Perubahan Perilaku TINJAUAN TEORITIS
44 diubah agar bisa menyesuaikan dengan nilainilai aturan masyarakat dan
agama. Jadi, maksud perubahan perilaku dalam hal ini adalah meninggalkan perilaku asusila menuju perubahan perilaku yang beradab
sesuai aturan dan norma Islam yang berlaku di masyarakat. 2.
Metode Perubahan Perilaku Untuk merubah perilaku perlu dibutuhkannya sebuah metode, adapun
penulis berpendapat metodemetode merubah perilaku salah satunya yaitu dengan teori konseling dan bimbingan agama.
Kesalahan persepsi remaja tentang perilaku asusila tidak bisa dibiarkan, karena akan mengancam kehidupan sosial dan kesehatan reproduksi remaja, yang
pada akhirnya akan menurunkan kualitas generasi muda. Sebenarnya upaya pencegahan terhadap meluasnya perilaku asusila ini sudah dilakukan lewat jalur
pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan seksualitas di sekolah. Terungkapnya kasus video asusila pelajar salah satu sekolah SMP Negeri
di Jakarta pada bulan Oktober 2013, menghadirkan keprihatinan. Bagaimana bisa pelajar yang masih usia remaja melakukan tindakan asusila di hadapan
kawan-kawannya, dan bukan hanya sekali? Selain menyaksikan perbuatan mesum itu, sebagian dari pelajar itu juga merekamnya.Lebih prihatin lagi kejadian
tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Kini rekaman video asusila itu sudah beredar luas.
Pertengahan tahun ini, masyarakat juga dibuat terkejut dengan kasus pelajar SMP di Surabaya yang menjadi mucikari untuk kawan-kawannya sendiri.
Pelaku menawarkan siswi-siswi, yang merupakan teman sekolahnya, kepada lelaki hidung belang untuk menjadi PSK.
Sementara itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak PT2TP2A Jawa Barat, mendapatkan temuan ada sekitar 7000 remaja
putri di bawah usia 18 tahun menjadi pelacur. Dari jumlah tersebut, 28 persen di antaranya masih duduk di bangku SMP dan SMA klik-galamedia.com, 59.
44
44
Buletin Dakwah AlIslam, edisi 678. Tanggal 1November 2013
45 Dari contoh kasus tindakan asusila yang dilakukan remaja anak sekolah
tersebut, penulis berpendapat teori konseling dan bimbingan agama bisa digunakan sebagai metode untuk merubah perilaku asusila tersebut.
Program pengubahan perilaku di sekolah dapat dilaksanakan melalui pemberian layanan konseling yaitu suatu program pemberian bantuan yang
dilakukan melalui face to face relationship untuk membantu perkembangan remaja. Konseling memiliki kelebihan dibandingkan dengan layanan yang lain,
karena hubungan yang dibangun antara konselor dengan remaja adalah hubungan yang bersifat afektif, tanpa paksaan dan dilakukan dengan pendekatan psikologis.
Dalam skripsi ini penulis ingin membahas konseling dengan pendekatan rational emotif dan bimbingan agama sebagai metode merubah perilaku asusila.
1. Konseling dengan Pendekatan Rational Emotif Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang berpendapat bahwa
kelainankelainan psikologis berasal dari pola berpikir yang irasional. Berpikir irasional adalah pikiran yang salah atau tidak dapat diverifikasi secara empiris.
Pikiranpikiran irasional ini tidak ada gunanya bagi individu dan hanya mengarahkan individu pada konsekuensikonsekuensi yang merusak diri sendiri
self defeating. Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional,
orang berperilaku dalam caracara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam
sugestibilitas dan emosionalitas yang negative seperti kecemasan, rasa berdosa, permusuhan, dan sebagainya. Masalahmasalah emosional terletak dalam berpikir
46 yang tidak logis. Para penganut RET percaya bahwa tidak ada orang yang
disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya.
45
Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten, kebalikannya ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu
itu menjadi tidak efektif. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari perilaku dan katakata yang digunakan. Katakata
yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan katakata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta
penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang
rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive menggunakan konsep
ABCD, di mana A adalah fakta, peristiwa, B adalah keyakinan seseorang, C adalah konsekuensi yang dialami seseorang. A bukan menyebab C tapi hanya
mengaktivasi, yang menjadi penyebab C adalah B. D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang dan menghancurkan keyakinan
keyakinan yang irasional Corey 1988.
46
Oleh karena itu tujuan konseling adalah :
45
Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003, Cet. Ke1, h.15
46
Corey, G., 1988, Theori and Practice of Counceling and Psychoterapy terjemah :E. Kuswara, Jakarta : Eresco
47 1 Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandanganpandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self
actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
2 Menghilangkan gangguangangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa waswas, rasa
marah. Konseling Rational Emotive ditujukan untuk membantu remaja merubah
perilaku asusila melalui pengubahan pemikiran irasional tentang perilaku seksual yang kurang bertanggungjawab. Penekanan konseling adalah proses belajar untuk
melatih keterampilan untuk merubah pola pikir yang irasional dan mengembangkan pola pikir rasional.
