, yang berarti juga menciptakan nilai bagi pemegang saham. Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Peningkatan harga saham mengirimkan signal positif dari investor kepada manajemen (Brealey, et al., 2008:46).

2.1.4 Nilai Perusahaan

Perseroan (perusahaan) adalah bisnis yang diatur sebagai badan hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham (Brealey, et al., 2008:8).


(28)

Usaha ini dipisah dan dibedakan dari pemilik (pemegang saham) dan manajernya (Brigham dan Houston, 2010:6). Tujuan utama manajemen adalah maksimalisasi kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan risiko dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:7). Maksimalisasi kekayaan pemegang saham merupakan cerminan dari usaha maksimalisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Hermuningsih, 2013).

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Harga pasar saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (closing price), karena dapat menggambarkan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar. Haga pasar saham dapat diukur dengan menggunakan rasio Price to Book Value (PBV) untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sukirni, 2012). PBV diperoleh dengan membandingkan harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Idealnya, harga pasar saham jika dibagi


(29)

dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan (Tandelilin, 2010:323).

Menurut konsep dasar Efficient Market Hypothesis (EMH), harga saham mencerminkan nilai perusahaan bila pasar modal dalam keadaan efisien. Pasar yang efisien dapat menunjukkan harga saham yang mencerminkan keseluruhan informasi yang tersedia, berupa laporan tahunan perusahaan, pembagian dividen, pemecahan saham, laporan para analis pasar modal, dan sebagainya. Hal ini berarti informasi akuntansi dalam arti bentuk dan isinya, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari strategi keuangan perusahaan dalam keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset, dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Investment Opportunity Set (IOS)

Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi (Purnamasari, et al., 2009). Keputusan investasi dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Keputusan investasi juga disebut dengan keputusan penganggaran modal, karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey, et al., 2008:4).


(30)

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang investasi (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh suatu keputusan investasi (Fama, 1978), karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi (Hasnawati, 2005).

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa mendatang (Smith dan Watts, 1992). IOS menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan, yang merupakan keinginan pihak manajemen, investor, dan kreditor (Dadri, 2011). IOS merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di masa yang akan datang dengan nilai/return/prospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menghasilkan nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Tiga proksi IOS yang banyak digunakan dalam penelitian (Hasnawati, 2005) adalah :

1. Proksi IOS berbasis harga

2.

(price based proxies) mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga-harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place).

Proksi IOS berbasis investasi

3.

(investment based proxies) menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan IOS tinggi akan memiliki investasi yang tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa aktivitas investasi modal yang diukur dengan ratio capital expenditures to assets sebagai proksi IOS mempunyai hubungan positif dengan realisasi pertumbuhan.

Proksi IOS berbasis varian (variance measure) mendasarkan pada ide pilihan akan menjadi lebih bernilai sehingga variabilitas dari return dengan dasar pada peningkatan aset.


(31)

Penelitian ini menggunakan lima rasio yang berbasis harga dan investasi. Rasio berbasis harga yang digunakan adalah :

a. Market to Book Value of Asset (MV/BVA)

Rasio ini mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVA semakin besar asset perusahaan yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan.

b. Market to Book Value of Equity (MV/BVE)

Rasio ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVE maka perusahaan akan memiliki return saham yang tinggi. c. Earning to Share/Price (E/P)

Rasio ini merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut.

Rasio berbasis investasi yang digunakan terdiri dari : a. Capital Expenditure to Book Value of Asset (CA/BVA)

Rasio ini menunjukkan jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya.

b. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA)

Rasio ini menunjukkan adanya investasi produktif yang tercermin dari peningkatan nilai pasar aset perusahaan.


(32)

2.1.6 Teori Struktur Modal

Tanggung jawab utama ke dua manajer keuangan adalah menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi suatu perusahaan (Brealey, et al., 2008:6). Teori struktur modal menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan terkait dengan menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Safrida, 2008).

