Perubahan Perilaku TINJAUAN TEORITIS

44 diubah agar bisa menyesuaikan dengan nilai­nilai aturan masyarakat dan agama. Jadi, maksud perubahan perilaku dalam hal ini adalah meninggalkan perilaku asusila menuju perubahan perilaku yang beradab sesuai aturan dan norma Islam yang berlaku di masyarakat. 2. Metode Perubahan Perilaku Untuk merubah perilaku perlu dibutuhkannya sebuah metode, adapun penulis berpendapat metode­metode merubah perilaku salah satunya yaitu dengan teori konseling dan bimbingan agama. Kesalahan persepsi remaja tentang perilaku asusila tidak bisa dibiarkan, karena akan mengancam kehidupan sosial dan kesehatan reproduksi remaja, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas generasi muda. Sebenarnya upaya pencegahan terhadap meluasnya perilaku asusila ini sudah dilakukan lewat jalur pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan seksualitas di sekolah. Terungkapnya kasus video asusila pelajar salah satu sekolah SMP Negeri di Jakarta pada bulan Oktober 2013, menghadirkan keprihatinan. Bagaimana bisa pelajar yang masih usia remaja melakukan tindakan asusila di hadapan kawan-kawannya, dan bukan hanya sekali? Selain menyaksikan perbuatan mesum itu, sebagian dari pelajar itu juga merekamnya.Lebih prihatin lagi kejadian tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Kini rekaman video asusila itu sudah beredar luas. Pertengahan tahun ini, masyarakat juga dibuat terkejut dengan kasus pelajar SMP di Surabaya yang menjadi mucikari untuk kawan-kawannya sendiri. Pelaku menawarkan siswi-siswi, yang merupakan teman sekolahnya, kepada lelaki hidung belang untuk menjadi PSK. Sementara itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak PT2TP2A Jawa Barat, mendapatkan temuan ada sekitar 7000 remaja putri di bawah usia 18 tahun menjadi pelacur. Dari jumlah tersebut, 28 persen di antaranya masih duduk di bangku SMP dan SMA klik-galamedia.com, 59. 44 44 Buletin Dakwah Al­Islam, edisi 678. Tanggal 1­November 2013 45 Dari contoh kasus tindakan asusila yang dilakukan remaja anak sekolah tersebut, penulis berpendapat teori konseling dan bimbingan agama bisa digunakan sebagai metode untuk merubah perilaku asusila tersebut. Program pengubahan perilaku di sekolah dapat dilaksanakan melalui pemberian layanan konseling yaitu suatu program pemberian bantuan yang dilakukan melalui face to face relationship untuk membantu perkembangan remaja. Konseling memiliki kelebihan dibandingkan dengan layanan yang lain, karena hubungan yang dibangun antara konselor dengan remaja adalah hubungan yang bersifat afektif, tanpa paksaan dan dilakukan dengan pendekatan psikologis. Dalam skripsi ini penulis ingin membahas konseling dengan pendekatan rational emotif dan bimbingan agama sebagai metode merubah perilaku asusila. 1. Konseling dengan Pendekatan Rational Emotif Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang berpendapat bahwa kelainan­kelainan psikologis berasal dari pola berpikir yang irasional. Berpikir irasional adalah pikiran yang salah atau tidak dapat diverifikasi secara empiris. Pikiran­pikiran irasional ini tidak ada gunanya bagi individu dan hanya mengarahkan individu pada konsekuensi­konsekuensi yang merusak diri sendiri self defeating. Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional, orang berperilaku dalam cara­cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negative seperti kecemasan, rasa berdosa, permusuhan, dan sebagainya. Masalah­masalah emosional terletak dalam berpikir 46 yang tidak logis. Para penganut RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua perilakunya. 45 Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten, kebalikannya ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari perilaku dan kata­kata yang digunakan. Kata­kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata­kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive menggunakan konsep ABC­D, di mana A adalah fakta, peristiwa, B adalah keyakinan seseorang, C adalah konsekuensi yang dialami seseorang. A bukan menyebab C tapi hanya mengaktivasi, yang menjadi penyebab C adalah B. D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang dan menghancurkan keyakinan­ keyakinan yang irasional Corey 1988. 