Pemikiran dakwah Imam Khomeini
PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I)
Oleh:
Al-Mukarromah
104051001775
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Al-Mukarromah
NIM: 104051001775
Di bawah bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, M.A
NIP: 150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 26 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Arief Subhan, M.A Dra. Lilis Suryanti, M.Pd
NIP: 150262442 NIP: 150272609
Penguji I Penguji II
Drs. Sunandar, M.Ag Drs. M. Sungaidi, M.A
NIP: 150273477 NIP: 150282640 Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, M.A
NIP: 150276299
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan seru sekalian alam. Dengan segala rahman dan rahim-Nya, tak terasa amanat menuntut ilmu yang disokongkan dari orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Tiada kata yang pantas terucap, selain kata syukur atas segala Maha pengasih dan penyayang-Mu ya Robb atas segala nikmat, rahmat, dan ridho yang Kau curahkan pada hamba-Mu yang tak luput dari dosa serta lemah ini yang hanya mampu membalas kearifan-Mu dengan ribuan untaian rasa dan kata syukur. Kemudian, tak lupa untaian kata salawat kepada Nabi Muhammad Saw, penyuluh lentera penerang kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Semoga cahaya-mu ya Rasulullah senantiasa menyinari kami, sekalian umat-mu amin.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya skripsi ini. Karena itu penulis akan menerima dengan penuh rasa hormat dan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi skripsi ini.
Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap orang yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini:
1. Kepada ayahanda Awaluddin Muhammad Amin dan ibunda Bismar
Hasan atas seluruh pengobanannya, penulis ucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya, semoga Allah Swt merahmati dan hanya Dialah yang mampu membalas segala jasa besarmu ayahbunda
(5)
2. Dr. Murodi, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi 3. Drs. Wahidin Saputra M.A selaku dosen pembimbing (sekaligus Ketua
Jurusan KPI) yang bersedia memberi masukan yang amat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan KPI yang telah banyak memberi masukan kepada penulis dan memberi pengalamannya dalam mencari judul skripsi, masalah perkuliahan, serta memudahkan urusan domestik administrasi nilai untuk penulis. 5. Segenap Bpk/Ibu dosen pengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
(FDK), khususnya di Jurusan KPI yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah membimbing penulis dan ikhlas memberikan ilmunya, mohon maaf bila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis yang kurang berkenan di hati Bpk/Ibu, penulis hanya harapkan do’a dari Bpk/Ibu, semoga ilmu yang didapat menuai keberkahan.
6. Seluruh Staff di FDK dan pengelola Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama terima kasih atas layanannya, semoga pelayanannya kepada mahasiswa menjadi lebih istimewa lagi
7. Kakak-kakakku, Kak M. Al-Amin, Kak Abdus Salam, dan spesial untuk Kakakku Al-Hasanah S.Sos.I, terima kasih atas semua masukan, nasihat, cerita pengalaman, dan berbagi susah serta senang bersama.
(6)
Adik-adikku Rodiatam Mardhiah, Akmalul Mukminin, Rahmatal Abror, M. Nazhif, Sayyidatul Ummah,
M. Arif Billah, Alfiyatul Yusriyyah, dan M. Ziyad Husaini, senyum kalian saat penulis meminta bantuan selalu menyejukkan hati penulis 8. Segenap keluarga besar dan rekan di Majelis Taklim Assakinah Fi
Riyadhil Jannah
9. Kawan-kawan kelas di KPI B angkatan 2004, Kasih, Jevy, Daseva, Mimin, Imut, Ida, Ani, ifa, Ulul, Eza, Ika, Yayu, Anis, Sarah, Iik, Tia, Zee, Mika, Rika, Desi, One, Fauzi, Fajar, Asmuni, Maulana, Haris, Ridho, Ali, Rahmatullah, Irwan, Arya, Matul, Samlani, Ade. Pengalaman menuntut ilmu bersama kalian semua adalah karunia Allah Swt yang tiada tara.
10. Teman-teman di organisasi, di Majalah Jeda,. di LPMU Institut, di
HIQMA, di Komka, di Marawis Dakwah, teman-teman dan pengurus di
Zeta Data Centre Pusbangsitek UIN, segenap rekan dan direksi di
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa Republika, dan
teman-teman di kursus komputer ESE Project.
11. Bantuan beasiswa Gudang Garam (smt 3), Orbit (smt 5), Women International Club (WIC dari smt 6 sampai lulus), terima kasih atas bantuan materi demi kelancaran kebutuhan kuliah penulis.