Keputusan pendanaan eksternal dengan melibatkan hutang dan modal saham mengandung risiko yang mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin besar risiko bisnis, maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan dengan pendanaan melalui saham biasa. Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2007:200).

Penelitian Modigliani dan Miller pada tahun 1958 menyimpulkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena adanya pasar modal yang sempurna, dengan berdasarkan serangkaian asumsi, yaitu tidak adanya biaya pialang, tidak ada pajak, tidak ada biaya kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, dan EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil penelitian ini kemudian dikembangkan dan menghasilkan temuan baru. Tahun 1963, Modigliani dan


(33)

Miller mempublikasikan bahwa peraturan perpajakan yang memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan, mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (Brigham dan Houston, 2001:39) terdiri dari : a. Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

b. Struktur Aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang.

c. Leverage Operasi

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

d. Tingkat Pertumbuhan

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang.

Selain faktor-faktor yang dikemukakan Brigham dan Houston, biaya kebangkrutan dan biaya agency turut menjadi hal yang diperhitungkan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan yang dominan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternalnya akan menghadapi kemungkinan financial distress yang tinggi, sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan, laba operasi, nilai saham, nilai hutang, dan meningkatkan biaya kebangkrutan (Sugihen, 2003). Biaya agency berkaitan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar manajemen bekerja secara


(34)

optimal bagi kepentingan pemegang saham, seperti insentif dan biaya monitoring.

Mengacu pada pendekatan Modigliani dan Miller dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar (Safrida, 2008). Nilai sekarang dari biaya kebangkrutan dan biaya agency di lain pihak dapat mengakibatkan turunnya nilai perusahaan yang memiliki leverage (Sartono, 2001:246). Teori trade-off dari leverage menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2001:34).

Sudut pandang lain dikemukakan Myers (1984) dalam pecking order theory. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meninjam dalam jumlah sedikit. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar, sehingga harus menggunakan lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston, 2001:33). Asimetri informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order theory, sehingga cenderung mendorong perilaku pecking order theory (Myers, 1984). Para manajer mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas, dengan menerbitkan sekuritas


(35)

yang berisiko paling kecil. Pecking order cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko, dan hutang dianggapmemiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan modal saham.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi (Brigham dan Houston, 2010:146). Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Dana yang diperoleh perusahaan, baik dari kreditor maupun investor, utamanya ditujukan bagi kegiatan investasi perusahaan. Investasi perusahaan tentunya berdampak terhadap peningkatan jumlah aset perusahaan, untuk itu efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset oleh manajemen sangat penting, agar perusahaan dapat memaksimalkan kemampuan aset dalam menghasilkan laba.

Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dalam jangka panjang, berarti perusahaan tersebut memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya, karena dengan memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan pemegang saham melalui dividen. Kedua signal tersebut akan direspon secara positif oleh investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.


(36)

Profitabilitas perusahaan diukur melalui rasio-rasio yang terdiri dari (Brigham dan Houston, 2010:146) :

a. Margin laba atas penjualan

Rasio ini mengukur laba bersih per penjualan, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan.

b. Pengembalian atas total aset

Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. c. Rentabilitas (Basic Earning Power)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi laba operasi terhadap total aset. d. Pengembalian atas ekuitas biasa

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas biasa.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian pasar modal yang berfokus pada nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Variabel independen yang dipilih sebagai variabel yang dianggap dapat mempengaruhi nilai perusahaan juga bermacam-macam. Penelitian ini hanya bertujuan untuk menghasilkan bukti empiris mengenai pengaruh variabel-variabel fundamental yang merupakan cerminan strategi keuangan manajemen terhadap nilai perusahaan. Berikut akan dijabarkan mengenai penelitian terdahulu yang menguji variabel-variabel independen serupa dengan penelitian ini terhadap nilai perusahaan.