Teknik konseling yang digunakan adalah teknik behavior dan kognitif, yakni menunjukkan kepada remaja pemikiran irrasional tentang perilaku seksual
yang merusak diri yang secara terus menerus. Remaja kemudian diajarkan bagaimana menantang pemikiran yang
irrasional serta didorong untuk sampai pada pikiran yang rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive ini beranggapan bahwa setiap individu
memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi
pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Jika ada hambatan psikologis atau emosional pada individu, hal ini merupakan akibat dari
48 cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai
individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Persepsi remaja yang keliru tentang perilaku asusila dapat diubah melalui
konseling dengan pendekatan rational emotive, karena pendekatan ini memungkinkan konselor untuk meluruskan jalan pemikiran remaja yang irasional
akibat dari proses belajar yang keliru. Walaupun ada beberapa bentuk pendidikan seksual sebagai upaya
mereduksi perilaku asusila remaja, tetapi hasil pendidikan itu belum maksimal. Selama ini pihak sekolah lebih banyak menggunakan pendekatan informatif saja
dalam menangani masalah perilaku asusila remaja, misalnya dengan mengadakan penyuluhan atau pengajaran dalam mata pelajaran tertentu antara lain pelajaran
pendidikan agama dan pelajaran biologi. Hubungan antara guru dengan siswa yang terbentuk melalui proses
pengajaran itu menghalangi keakraban siswaguru, sehingga siswa merasa malu mendekati guru dan bertanya tentang masalah atau pertanyaan tentang hal seksual,
dan takut dikira sebagai “anak nakal”
Pendidik memandang konservatif dalam pendidikan seksual remaja, misalnya dengan menjawab sekenanya dari pertanyaan anak mengenai
pertumbuhan seksualnya atau bahkan memberi informasi yang kurang benar tentang seksualitas. Kondisi ini menyebabkan remaja mempersepsikan masalah
seksual dengan salah dan pada akhirnya banyak remaja yang melakukan perilaku asusila tanpa memikirkan akibatnya.
Remaja yang sudah terlanjur melakukan pelanggaran kesusilaan, misalnya hamil di luar nikah justru tidak mendapat dukungan dari sekolah, tidak
49 mendapatkan konseling di sekolah dan mendapatkan tekanan sosial dari
lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan preventif dan kuratif yang dengan pendekatan afektif sangat diperlukan remaja untuk mengubah perilaku
asusila. Salah satu bentuk layanan dapat dilakukan dengan pemberian layanan
konseling di sekolah yaitu proses pemberian bantuan yang bersifat afektif kepada remaja untuk membantu penyelesaian masalah.
Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir,
keyakinan serta pandanganpandangan seseorang yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar orang tersebut dapat
mengembangkan diri, meningkatkan selfactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif serta menghilangkan
gangguangangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, atau merasa waswas.
47
Hasil penelitian Weliangan dan Taganing 2009 menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan menunjukkan hasil yaitu subjek dapat
menyadari bahwa pikiran yang tidak rasional akan mempengaruhi emosi dan perilakunya.
48
Selanjutnya, Terjesen Kurasaki 2009 menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan teknik kolaborasi konselor dengan orang tua dan
47
McLeod, J., 2008, An Introduction to Counselingterjemah : A.K Anwar, Jakarta : Kencana.
48
Weliangan, H Taganing N.M., 2009, “Efektifitas Terapi Rasional Emotif TRE dalam Mengurangi Pikiran tidak Rasional dan Stres pada Perempuan yang mengalami Kekerasan
dalam Rumah Tangga KDRT”, dalam Proceeding PESATPsikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, Sipil Vol 3 Oktober 2009 Universitas GunadarmaDepok 2021 Oktober 2009.
50 membuktikan bahwa konseling ini dapat meningkatkan fungsi emosional, dan
meningkatkan kemampuan anak untuk mengelola masalah, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang perilakunya dengan efektif.
49
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan Rational Emotive dapat digunakan untuk merubah perilaku yang tidak rasional ke
perilaku rational Kesalahan berfikir dapat melatarbelakangi perilaku asusila remaja yaitu
perilaku pelanggaran moral masyarakat terutama perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab. Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah
konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandanganpandangan remaja yang irasional dan tidak
logis tentang seksualitas menjadi pandangan yang rasional dan logis agar remaja dapat mengembangkan diri dan meningkatkan selactualizationnya
2. Bimbingan Agama Pengertian bimbingan agama adalah “Proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat”.
50
Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala macam persoalan. Dan bimbingan
agama yang dilakukan sesuai ajaran agama individu.