Jakarta, 30 April 2008
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A....Latar Belakang Masalah ... 1
B....Pembata san dan Perumusan Masalah ... 5
C...Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D...Metodol ogi Penelitian... 7
E....Tinjauan Pustaka ... 8
F....Sistemati ka Penulisan ... 9
BAB II. LANDASAN TEORITIS ...11
A. Konsep Pemikiran ... 11
B. Pengertian Dakwah ... 13
(8)
D. Hakikat Dakwah... 16
BAB III. PROFIL DAN PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI ... 18
A. Latar Belakang Keluarga... 18
B. Perjalanan Hidup Imam Khomeini... 19
C. Sekilas tentang Perjuangan Imam Khomeini Menuju Revolusi Islam Iran ... 23
D. Sosok Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini ... 28
E. Karya-Karya Imam Khomeini... 33
F. Pemikiran Dakwah Imam Khomeini... 42
BAB IV. ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI ....66
A....Konsep Pemikiran Dakwah Imam Khomeini... 66
B....Metode Dakwah yang Efektif menurut Imam Khomeini ... 82
BAB V. PENUTUP...93
A. Kesimpulan ... 93
(9)
DAFTAR PUSTAKA ...96
(10)
ABSTRAK
Pemikiran Dakwah Imam Khomeini
Oleh: Al-Mukarromah
Imam Khomeini adalah seorang tokoh yang tetap monumental, sehingga meneliti sosok beliau bak ”oase di gurun pasir yang gersang”. Pribadinya dapat menjadi jawaban di tengah gencarnya fitnah, pelecehan dunia terhadap Islam, dan sikap apatis sebagian kalangan bahwa Islam tak lagi relevan sebagai solusi berkehidupan di era kini. Dengan menguak kembali kiprah seorang ulama besar Iran yang pernah hidup di abad dua puluh ini, Imam Khomeini (wafat 1989) melalui Revolusi Islam Iran 1979 di bawah kepemimpinannya, Islam mampu menjawab dengan berdiri tegak melawan kezaliman penguasa Iran yang ketika itu diintervensi asing untuk menjauhkan Islam dari rakyat Iran dan mengoyak kesejahteraan rakyat. Penelitian ini menarik karena strategi dan kiprah Imam Khomeini kiranya juga mampu menjawab krisis multidimensi yang terjadi di negeri tercinta Indonesia karena salah satu penyebab krisis tersebut adalah negeri kita tak berdaya melawan intervensi asing.
Penelitian ini mengangkat judul ”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini” dengan rumusan masalah menelusuri bagaimana pemikiran dakwah Imam Khomeini? dan apa metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini?.
Pendekatannya menggunakan pola deskriptif historis yaitu mendeskripsikan hasil penelitian historis dengan pendekatan metode studi naskah. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data/dokumen untuk memerkuat informasi seperti buku bacaan, majalah, internet, koran, dan lain-lain.
Pemikiran dakwah Imam Khomeini adalah pemikiran yang sesuai dengan teori ilmu dakwah, menerapkan ajaran alquran dan sunnah Nabi Saw. Dari sini, kita bisa merenungi kedalaman pemikiran beliau yaitu berdakwah adalah kewajiban semua manusia baik umat Islam dan manusia semua karena kitab alquran itu diturunkan Allah Swt untuk hujjah seluruh manusia. Bagi Imam seorang da’i adalah indikator utama keberhasilan pesan dakwah Islam. Karena itu da’i haruslah menyiapkan dirinya dengan terus melakukan pengayaan ilmu pengetahuan dan akhlak Islam. Objek/mad’u dakwah Imam mengklasifikasikannya berdasar strata sosial ekonominya yaitu kaum mustadh’afin, kaya, dan pejabat. Metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini ternyata amat beragam yaitu: metode dakwah kepada musuh Islam; metode dakwah melalui majelis ilmu; melalui berdialog/musyawarah; melalui tabligh/berpidato; dengan memilih materi dakwah yang pas; dengan memanfaatkan media komunikasi massa.
(11)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar strata satu (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika terbukti di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 3 Juni 2008
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan semakin berkembangnya dakwah Islam, dengan ditandai oleh semakin banyaknya variasi dakwah Islam melalui media massa, cetak atau elektronik, yang sedikit-banyak menimbulkan efek positif bagi perkembangan nilai keberagamaan umat. Kemudian, di sisi berlawanan, terjadi pula fitnah yang besar bagi umat Islam akibat semakin gencarnya musuh-musuh Islam memerangi Islam dengan berbagai cara. Ini membuat kita perlu memikirkan dan terus-menerus memodifikasi konsep dakwah itu sendiri guna dakwah Islam tetap pada tujuan aslinya yakni mengajak manusia ke jalan Allah SWT , tanpa ada niat selain pada-Nya dan agar dakwah Islam tak mudah redup terkalahkan oleh fitnah yang marajalela yang menghantam umat Islam seperti pada kondisi saat ini.