Hutahaean (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik sektor pertambangan di Indonesia dalam periode penelitian tahun 2008 sampai dengan 2012, berjumlah 34 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampel jenuh, di mana seluruh anggota


(37)

populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Teknik pengujian data menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linear berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, variabel investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Hermuningsih (2013) dalam penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan publik di Indonesia menyimpulkan bahwa profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal secara positif dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian, penelitian ini juga menemukan bahwa struktur modal menjadi variabel intervensi bagi growth opportunity, tetapi tidak bagi profitabilitas. Objek penelitian adalah 150 perusahaan publik di Indonesia dalam periode penelitian tahun 2006 sampai dengan 2010. Teknik pengujian data mengaplikasikan pendekatan Structural Equation Model (SEM).

Chen dan Chen (2011) meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai mediator dan ukuran perusahaan serta industri sebagai moderator. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Taiwan dalam periode penelitian tahun 2005 sampai dengan 2009.


(38)

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling yang menghasilkan 647 sampel perusahaan, terdiri dari 302 perusahaan kategori industri elektronik dan 345 perusahaan kategori industri lainnya. Teknik pengujian data menggunakan Constrained NonLinear Regression (CNLR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, tetapi berpengaruh negatif terhadap struktur modal, di mana struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, tetapi dapat menjadi mediator dalam pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga menghasilkan bukti empiris di mana perbedaan industri dalam pengujian pertama terbukti mempunyai pengaruh signifikan yang memperkuat pengaruh negatif profitabilitas terhadap nilai perusahaan, serta membuktikan bahwa pada tingkat profitabilitas yang sama, perbedaan industri tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya, penelitian ini juga membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan, baik dalam pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal, maupun profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Simatupang (2011) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan profitabilitas sebagai variabel intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dalam tahun 2005 sampai dengan 2009, berjumlah 139 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 30 sampel perusahaan. Teknik pengujian hipotesis pertama menggunakan regresi linear sederhana, sedangkan hipotesis ke dua menggunakan


(39)

regresi linear sederhana mengikuti model Baron dan Kenny. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Struktur modal juga terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas sebagai variabel intervensi penuh.

Hasnawati (2005) meneliti dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dalam tahun 2001, berjumlah 259 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampel jenuh, di mana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Teknik pengujian data menggunakan pendekatan Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan dividen, faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan psychology pasar. Keputusan investasi lebih kuat dibentuk oleh indikator-indikator peluang investasi di masa yang akan datang dibandingkan dengan komposisi asset dalam perusahaan. Ringkasan penelitian-penelitian tersebut tersaji dalam tabel di bawah ini :


(40)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu N o Nama (Tahun) Judul Penelitian

Variabel Teknik Analisis

Hasil Penelitian 1 Hutahaean

(2014) Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambanga n Terbuka di

Bursa Efek Indonesia Dependen : Price to Book Value (PBV) Independen: PER, DER, Rasio Kepemilika n Institusional Regresi Linear Sederhana dan Berganda 1.secara simultan variabel investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.secara parsial, variabel investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2 Hermuningsi h (2013) Pengaruh Profitabilitas, Growth Dependen : Tobins’Q Structural Equation Model 1. profitabilitas , growth opportunity,


(41)

Opportunity, Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia Independen: ROE, ROA, IOE, PE, INVOS, MTBA, MTBE, DER, DAR

(SEM) dan struktur modal secara positif dan signifikan mempengaru hi nilai perusahaan. 2. struktur modal menjadi variabel intervensi bagi growth opportunity, tetapi tidak bagi profitabilitas .

3 Chen dan Chen (2011) The Influence of Profitability on Firm Value with Capital Structure as the Mediator and Firm Size and Industry as Moderators Dependen : Value Independen: ROA Mediator : Debt Moderator : Size, Type Constraine d NonLinear Regression (CNLR) 1. profitabilita s berpengaru h positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, tetapi berpengaru h negatif terhadap struktur modal, di mana struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, tetapi dapat menjadi mediator


(42)

dalam pengaruh profitabilita s terhadap nilai perusahaan. 2. perbedaan industri dalam pengujian pertama terbukti mempunyai pengaruh signifikan yang memperkua t pengaruh negatif profitabilita s terhadap nilai perusahaan, serta membuktik an bahwa pada tingkat profitabilita s yang sama, perbedaan industri tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan,