51
49
Terjesen Kurasaki, R., 2009, “Rational emotive behavior therapy: applicationsfor working with parents and teachers”, dalam Estudos de Psicologia Campinas, Vol 261, 314,
Janeiro –Março, 2009.
50
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. Ke2, h. 4
51
H.M. Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, h. 36
51 Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu upaya untuk
merubah perilaku menjadi selaras dengan ajaran agama, dari yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma masyarakat menjadi selaras sesuai aturan yang
ada. Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
52
Pelaksanaan bimbingan agama berjalan dengan sukses apabila memahami bahwa individu mempunyai suatu kepribadian yang sangat berbeda. Hal tersebut
terbentuk dari pengaruh baik dari dalam yang berupa bakat bawaan maupun pengaruh dari lingkungan masyarakat.
Keadaan yang senantiasa berubah pada individu itulah yang perlu mendapat perhatian bimbingan, sehingga dapat terarahkan untuk menentukan
pilihanpilihan hidupnya. Demikian ini merupakan suatu gambaran sekilas tentang kondisi individu yang perlu diperhatikan sebelum proses memberikan bimbingan.
Berdasarkan pengertian bimbingan dan tuntunan yang hendak dicapai dalam mengarahkan dan membimbing, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah mengarahkan individu kepada halhal yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang, masa mendatang dengan
cara tanggung jawab, sehingga diharapkan dapat menerapkan ke dalam situasi kehidupan yang sesuai dengan lingkungan yang ada.
Bimbingan agama sangat cocok kepada mereka yang melakukan tindakan asusila agar sadar bahwa agama Islam tidak melarang untuk memenuhi kebutuhan
52
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, op.cit,h. 25
52 seksual, tapi sudah di atur sedemikian rupa agar selaras dan baik untuk manusia.
Bimbingan agama juga menjadi awal dari perubahan menuju ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul, sehingga dalam hidup meraih ketenangan dan
kebahagiaan. 3.
Perubahan Perilaku Menurut Islam Perubahan perilaku menurut Islam adalah dengan taubat, taubat dari segala
perilaku maksiat dan tidak akan mengulangi lagi. Taubat yang dimaksud dalam pembahsan skripsi ini adalah menyesali perilakperilaku maksiat dalam hal ini
adalah perilaku asusila yang pernah dilakukan dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan seperti itu lagi.
Taubat berarti kembali kepada Allah. Proses kembali itu tidak sah dan tidak sempurna kecuali dengan mengenal Allah dengan cara mengenali bermacam
nama serta sifatNya. Proses kembali itu tidak sah tanpa mengetahui jika seseorang lari dari Allah. Untuk bisa bertaubat, seseorang harus yakin bahwa dia
tidak akan terjerumus ke dalam cengkraman musuh godaan setan kecuali disebabkan ketidaktahuan akan Allah serta keberanian kembali kepadaNya.
53
Taubat hanya akan terjadi jika lebih dahulu memahami hakikat dosa, mengakui dosa, serta menjauh dampak buruk yang ditimbulkan dari dosa, baik
pada masa lalu maupun masa mendatang. Taubat adalah dengan kembali insaf dan sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Lalu pusatkanlah aqidah dan
ibadah kepadaNya. Firman Allah tentang taubat dalam surat AtTahrim ayat 8:
53
Dede Permana M.A, Tuhan Ingin Aku Kembali, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, h. 8081.
53
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. AtTahrim:8 Nashuha berarti yang bercirikan nush.Dari kata “nasihat”, yaitu upaya
untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan yang membawa manfaat untuk dinasihati.Kata ini juga bermakna tulus atau ikhlas. Taubat yang
disifati oleh kata ini mengilustrasikan taubat sebagai sesuatu yang secara ikhlas menasihati seseorang agar ia tidak mengulangi kesalahannya. Karena taubat
nashuha adalah pelakunya tidak terbetik lagi dalam benaknya keinginan untuk
54 mengulangi perbuatannya, karena setiap saat ia diingatkan dan dinasihati oleh
taubat itu.
54
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam untuk merubah perilaku burukmaksiat, asusila dll yaitu dengan taubat nashuha,
menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perilaku buruk tersebut. Seorang individu baik itu remaja, pemuda dan orang dewasa yang
terjerumus pada tindakan asusila maka sebaiknya sesegera mungkin menyadari kesalahannya dan minta ampunan dari Allah SWT. Kemudian bertaubat nashuha
dengan menyesali perilaku buruk tersebut dan berjanji untuk menjauhi, meninggalkan dan tidak akan mengulangi lagi.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa taubat merupakan salah satu metode atau cara merubah perilaku, dari perilaku maksiat, buruk dan
bertentangan dengan ajaran Islam menjadi perilaku baik, taat dan selaras dengan ajaran Islam untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
54
Sudirman Tebba, Nikmatnya Taubat, Banten: Pustaka irVan, 2007, h. 46
55