”Dakwah adalah sebuah aktivitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tak boleh berhenti apalagi mati, tetapi ia adalah aktivitas yang kontinyu. Karenanya memerlukan para pelaku dakwah aktifis yang mampu mengemban amanat penerus para nabi. Kredibilitas dan kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang menerima dakwah, semakin meluas geografi dakwah, semakin dibutuhkan pertambahan wawasan dan keluasan kerja-kerja dakwah.”1
Karena itu, sangatlah diperlukan kreativitas sebuah penggambaran konsep pemikiran dakwah yang holistik, transformatif, dan sesuai zaman. Salah satu cara
1
(13)
untuk menggambarkan sebuah konsep yang termudah adalah, kita mengambil konsep pemikiran dari para guru kita, pendahulu kita, para ulama yang ternama di zamannya yang dengan konsep pemikiran dakwah-nya, Islam mampu menggapai masa kejayaan di masa kepemimpinannya.
Dalam sejarah perubahan masyarakat, ulama memang memiliki peran yang sangat besar dan universal. Ia nyaris memiliki andil dalam setiap lini dan detik dalam perubahan masyarakat (social angineering) yang bermuara pada kesadaran kolektif masyarakat untuk melakukan perubahan. Maka ulama dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi perubahan.2
Sebuah personifikasi konsep dari seorang ulama besar dapat kita relevankan konsep pemikiran itu dengan masa kini. Selama konsep pemikiran itu tak keluar dari norma syariat Islam, serta ia sesuai dengan kultur masyarakat muslim, konsep pemikiran itu dapatlah kita gunakan.
Ayatullah Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini atau Imam Khomeini adalah salah satu ulama besar yang amat berandil dalam menggerakkan umat menuju ajaran Islam sesungguhnya yang pernah dimiliki umat Islam. Imam asal Teheran, Iran yang lahir pada 1902 M ini, melalui pemikirannya yang besar dan berpengaruh, mampu menjatuhkan rezim penguasa yang ingin menjauhkan umat dari ajaran Islam karena pengaruh intervensi negara asing.
2
Fathiy Syamsuddin, Menguatkan Peran dan Fungsi Peran Ulama, Majalah Al-Wa’ie, no. 80 (April 2007), h.13.
(14)
Melalui keyakinan dan konsep amar makruf nahi munkar serta dengan strategi (dakwah) yang handal, Imam Khomeini mampu memengaruhi segenap rakyat Iran untuk menggulingkan rezim tersebut. Dengan 98,2 % suara rakyat yang setuju didirikannya Republik Islam, resmi pada 1 April 1979 sebuah negara Republik Islam berdiri. Peristiwa ini dikenal dengan Revolusi Islam Iran.3
Kiprah Imam Khomeini yang demikian, diharapkan bisa mengetuk hati para ulama, cendekiawan, intelektual muslim (bahkan sampai kepada para negarawan) di era kini untuk bangun dari ’tidur’-nya yang saat ini tidak/belum terdengar kiprah besarnya dalam memimpin umat. Peran mereka kini tampak hanya berada pada sub khusus dari kehidupan masyarakat. Ya, yakni hanya dalam momen seremoni keagamaan, forum ilmiah, di tempat ibadah dan lain sebagainya. Selebihnya, yang mampu menguasai dan mewarnai Islam dalam segala lini kehidupan, baik dalam pemerintahan atau politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya, hanya dalam porsi minim.
Di tengah absurd-nya (tidak jelas) kehidupan bernegara di bawah ’standard ganda’ kebijakan pemerintah baik dalam negeri maupun internasional, yang kini kita bisa melihat hasilnya yaitu kemiskinan merajalela, peperangan antarnegara yang membunuh ribuan warga sipil yang tak berdosa, dan masyarakat yang terdikotomi (terpisahkan) dari nilai agama, suasana ini pulalah yang saat itu terjadi di Iran, yakni penguasa Iran saat itu diintervensi oleh Barat.
3
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, (Jakarta: Al-Huda,t.t.), h. 21
(15)
Karena itu, Imam Khomeini dengan segala usahanya ternyata mampu
merebut dan kembali mengembalikan Iran ke dalam dasar prinsip nasional dan masyarakatnya yang mayoritas berwatak religius, 4melalui Revolusi Islam Iran
1979. Momentum ini pula menjadikan sebuah pemerintahan Islam mampu tampil secara revolusioner ke arena politik internasional. Islam berusaha merangkul pihak-pihak yang hak-hak politik dan ekonominya dicabut. Islam merupakan perisai moral terhadap serangan gencar nilai-nilai Barat. Akhirnya Islam merupakan jawaban bagi individu dan kelompok sosial yang mengalami prahara ketidakpastian, relativisme dan krisis identitas.5
Penelitian ini sangat menarik, karena ini juga ada kaitannya dengan sedang memanasnya benturan politik antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Disebabkan larangan pengayaan nuklir Iran yang diklaim oleh AS bertujuan untuk pembuatan senjata pemusnah massal.