(43)

baik dalam pengaruh profitabilita s terhadap struktur modal, maupun profitabilita s terhadap nilai perusahaan. 4 Simatupang

(2011) Analisis Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervensi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia Dependen : Price to Book Value (PBV) Independen: DER Intervensi : ROE Regresi linear sederhana untuk hipotesis pertama, dan regresi linear sederhana mengikuti model Baron dan Kenny untuk hipotesis kedua 1. struktur modal berpengaru h secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. struktur modal berpengaru h terhadap nilai perusahaan melalui profitabilita s sebagai variabel intervensi penuh.

5 Hasnawati (2005) Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Dependen : Excess Return to Market, SVOC Independen: Total Assets Growth, MTBA, EPR, Structural Equation Model (SEM) keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sisanya dipengaruhi


(44)

CA/BVA, Current Assets to Total Assets

oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan dividen, faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan psychology pasar. Keputusan investasi lebih kuat dibentuk oleh indikator-indikator peluang investasi di masa yang akan datang dibandingkan dengan komposisi asset dalam perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga pasar saham, yang menunjukkan seberapa tinggi perusahaan bernilai di mata investor. Nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang sahamnya, itulah yang ingin dicapai manajer keuangan melalui strategi keuangan yang


(45)

disusun. Strategi keuangan perusahaan merupakan kebijakan perusahaan mengenai keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset.

Keputusan investasi perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan, karena investasi yang dinilai menarik dan menguntungkan dilihat dari kemampuannya dalam menghasilkan nilai NPV positif. Ketepatan manajemen dalam mengambil keputusan investasi yang profitable akan berdampak pada penilaian investor terhadap perusahaan yang tercermin dari harga pasar saham perusahaan. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dinilai melalui peluang investasi yang dimiliki. Sircar dan Bordoloi (2000) menghasilkan penelitian yang membuktikan adanya pengaruh positif dan signifikan antara keputusan investasi terhadap kinerja perusahaan, sehingga hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Keputusan pendanaan tercermin dari struktur modal perusahaan, yaitu perbandingan antara proporsi hutang dan modal saham yang digunakan. Apabila manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal yang lebih dapat dipercaya, karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Dasar pertimbangannya adalah penambahan hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatnya biaya-biaya beban keuangan sehingga


(46)

manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Keyakinan manajemen terhadap prospek perusahaan di masa mendatang tentu akan berdampak terhadap efektifitas dan efisiensi pengelolaan aset perusahaan untuk kegiatan operasional, sehingga akan menghasilkan profitabilitas bagi perusahaan. Berdasarkan teori dan asumsi di atas, maka hipotesis ke dua yang diajukan adalah struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Myers memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang berkembang akan direfleksikan dari peningkatan harga saham perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki peluang investasi yang tinggi akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (Dadri, 2011).

Hermuningsih (2013) membuktikan bahwa IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pembuktian yang sama juga dihasilkan dari penelitian Hutahaean (2014). Gupta dan Banga (2009) menyatakan bahwa investor bereaksi positif terhadap pengumuman belanja modal perusahaan untuk investasi, sehingga meningkatkan harga pasar saham sebagai cerminan peningkatan nilai perusahaan.

Sejumlah teori yang diungkapkan di atas dan bukti-bukti empiris yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya, merupakan landasan dalam mengajukan hipotesis ke tiga, yaitu Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.


(47)

Modigliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar. Jensen dan Meckling (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang akan dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan arus kas bebas secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Investor diharapkan akan menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.