46 Oleh karena itu tujuan konseling adalah : 45 Muhammad Surya, Teori-teori Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003, Cet. Ke­1, h.15 46 Corey, G., 1988, Theori and Practice of Counceling and Psychoterapy terjemah :E. Kuswara, Jakarta : Eresco 47 1 Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan­pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self­ actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. 2 Menghilangkan gangguan­gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was­was, rasa marah. Konseling Rational Emotive ditujukan untuk membantu remaja merubah perilaku asusila melalui pengubahan pemikiran irasional tentang perilaku seksual yang kurang bertanggungjawab. Penekanan konseling adalah proses belajar untuk melatih keterampilan untuk merubah pola pikir yang irasional dan mengembangkan pola pikir rasional. Teknik konseling yang digunakan adalah teknik behavior dan kognitif, yakni menunjukkan kepada remaja pemikiran irrasional tentang perilaku seksual yang merusak diri yang secara terus menerus. Remaja kemudian diajarkan bagaimana menantang pemikiran yang irrasional serta didorong untuk sampai pada pikiran yang rasional. Konseling dengan pendekatan Rational Emotive ini beranggapan bahwa setiap individu memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Jika ada hambatan psikologis atau emosional pada individu, hal ini merupakan akibat dari 48 cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Persepsi remaja yang keliru tentang perilaku asusila dapat diubah melalui konseling dengan pendekatan rational emotive, karena pendekatan ini memungkinkan konselor untuk meluruskan jalan pemikiran remaja yang irasional akibat dari proses belajar yang keliru. Walaupun ada beberapa bentuk pendidikan seksual sebagai upaya mereduksi perilaku asusila remaja, tetapi hasil pendidikan itu belum maksimal. Selama ini pihak sekolah lebih banyak menggunakan pendekatan informatif saja dalam menangani masalah perilaku asusila remaja, misalnya dengan mengadakan penyuluhan atau pengajaran dalam mata pelajaran tertentu antara lain pelajaran pendidikan agama dan pelajaran biologi. Hubungan antara guru dengan siswa yang terbentuk melalui proses pengajaran itu menghalangi keakraban siswa­guru, sehingga siswa merasa malu mendekati guru dan bertanya tentang masalah atau pertanyaan tentang hal seksual, dan takut dikira sebagai “anak nakal” Pendidik memandang konservatif dalam pendidikan seksual remaja, misalnya dengan menjawab sekenanya dari pertanyaan anak mengenai pertumbuhan seksualnya atau bahkan memberi informasi yang kurang benar tentang seksualitas. Kondisi ini menyebabkan remaja mempersepsikan masalah seksual dengan salah dan pada akhirnya banyak remaja yang melakukan perilaku asusila tanpa memikirkan akibatnya. Remaja yang sudah terlanjur melakukan pelanggaran kesusilaan, misalnya hamil di luar nikah justru tidak mendapat dukungan dari sekolah, tidak 49 mendapatkan konseling di sekolah dan mendapatkan tekanan sosial dari lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan preventif dan kuratif yang dengan pendekatan afektif sangat diperlukan remaja untuk mengubah perilaku asusila. Salah satu bentuk layanan dapat dilakukan dengan pemberian layanan konseling di sekolah yaitu proses pemberian bantuan yang bersifat afektif kepada remaja untuk membantu penyelesaian masalah. Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan­pandangan seseorang yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar orang tersebut dapat mengembangkan diri, meningkatkan self­actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif serta menghilangkan gangguan­gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, atau merasa was­was. 47 Hasil penelitian Weliangan dan Taganing 2009 menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan menunjukkan hasil yaitu subjek dapat menyadari bahwa pikiran yang tidak rasional akan mempengaruhi emosi dan perilakunya. 48 Selanjutnya, Terjesen Kurasaki 2009 menemukan efektifitas konseling Rational Emotive dengan teknik kolaborasi konselor dengan orang tua dan 47 McLeod, J., 2008, An Introduction to Counselingterjemah : A.K Anwar, Jakarta : Kencana. 48 Weliangan, H Taganing N.M., 2009, “Efektifitas Terapi Rasional Emotif TRE dalam Mengurangi Pikiran tidak Rasional dan Stres pada Perempuan yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT”, dalam Proceeding PESATPsikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, Sipil Vol 3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma­Depok 20­21 Oktober 2009. 50 membuktikan bahwa konseling ini dapat meningkatkan fungsi emosional, dan meningkatkan kemampuan anak untuk mengelola masalah, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang perilakunya dengan efektif. 49 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan Rational Emotive dapat digunakan untuk merubah perilaku yang tidak rasional ke perilaku rational Kesalahan berfikir dapat melatarbelakangi perilaku asusila remaja yaitu perilaku pelanggaran moral masyarakat terutama perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab. Konseling dengan pendekatan rational emotive adalah konseling yang bertujuan untuk memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan­pandangan remaja yang irasional dan tidak logis tentang seksualitas menjadi pandangan yang rasional dan logis agar remaja dapat mengembangkan diri dan meningkatkan sel­actualizationnya 2. Bimbingan Agama Pengertian bimbingan agama adalah “Proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat”. 50 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala macam persoalan. Dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai ajaran agama individu. 51 49 Terjesen Kurasaki, R., 2009, “Rational emotive behavior therapy: applicationsfor working with parents and teachers”, dalam Estudos de Psicologia Campinas, Vol 261, 3­14, Janeiro –Março, 2009. 50 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. Ke­2, h. 4 51 H.M. Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, h. 36 51 Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu upaya untuk merubah perilaku menjadi selaras dengan ajaran agama, dari yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma masyarakat menjadi selaras sesuai aturan yang ada. Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 52 Pelaksanaan bimbingan agama berjalan dengan sukses apabila memahami bahwa individu mempunyai suatu kepribadian yang sangat berbeda. Hal tersebut terbentuk dari pengaruh baik dari dalam yang berupa bakat bawaan maupun pengaruh dari lingkungan masyarakat. Keadaan yang senantiasa berubah pada individu itulah yang perlu mendapat perhatian bimbingan, sehingga dapat terarahkan untuk menentukan pilihan­pilihan hidupnya. Demikian ini merupakan suatu gambaran sekilas tentang kondisi individu yang perlu diperhatikan sebelum proses memberikan bimbingan. Berdasarkan pengertian bimbingan dan tuntunan yang hendak dicapai dalam mengarahkan dan membimbing, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah mengarahkan individu kepada hal­hal yang berhubungan dengan kehidupan masa sekarang, masa mendatang dengan cara tanggung jawab, sehingga diharapkan dapat menerapkan ke dalam situasi kehidupan yang sesuai dengan lingkungan yang ada. Bimbingan agama sangat cocok kepada mereka yang melakukan tindakan asusila agar sadar bahwa agama Islam tidak melarang untuk memenuhi kebutuhan 52 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, op.cit,h. 25 52 seksual, tapi sudah di atur sedemikian rupa agar selaras dan baik untuk manusia. Bimbingan agama juga menjadi awal dari perubahan menuju ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah dan Rasul, sehingga dalam hidup meraih ketenangan dan kebahagiaan. 