Terlepas dari pro-kontra perseteruan politik antara AS dan Iran tersebut, yang jelas bahwa kita sebagai bangsa sebuah negara, memang sudah saatnya memiliki prinsip agar eksistensi bangsa dan negara tak mudah diinjak-injak oleh negara lain. Kita pernah mendengar banyak prinsip yang digaungkan oleh para pemimpin negeri kita, terutama prinsip yang pernah digaungkan oleh Presiden Soekarno ”Go
4
Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, (Ttp.: Tpn, t.t), h. 9
5
Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1996), cet. Ke-2, h. 7.
(16)
to hell with your aid!– Persetan dengan bantuan-mu!.”6 Dikarenakan beliau tahu, bantuan asing justru menyisakan kepiluan mendarah daging bertahun-tahun menggerus eksistensi dan identitas independensi bangsa. (semoga Allah SWT selalu memberi ampunan dan petunjuk untuk kita semua, bangsa Indonesia, amin) .
Torehan sejarah emas bagi peradaban Islam melalui kepemimpinan dan keulamaan Imam Khomeini yang amat berprinsip (terutama bila kita menilik prinsip kepemimpinan ulama/wilayat alfaqih yang dicetuskan oleh Imam Khomeini untuk sistem pemerintahan di Iran) sangatlah disayangkan bila kita tak mengambil pelajaran dari sini. Presiden Soekarno pernah berkata ”Jangan sekali-kali melupakan sejarah” (jas merah).7 Dari sejarah Imam Khomeini, kita dapat mengurai kembali bagaimana kontribusi beliau dan pemikiran beliau bagi kemajuan dakwah Islam yang bisa kita aplikasikan untuk kepentingan dakwah di era kini.
Karena itu, sangatlah menarik dan amat perlu jika pemikiran dakwah Imam Khomeini diurai melalui sebuah penelitian dalam skripsi bagi penulis, dengan mengangkat judul:”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
Debra Yatim, ed., .Kembara Tiada Berakhir: Herawati Diah Berkisah (Jakarta: Yayasan Keluarga, 1993), cet. Ke-1 h. 15
7
Jacobus Kamarlo Mayong, Menyedihkan, “Posko” Pembentukan Negara Republik Indonesia Terbengkalai, artikel diakses pada 7 Maret 2008 dari http://www.fpdiperjuangan.or.id
(17)
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih spesifiknya penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah hanya pada masalah pemikiran dakwah Imam Khomeini
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pemikiran dakwah Imam Khomeini?
b. Apa metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasar pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui pemikiran dakwah Imam Khomeini
b. Mengetahui metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini 2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wacana keilmuan dakwah serta keberlangsungan dakwah islamiyah
b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, dan pemikir dakwah dalam mengemas nilai Islam menjadi kajian yang menarik. Selanjutnya, memberikan motivasi bagi para pelaksana dakwah untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan sebuah
(18)
pemikiran dakwah yang kreatif, ramah, dan mampu diterima oleh masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor definisi metode kualitatif adalah penelitian yang berprosedur menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. 8
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pemikiran keagamaan Imam Khomeini dan objek penelitian ini adalah pemikiran dakwah dan metode dakwah yang efektif dalam pemikiran Imam Khomeini.
2. Teknik Pengumpulan Data
8
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) cet. xx, h.3
(19)
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memerkuat informasi. Atau teknik dokumentasi bisa disebut sebagai strategi yang digunakan dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku, majalah, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
Penulis dalam penelitian ini, meneliti segala buku yang berkaitan tentang pemikiran dakwah dan metode dakwah yang efektif menurut pemikiran Imam Khomeini serta artikel tentang Imam Khomeini dari bahan bacaan lainnya seperti majalah, internet, koran, dan lain sebagainya.
3. Analisa Data
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola pendekatan
deskriptif historis yaitu mendeskripsikan hasil penelitian historis dengan menggunakan metode ”studi naskah”. Pendekatan deskriptif historis juga merupakan prosedur penelitian yang menurut Norman K. Denzin, dengan cara melakukan penelaahan terhadap berbagai literatur atau naskah yang dihubungkan dengan fenomena sosial dengan cara melakukan interpretasi, verifikasi, dan generalisasi. 9
9
Norman K. Denzin dan Yvonna, Handbook of Qualitative Research, (London: Sage Publication, 1994), h. 1
(20)
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai pemikiran dakwah telah banyak dilakukan oleh mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi di antaranya:
Pemikiran dan Kiprah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibie di ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia) oleh Hadi Saeful Rizal NIM:102051025590
tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. Dr. Ismah Salman, M.Hum oleh Syarifah NIM: 1020510616 tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. KH. Ali Yafie oleh Zulham NIM: 102051025485 tahun 2006; Pemikiran dan Aktivitas Dakwah dr.