Hipotesis ke empat yang diajukan dalam penelitian ini, mengacu pada teori-teori yang melandasi konsep berpikir mengenai pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan adalah struktur modal berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Manajemen dapat merealisasikan keputusan investasi dan keputusan pendanaannya dengan mempertimbangkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil yang dicapai perusahaan melalui efektifitas dan

efisiensi pengelolaan aset yang dimiliki. Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dalam jangka panjang, berarti perusahaan tersebut memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya, karena dengan memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan


(48)

pemegang saham melalui dividen. Kedua signal tersebut akan direspon secara positif oleh investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan, maka hipotesis ke lima yang diajukan adalah profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Profitabilitas perusahaan tidak terlepas dari pengeluaran investasi yang dilakukan. Investasi perusahaan dapat dilakukan terhadap aset berwujud maupun aset tidak berwujud. Saat memutuskan untuk berinvestasi tentunya tujuan yang ingin dicapai adalah profitabilitas dari Net Present Value (NPV) investasi tersebut. Profitabilitas yang dihasilkan dari investasi perusahaan menjadi signal positif bagi investor dan akan berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Pecking order theory menempatkan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal yang lebih disukai manajemen. Hutang dianggap dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan profitabilitas, akibat adanya beban bunga yang dapat dikurangkan terhadap laba operasi. Pengurangan laba operasi melalui beban bunga membuat nilai penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil, hal inilah yang menjadi keuntungan bagi pemegang saham, karena proporsi dari laba untuk pembayaran dividen menjadi lebih besar.

Teori yang dipaparkan diatas menunjukkan kemampuan profitabilitas dalam mengintervensi pengaruh IOS dan struktur modal terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis keenam yang diajukan adalah Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh secara tidak langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas.


(49)

Berdasarkan teori yang melandasi rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini, serta tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual yang dibangun dapat digambarkan sebagai berikut.

H3

H1, H6

H5, H6

H2, H6

H4

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas.

H2 Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. H3 Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara langsung positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan. IOS

(X1)

Struktur Modal

(X2)

Profitabilitas (Z)

Nilai Perusahaan


(50)

H4 Struktur modal berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

H5 Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. H6 Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh secara

tidak langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11). Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena yang ada dan menganalisis informasi yang didapatkan untuk melihat pengaruh variabel yang satu dengan variabel yang lain (Jogiyanto, 2004:12).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan

internet dan mengakses situs

September 2014 hingga Febuari 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. b. Variabel yang digunakan yaitu variabel independen, variabel dependen, dan


(52)

Set (IOS) dan struktur modal. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Serta sebagai variabel intervensi adalah profitabilitas.

c. Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011- 2013, data kinerja perusahaan, data laporan keuangan, dan laporan tahunan perusahaan selama periode penelitian. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan data pendukung lainnya.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari : a. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa mendatang (Smith dan Watts, 1992). IOS menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan, yang merupakan keinginan pihak manajemen, investor, dan kreditor (Dadri, 2011). Penelitian ini menggunakan lima rasio yang merupakan pengukuran dari proksi IOS berbasis harga dan investasi, terdiri dari :


(53)

1. Market to Book Value of Asset (MV/BVA)

Rasio ini mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVA semakin besar asset perusahaan yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan, dihitung dengan menggunakan rumus (Dadri, 2011) : MV/BVA= {(���������� −�����������)+(����������������� ℎ��������� �������� �����)} x 100% 2. Market to Book Value of Equity (MV/BVE)

Rasio ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVE maka perusahaan akan memiliki return saham yang tinggi, dihitung dengan menggunakan rumus (Hermuningsih, 2013) :

MV/BVE = (����������� �ℎ���� �������� �����)

����� ������ x 100% 3. Earning to Share/Price (E/P)

Rasio ini merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus (Dadri, 2011) :

E/P = EPS

������� ����� x 100%

4. Capital Expenditure to Book Value of Asset (CA/BVA)

Rasio ini menunjukkan jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya, dihitung dengan menggunakan


(54)

CA/BVA = ����� �����(�)−����� �����(�−1)

����� ����� x 100%

5. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA)

Rasio ini menunjukkan adanya investasi produktif yang tercermin dari peningkatan nilai pasar aset perusahaan, dihitung dengan menggunakan rumus (Dadri, 2011) :

CA/MVA= ���������������(�)−����� ����� �����(�−1)