3. Perubahan Perilaku Menurut Islam Perubahan perilaku menurut Islam adalah dengan taubat, taubat dari segala perilaku maksiat dan tidak akan mengulangi lagi. Taubat yang dimaksud dalam pembahsan skripsi ini adalah menyesali perilak­perilaku maksiat dalam hal ini adalah perilaku asusila yang pernah dilakukan dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan seperti itu lagi. Taubat berarti kembali kepada Allah. Proses kembali itu tidak sah dan tidak sempurna kecuali dengan mengenal Allah dengan cara mengenali bermacam nama serta sifat­Nya. Proses kembali itu tidak sah tanpa mengetahui jika seseorang lari dari Allah. Untuk bisa bertaubat, seseorang harus yakin bahwa dia tidak akan terjerumus ke dalam cengkraman musuh godaan setan kecuali disebabkan ketidaktahuan akan Allah serta keberanian kembali kepada­Nya. 53 Taubat hanya akan terjadi jika lebih dahulu memahami hakikat dosa, mengakui dosa, serta menjauh dampak buruk yang ditimbulkan dari dosa, baik pada masa lalu maupun masa mendatang. Taubat adalah dengan kembali insaf dan sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Lalu pusatkanlah aqidah dan ibadah kepada­Nya. Firman Allah tentang taubat dalam surat At­Tahrim ayat 8: 53 Dede Permana M.A, Tuhan Ingin Aku Kembali, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, h. 80­81. 53                                                 “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. At­Tahrim:8 Nashuha berarti yang bercirikan nush.Dari kata “nasihat”, yaitu upaya untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan yang membawa manfaat untuk dinasihati.Kata ini juga bermakna tulus atau ikhlas. Taubat yang disifati oleh kata ini mengilustrasikan taubat sebagai sesuatu yang secara ikhlas menasihati seseorang agar ia tidak mengulangi kesalahannya. Karena taubat nashuha adalah pelakunya tidak terbetik lagi dalam benaknya keinginan untuk 54 mengulangi perbuatannya, karena setiap saat ia diingatkan dan dinasihati oleh taubat itu. 54 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam untuk merubah perilaku burukmaksiat, asusila dll yaitu dengan taubat nashuha, menyesali dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perilaku buruk tersebut. Seorang individu baik itu remaja, pemuda dan orang dewasa yang terjerumus pada tindakan asusila maka sebaiknya sesegera mungkin menyadari kesalahannya dan minta ampunan dari Allah SWT. Kemudian bertaubat nashuha dengan menyesali perilaku buruk tersebut dan berjanji untuk menjauhi, meninggalkan dan tidak akan mengulangi lagi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa taubat merupakan salah satu metode atau cara merubah perilaku, dari perilaku maksiat, buruk dan bertentangan dengan ajaran Islam menjadi perilaku baik, taat dan selaras dengan ajaran Islam untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 54 Sudirman Tebba, Nikmatnya Taubat, Banten: Pustaka irVan, 2007, h. 46 55

BAB III BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto

1.Riwayat Hidup Muhammad Ismail Yusanto H. Muhammad Ismail Yusanto lahir di kota Yogyakarta provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, pada tanggal 2 Desember 1962 dari pasangan H. Sadali Abdul Hadi dan ibu Hj. Mutamimah. Masa kecil beliau dihabiskan di kota Yogyakarta dan sekarang beliau berdomisili di Jl. Bratasena 2 No 5 Komplek Bumi Indraprasta 2 Bogor. 