Sulastomo oleh Rafi’i NIM: 101051022580 tahun 2006; Pemikiran Dakwah
Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan Implementasinya dalam Politik oleh Leni
Kurniawati NIM 102051025459 tahun 2006. Namun, penelitian tentang pemikiran dakwah dari Imam Khomeini di Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini penulis menemukan belum pernah ada yang meneliti. Terkecuali di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat telah ditemui ada penelitian tentang Imam Khomeini tetapi dalam perspektif filsafat ilmu tasawuf dan politik bukan dalam perspektif pemikiran Imam Khomeini dalam bidang dakwah, seperti yang penulis angkat dalam skripsi ini yang berjudul ”Pemikiran Dakwah Imam Khomeini”.
Kemudian, dalam penelitian tentang Pemikiran Dakwah Imam Khomeini ini, penulis menggunakan referensi buku bacaan yang terkait dengan bahasan tentang Imam Khomeini di antaranya: Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan
Perjuangan; Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam; Para
(21)
Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang tak banyak diketahui, dan lain sebagainya.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki beberapa sub bahasan yaitu:
Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Landasan Teoritis, yang mengungkap Konsep Pemikiran, Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, dan Hakikat Dakwah.
Bab III. Menjelaskan Profil dan Pemikiran Dakwah Imam Khomeini yang terdiri dari, Latar Belakang Keluarga, Perjalanan Hidup Imam Khomeini, Sosok Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini, Karya-Karya Imam Khomeini, dan Pemikiran Dakwah Imam Khomeini.
Bab IV. Menjelaskan Analisis Pemikiran Dakwah Imam Khomeini: yang terdiri dari Konsep Pemikiran Dakwah Imam Khomeini dan Metode Dakwah yang Efektif menurut Imam Khomeini.
Bab V. Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran
(22)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Pemikiran
Kata konsep bermakna sebagai ide, umum, pengertian, pemikiran, rancangan, rencana besar.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
makna konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.2
Sedangkan pemikiran adalah proses, cara, perbuatan memikir.3 Sebuah pemikiran amat penting dalam pembaharuan peradaban kehidupan umat manusia, khususnya dalam hal ini untuk umat Islam di era modern saat ini.
Alquran adalah sumber pemikiran. Sumber inspirasi yang tak habis dalam pertumbuhan ilmu akal.4 Pun alquran memiliki keistimewaan dapat memecahkan problem-problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan dengan pemecahan yang bijaksana.5
Pemanfaatan pemikiran untuk kemajuan peradaban manusia, bisa pula kita mengambil pelajaran dari masyarakat terdahulu. Telah diakui oleh dunia
1
Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta:Absolut, 2004), cet II, h. 239
2
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka ,2003),cet III, h.588
3
Ibid, h. 873
4
Taufik Abdullah et all, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: PT Ikhtiar baru Van Hoove, 2003), h.3
5
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004), h. 14-15
(23)
kesarjanaan modern, masyarakat Islam klasik memiliki etos keilmuan yang amat tinggi. Akan tetapi sayangnya umat Islam sendiri banyak tak mengetahui, terlebih menghayati makna, dan mengembangkannya.6
Memanfaatkan pemikiran Islam klasik di era kini sangatlah penting untuk peradaban manusia di zaman modern. Nur Cholish Madjid (Cak Nur) pernah mengungkapkan:
Zaman modern tampaknya memberi kemungkinan baru bagi umat Islam untuk memerluas cakrawala dan menjadi kreatif kembali. Pada perkembangan dan tradisi beragam keilmuan Islam, diharapkan menjadi pemicu bagi munculnya semangat dan sikap apresiatif terhadap warisan klasik Islam. Karena itu, perlulah menarik benang merah dan relevansinya bagi tantangan di zaman kini. Dengan tetap bertitik tolak pada yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai keterangan atas segala sesuatu. Pada prinsipnya tantangan yang ada di depan umat Islam sekarang ialah mengungkap kembali kandungan alquran dengan segala implikasinya, secara luas dan kreatif. Untuk itu, kaum muslim zaman ini seperti telah dipraktekkan oleh mereka pada zaman dahulu, harus menggunakan segala macam bahan yang disediakan oleh pengalaman manusia dalam berbudaya dan berperadaban. Sikap inilah yang bisa ditarik sebagai kesimpulan eskatologi Islam yang menyangkut masalah pemikiran dan ilmu pengetahuan.7
Selain itu, Cak Nur dalam bukunya yang lain, Khazanah Intelektual Islam, menyatakan:
Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal berkecenderungan untuk memeroleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu ia pun memelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan
6
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina,1997), cet I, h. 13
7
(24)
dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia.8
B. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu
ﺎ د-ﻮ ﺪ-ةﻮ د yang artinya menyeru, mengajak.9 Dalam alquran makna dakwah memiliki banyak arti antara lain: (a) menyampaikan dan menjelaskan (Q.S Fushilat 24 dan Yusuf 108), (b) berdoa dan berharap (Q.S Al-a’Raf: 55), (c) mengajak dan mengundang (Yusuf :33).10
Secara Terminologis Toha Yahya Oemar menyatakan seperti mengutip dari buku Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.11
Quraish Shihab berpendapat dakwah adalah seruan/ajakan kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakatya.12
8
Nurcholish Madjid, ed., Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), cet II, h. 307-308
9
Ahmad Warson, Al-Munawwir , (Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984), h.483.