{(���������� −�����������) + (������������ ℎ������������ �����)} x 100%

b. Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan terkait dengan menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Safrida, 2008). Bauran antara hutang dan ekuitas tersebut diproksikan dalam debt to equity ratio, dihitung dengan menggunakan rumus (Dadri, 2011) :

DER = total ����

total ������ x 100%

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan diproksikan dalam rasio Price to Book Value (PBV), dihitung dengan menggunakan rumus (Tandelilin, 2010:323) :

PBV = ������� �����


(55)

3.4.3 Variabel Intervensi

Variabel intervensi dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi (Brigham dan Houston, 2010:146). Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur melalui rasio Return on Asset (ROA). Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian laba atas aset perusahaan, dihitung dengan rumus :

ROA = ���������

����� ����� x 100%

Tabel 3.1

Definisi dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

1 Nilai

Perusahaan (Y)

Perbandingan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham perusahaan

PBV Rasio

2 Investment opportunity Set

(X1)

Keputusan investasi yang telah dilakukan oleh manajemen baik yang sudah terealisasi maupun peluang investasi di masa yang akan datang MV/BVA, MV/BVE, E/P, CA/BVA, CA/MVA Rasio

3 Struktur Modal (X2)

Proporsi antara jumlah hutang dan modal saham yang

digunakan perusahaan untuk membelanjai investasi jangka panjangnya

DER Rasio

4 Profitabilitas (Z)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya


(56)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang berada pada sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2013 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

2. Mengeluarkan data laporan keuangan lengkap dan laporan kinerja perusahaan yang mendukung penelitian selama tahun 2011 – 2013.

3. Perusahaan yang menghasilkan laba selama periode penelitian.

Berdasarkan kriteria, maka populasi dalam penelitian ini adalah 137

perusahaan manufaktur

penelitian adalah purposive sampling method, yaitu metode sampling dengan membatasi pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Dari proses pengambilan sampel, terdapat 63 perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria di atas. Berikut ditunjukkan proses pengambilan sampel :

Tabel 3.2

Proses Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah

Jumlah populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2013

137 Jumlah populasi yang tidak memenuhi kriteria sampel 1 -8 Jumlah populasi yang tidak memenuhi kriteria sampel 2 -38 Jumlah populasi yang tidak memenuhi kriteria sampel 3 -28

Jumlah Sampel Terpilih 63


(57)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penetilian ini disebut strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada (Jogiyanto, 2004:82).

3.8 Teknik Analisis Data

Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu penelitian yang dapat diuntungkan dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan dengan angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data, dan penemuan hasil. Pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi, terdiri dari :

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya (Jogiyanto, 2004:163).


(58)

3.8.2 Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk membentuk proksi gabungan dari kelima proksi tunggal set peluang investasi. Analisis faktor yang digunakan adalah common factor analysis, yaitu untuk memperoleh nilai factor score sebagai indeks umum variabel set peluang investasi (Gaver dan Gaver, 1995). Layak tidaknya digunakan analisis faktor ini dapat dilihat dari besarnya nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA yang berada di bawah angka 0,50 tergolong tidak dapat diterima. Jumlah faktor yang dapat digunakan lebih lanjut adalah faktor yang mempunyai nilai eigenvalues sama atau lebih dari satu karena dianggap telah mewakili nilai-nilai keseluruhan variabel. Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai nilai yang mewakili proksi tunggal set peluang investasi.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan model regresi harus memenuhi asumsi-asumsi klasik agar model regresi dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), terdiri dari:

3.8.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Persyaratan normalitas bisa


(59)

dipenuhi jika residual berasal dari distribusi normal dan nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus. Uji ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain :

a. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu di antaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama kemiringan kurva atau kemencengan kurva (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

b. Pendekatan Normal Probability Plot

Normal probability plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoretis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linear (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linear, meskipun ujung-ujung-ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed)


(60)

berada di atas nilai signifikannya, maka variabel residual berdistribusi normal, demikian sebaliknya.