1 Keluarga Muhammad Ismail Yusanto tergolong keluarga religius ayah dan ibu beliau dikenal di kota sebagai tokoh agama dan selalu menjaga akhlak. Ayah beliau termasuk tokoh agama yang paling popular di kota dan berprofesi sebagai guru sedangkan ibu beliau seorang ibu rumah tangga. Penerapan pendidikan menjadi yang utama dalam keluarga H. Sadali, beliau sangat peduli terhadap perkembangan anak­anaknya terutama pendidikan agama Islam.Masjid yang berada di belakang rumah adalah tempat H. Sadali mengajarkan ilmu agama kepada anak­anak sekitar dan terutama kepada anak pertama beliau, Muhammad Ismail Yusanto. Di Masjid ini tempat yang membentuk karakter beragama seorang Ismail Yusanto dan berdampak pada kecintaan beliau terhadap Islam. Muhammad Ismail Yusanto adalah anak pertama dari enam bersaudara. Adik beliau Bora Darussalam STAN Jakarta, Ahmad Gadang Pamungkas S1 1 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 Kehutanan UGM, Farida Belami S1 Biologi UGM, Yuniar Vida Aprilla S1 Bahasa Inggris IKIP UNY, dan Imamuddin Iluiyadi S1 Ekonomi UGM. Dari kelima adik beliau tersebut hanya Ahmad Gadang Pamungkas yang aktif berdakwah bersama Hizbut Tahrir Indonesia dan keempat lainnya sibuk dengan aktifitas kerjaan masing­masing. 2 Beliau menikah pada tahun 1990 dengan Zulia Ilmawati dan dikarunia 4 anak, Amila Shaliha 22 tahun, mahasiswa F. Psikologi Unpad, Bandung, Muhammad Alauddin Azzam 19 tahun, Mahasiswa FIB UGM, Atika Shafwa Khayrunnisa 8 tahun, kelas 2 SDIT Insantama, Bogor dan Muhammad Rafsyaa Rizki Ramadhan 7 tahun, kelas 2 SDIT Insantama, Bogor dari istri keduanya, Retno Jayanti, sarjana hukum UII dan notariat UGM, yang dinikahi tahun 2005. 3 Muhammad Ismail Yusanto mulai aktif kegiatan keagamaan sejak kecil tepatnya saat menempuh pendidikan sekolah dasar SD, beliau rajin mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di Masjid yang berada di belakang rumah beliau. Kegiatan­kegiatan yang membekas sampai sekarang adalah saat­saat mengikuti shalat tarawih berjamaah, takbir keliling dan perlombaan­perlombaan yang bersifat keagamaan. 4 Muhammad Ismail Yusanto pada masa kecilnya sudah dikenal sebagai anak yang pandai membaca al­ Qur’an dan rajin shalat. Di sekolah dasar SD beliau juga dikenal sebagai murid yang mempunyai pemahaman agama yang lebih baik dibandingkan murid yang lain, nilai pelajaran agama beliau hampir selalu 9. 2 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 3 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 4 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 Saat masuk sekolah menengah pertama SMP dan menengah atas SMA, beliau berperan sebagai ketua kelas dan ketua seksi kerohanian Islam. 5 2. Riwayat Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto Muhammad Ismail Yusanto menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Taman Siswa Yogyakarta, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Yogyakarta dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta. Selain aktif dalam menuntut ilmu di sekolah, beliau juga aktif berbagai kegiatan di luar sekolah yang bersifat positif. Gelar insinyurnya diperoleh di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988. Setelah lulus dari UGM, nyantri di Pondok Pesantren Ulil Albaab Bogor dibawah bimbingan Ustadz Didin Hafidhuddin hingga tahun 1991. Sebelumnya, semasa kuliah pernah nyantri kalong di Pondok Pesantren Budi Mulia yang dipimpin oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais, dan semasa menempuh pendidikan menengah nyantri kalong di Pondok Pesantren Krapyak di bawah asuhan KH. Ali Maksum, keduanya di Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan S­2 program Magister Manajemen di STIE – Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta pada tahun 2000. Ketika lulus dari UGM, beliau sempat ditawarkan pekerjaan di Qatar. Menjadi penambang minyak di Negara tersebut, dan tentunya gaji yang ditawarkan luar biasa. Akan tetapi dengan tsiqah beliau terhadap dakwah, beliau memutuskan untuk ke Bogor dalam rangka melanjutkan dakwah beliau di sana. 6 5 Wawancara Pribadi dengan H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 6 Januari 2014 6 Wawancara Pribadi dengan M. Alaudin Azzam anak ke dua H. Muhammad Ismail Yusanto, Jakarta, 15 Februari 2014