10
M. Idris A. Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (Jakarta: Tpn., t.t), h.3
11
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet I, h. 5
12
Quraish Shihab, Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:Mizan,1999) cet XIX h.194
(25)
M.Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi menyatakan dakwah adalah sebagai suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, serta pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.13
Dari makna dakwah pendapat para pakar di atas, dapatlah disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu jalan mengajak menuju jalan Allah Swt guna membawa manusia kepada jalan yang benar, yang mampu merubah keadaan kehidupan manusia (individu atau masyarakat) menuju ke arah yang lebih baik baik di dunia sampai akhirat.
C. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang ada dalam kegiatan dakwah. Unsur-unsur dakwah itu adalah: 14
1. Da’i (pelaku dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan dan perbuatan. Baik secara individu, kelompok atau organisasi.
2. Mad’u (Mitra dakwah atau penerima dakwah)
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah
yaitu manusia secara keseluruhan.
13
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:Bumi Aksara,1993), h.6
14
(26)
3. Maddah (Materi Dakwah)
Maddah Dakwah adalah isi pesan/materi yang disampaikan da’i pada mad’u.
Materi dakwah dapat dikelompokkan menjadi: (a) akidah (keimanan); (b) syariah (ibadah dan muamalah); (c) akhlak.
4. Wasilah (media dakwah)
Wasilah (media) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran Islam). Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima macam yakni: lisan, tulisan, audio visual, dan akhlak.
5. Thariqah (Metode dakwah)
Thariqah adalah metode yang digunakan dalam dakwah. Metode
dakwah adalah cara untuk menyampaikan materi dakwah.
Dalam alquran surat An-Nahl: 125 telah dijelaskan metode dakwah :
عدا
ﻰ إ
ﻚ ر
ﺔ ﻜ ﺎ
ﺔﻈ ﻮ او
ﺔ
ا
ﻬ دﺎ و
ﺎ
ه
أ
نإ
ﻚ ر
ﻮه
أ
ﻮهو
أ
ﺪ ﻬ ﺎ
.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk." (Q.S An-Nahl:125).
Dalam ayat ini ada tiga metode dakwah yaitu: (a) Hikmah yakni metode dakwah dengan memertimbangkan kemampuan rasional akal si penerima dakwah; (b) Mauizah hasanah ialah metode menggunakan dalil, argumentasi yang tepat sehingga mad’u menjadi puas menerima materi yang diberikan; (c)
(27)
Mujadalah billati hiya ahsan ialah metode tukar pikiran atau diskusi menjawab bila mad’u menanyakan kebenaran materi dakwah.
6. Atsar (Efek Dakwah)
Atsar (efek) sering disebut feed back (umpan balik) dari proses dakwah. Efek sangat berarti untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menjalani dakwah.
Tujuan dakwah yakni untuk memengaruhi tiga aspek perubahan diri mad’u, yakni perubahan pada aspek pengetahuan/kognitif (knowledge), sikap (attitude), dan prilaku (behavioral). Kemudian, penelitian dan evaluasi terhadap penerimaan dakwah dilakukan guna menjawab sejauh mana ketiga aspek perubahan pada manusia telah berjalan pada mad’u.