3.8.3.2 Uji Multikolonieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolonieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :

a. Bila VIF > 10 terdapat masalah multikolonieritas b. Bila VIF < 10 tidak terdapat masalah multikolonieritas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolonieritas

d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolonieritas. 3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, di mana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan mempunyai nilai varian yang sama. Jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian


(61)

ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dengan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

3.8.3.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahaan penggangguan tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section atau silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, Ghozali (2013:110). Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 59

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,32935508 Most Extreme

Differences

Absolute ,087

Positive ,087

Negative -,082

Kolmogorov-Smirnov Z ,670

Asymp. Sig. (2-tailed) ,761

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

b.

Uji Multikolonieritas

Coefficient Correlationsa

Model LN_DER LN_IOS

1 Correlations LN_DER 1,000 -,090 LN_IOS -,090 1,000 Covariances LN_DER ,007 ,000 LN_IOS ,000 ,002 a. Dependent Variable: LN_ROA


(2)

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 2,850 ,080 35,704 ,000

LN_IOS ,166 ,042 ,467 3,961 ,000 ,992 1,008 LN_DER -,107 ,083 -,151 -1,284 ,204 ,992 1,008 a. Dependent Variable: LN_ROA

Coefficient Correlationsa

Model LN_ROA LN_DER LN_IOS 1 Correlations LN_ROA 1,000 ,169 -,468 LN_DER ,169 1,000 -,158 LN_IOS -,468 -,158 1,000 Covariances LN_ROA ,010 ,001 -,002 LN_DER ,001 ,004 ,000 LN_IOS -,002 ,000 ,001 a. Dependent Variable: LN_PBV

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) ,725 ,293 2,478 ,016

LN_IOS ,252 ,036 ,490 7,078 ,000 ,775 1,291 LN_DER ,512 ,063 ,501 8,063 ,000 ,964 1,038 LN_ROA ,536 ,100 ,370 5,332 ,000 ,772 1,296 a. Dependent Variable: LN_PBV


(3)

c.

Uji Heteroskedastisitas

d.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimension0 1 ,478 a

,228 ,201 ,44993 1,734 a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_IOS

b. Dependent Variable: LN_ROA Model Summaryb


(4)

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimension0 1 ,892

a ,796 ,785 ,33822 1,731

a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_DER, LN_IOS b. Dependent Variable: LN_PBV

4.

Uji Hipotesis

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 2,252 ,073 30,741 ,000

LN_IOS ,340 ,038 ,663 8,873 ,000 LN_DER ,454 ,076 ,445 5,953 ,000 a. Dependent Variable: LN_PBV

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

dimension0 1 LN_DER, LN_IOS

a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_PBV

Model Summary Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 ,831 a

,690 ,679 ,41282 a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_IOS

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.850 .080 35.704 .000

LN_IOS .166 .042 .467 3.961 .000 LN_DER -.107 .083 -.151 -1.284 .204 a. Dependent Variable: LN_ROA


(5)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

dimension0 1 LN_DER, LN_IOS

a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_ROA

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .478 a

.228 .201 .44993 a. Predictors: (Constant), LN_DER, LN_IOS b. Dependent Variable: LN_ROA

ANOVAb Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 117,876 1 117,876 212,558 ,000a

Residual 103,148 186 ,555 Total 221,023 187

a. Predictors: (Constant), LN_ROA b. Dependent Variable: LN_PBV

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -,825 ,103 -8,023 ,000 LN_ROA ,699 ,048 ,730 14,579 ,000 a. Dependent Variable: LN_PBV

Model Summary Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 ,730 a

,533 ,531 ,74469 a. Predictors: (Constant), LN_ROA


(6)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .725 .293 2.478 .016 LN_IOS .252 .036 .490 7.078 .000 LN_DER .512 .063 .501 8.063 .000 LN_ROA .536 .100 .370 5.332 .000 a. Dependent Variable: LN_PBV

Variables Entered/Removedb Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

0

1 LN_ROA, LN_DER, LN_IOSa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_PBV

Model Summary Mo

del R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .892a .796 .785 .33822


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 27

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 19