D. Hakikat Dakwah
Hakikat dakwah bisa juga dijelaskan sebagai filsafat dakwah. Secara filosofis di dalam filsafat dakwah adalah hakikat dakwah yakni apa sebenarnya dakwah itu, memelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah seperti tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai Islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap, dan prilaku seseorang khas Islam.15
Hakikat makna dakwah pemahamannya ialah: 16 (a) Dakwah sebagai kerja Tuhan. Keberhasilan dakwah dipengaruhi usaha sang dai dan terakhir ditentukan oleh Allah SWT; (b) Dakwah sebagai ajakan kepada individu atau kelompok
15
Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah:Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), edisi II, h. ix-x
16
(28)
untuk mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam, serta membawa dari satu situasi ke situasi lain yang lebih baik/ islami; (c) Dakwah adalah memanggil kembali hati nurani untuk menghilangkan sifat buruk menuju ke sifat mulia; (d) Dakwah sebagai proses komunikasi. Dengan komunikasi terjadi transformasi lalu proses internalisasi iman, pengamalan, pentradisian ajaran dan perubahan keyakinan sikap dan prilaku; (e) Dakwah sebagai penyebaran rahmat Allah Swt pada sesama manusia bahkan pada makhluk seluruh alam; (f) Dakwah sebagai pembebasan diri dari keterbelengguan; (g) Dakwah sebagai penyelamatan manusia agar tidak terperosok dalam kesalahan dan tak mengalami degradasi kemanusiaan; (h) Dakwah sebagai pembangun peradaban kehidupan manusia secara cerdas dan beriman tanpa merusak.
Dari penjelasan tersebut, dapatlah kita menarik kesimpulan hakikat dakwah adalah sebuah jalan menuju kebenaran dengan mengajak manusia (berusaha lalu bertawakkal) menuju penciptanya yakni Allah SWT guna tercipta kehidupan manusia yang sesuai dengan fitrahnya (hidup saling menolong, berprikemanusiaan, dan beradab).
(29)
BAB III
PROFIL DAN PEMIKIRAN DAKWAH IMAM KHOMEINI
A. Latar Belakang Keluarga
Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini atau Imam Khomeini lahir di Khomein pada 24 Oktober 1902 M / 20 Jumadil Akhir 1320 di dusun kecil di Iran Tengah. Tanggal lahir ini bertepatan dengan hari kelahiran Fatimah Az-Zahra putri Nabi Muhammad SAW.1 Keluarga Imam Khoemini adalah keluarga Sayyid Musawi, keturunan Nabi Saw melalui jalur Imam ketujuh Syiah, Musa Al-Kazhim. Mereka berasal dari Neysabur, di Iran Timur Laut. Pada awal abad ke-18, keluarga ini bermigrasi ke India, dan bermukim di kota kecil Kintur di dekat Lucknow di kerajaan Oudh. Kakek Imam Khomeini, Sayyid Ahmad Musawi Hindi, lahir di Kintur. Keluarga kakeknya adalah keluarga ulama terkemuka, Mir Hamen Husein Hindi Neysabury, yang karyanya, Abaqat Al-Anwar, jadi kebanggaan Syiah India. Sayyid Ahmad meninggalkan India pada 1830 untuk ziarah ke kota suci Najaf memenuhi undangan seorang saudagar terkemuka Khomein. Kemudian beliau pergi ke Khomein menjadi pembimbing spiritual. Sayyid Ahmad menikah dengan Sakinah, putri tuan rumahnya di Khomein. Mereka dikaruniai empat anak, antara lain Sayyid Mustafa Musawi (ayah Imam Khomeini), lahir 1856. Mustafa belajar di Najaf lalu pada 1894 kembali ke Khomein. Di sana ia menjadi ulama.
1
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, Majalah Hidayah, (Maret 2005), h. 80
(30)
Ibu Imam Khomeini, Sayyidah Hajar, ia adalah putri seorang Ayatullah terkemuka di wilayahnya, Ayatullah Mirza Ahmad dan juga kakeknya pun seorang ulama terkenal di zamannya, Ayatullah Al-Khunsari, penulis kitab
Zubdah Al-Tashanif.2 Saudara Imam Khomeini ada enam bersaudara. Imam
Khomeini adalah bungsu.3
Keluarga Imam Khomeini dikenal taat beragama. Pada usia Imam tujuh bulan pasca lahirnya, 4 Ayah Imam, Mustafa wafat pada 11 Zulqaidah (1320 H), ia terbunuh dalam usia 48 tahun (1900) di tangan Wali Kota Khomein saat memprotes pemerasan pajak yang tak adil, serta praktik penindasan yang dilakukan aparat Dinasti Qajar di daerahnya itu. Setelah itu, Imam Khomeini dibesarkan oleh ibunya dan bibinya, Sahiba atau Shahab Khanum. Pada usia Imam Khomeini 15 tahun.5
B. Perjalanan Hidup Imam Khomeini
Wafatnya orang-orang yang dicintainya dalam usianya yang masih amat muda, Imam Khomeini pun besar sebagai anak muda yang serius, banyak merenung, bahkan menyendiri di padang pasir di dekat kediamannya.6 Ayatullah
2
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 3
3
Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70
4
Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80 dijelaskan usia Imam Khomeini baru berusia empat bulan. Sedangkan dalam Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 4 dijelaskan usia Imam ketika itu lima bulan
5
Tetapi dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81 usianya 16 thn dan dalam Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 70 pun sama, 16 thn
6
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, (Bandung: Mizan, 2002), cet I, h. 110
(31)
Pasandideh, kakak Imam Khomeini, mengatakan bahwa bibinya, Sahiba yang mengurus keuangan dan masalah keluarga dalam membesarkan anak-anak saudaranya, terkenal dalam keluarganya sangat berani dan tak pernah takut untuk berbicara benar. Inilah kiranya yang memengaruhi pribadi Imam Khomeini yang telah 16 tahun diasuh oleh bibinya.7
Keluarganya mengingat Imam Khomeini kecil sebagai anak yang bersemangat dan enerjik. Imam kecil tak jarang pulang dengan baju berdebu dan sobek. Terkadang ada goresan luka setelah bermain. Secara fisik dia anak yang kuat. Dia dikenal jagoan di beberapa jenis olahraga karena ia bisa mengalahkan teman-temannya dalam pertandingan gulat.8
Pasca wafat ibu dan bibinya, Pasandideh-lah yang mengasuh Imam Khomeini. Sekaligus ia menjadi guru pertama Imam Khomeini dalam ilmu-ilmu Islam, khususnya logika dan bahasa Arab.9
Imam sejak kanak-kanak telah belajar menulis dan membaca di rumah. Dengan sungguh ia memulai pendidikan sekolah dini-nya di dekat rumah, Maktab
Khaaneh milik Akhund Mullah Abu Al-Qasim. Di usia tujuh tahun ia belajar
bahasa Arab pada sepupunya dari pihak Ayah, Syeikh Jafar, lalu ke Mirza Mahmud. Kemudian mengkaji buku tata bahasa Arab dan logika pada Hajj Mirza Muhammad Mahdi, pamannya dari pihak ibu. Kemudian melanjutkan studi
7
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.81
8
Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, (Bandung: Mizan, 2002), cet II, h.24-26
9
(32)
mantiq (logika) pada ipar lelakinya Haji Mirza Ridha Najam. Belum genap usia 15 tahun, ia sudah mahir bahasa Parsi.10
Di usia 15 tahun, Imam mulai belajar tata bahasa Arab kepada saudaranya, Murtaza, yang belajar bahasa Arab dan teologi di Isfahan. Imam punya bakat khusus dalam menulis dan menyusun syair Persia. Ia juga memerlihatkan minat pada kaligrafi Persia. Ia belajar ini oleh Syaikh Hamzah Mahallati. Khomeini muda pada waktu itu mendambakan menjadi mujtahid. Sebelum kelak menjadi mujtahid (marja’ taqlid) kemasyhuran Imam Khomeini adalah dalam bidang filsafat dan ’irfan.
Kemudian, pendidikan formal dimulai saat ia berusia 17 tahun.11 Imam pergi ke kota Arak. Tak lama belajar di sini, ia lalu belajar ke Qum, pusat studi keislaman di Iran. Imam Khomeini langsung tampil sebagai murid paling menonjol di hauzah ’ilmiyah (lembaga pendidikan) di kota itu. Syaikh Abdul Karim Hairi-Mujtahid terkemuka di masa itu adalah guru Imam Khomeini dalam bidang Fiqih dan Ushul Fiqih. Ia belajar filsafat dan ’irfan/tasawuf oleh Mirza Muhammad ’Ali Syahabadi. Imam menyelesaikan studi fiqih dan ushul dengan seorang guru dari Kasyan Ayatullah ’Ali Yasrebi Kasyani (wafat 1959). Kemudian Imam belajar kepada Ha’eri dalam bidang dars-e kharej (studi di luar teks tanpa buku pegangan hanya berupaya membentuk pendapatnya sendiri
10
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 80-81
11
Dalam Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h.80 dan
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 5, dijelaskan bahwa ketika itu Imam berusia 19 tahun
(33)
tentang hukum). Inilah tahap final pendidikan Imam Khomeini. Di awal 1930-an ia menjadi mujtahid dan menerima ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat guru terkemuka Imam, yakni Muhsin Amin Ameli (wafat 1952) ulama terkemuka dari Lebanon; Syaikh Abbas Qumi (wafat 1959) ahli hadis dan sejarawan Syiah; Abul Qasim Dehkondi Isfahani (wafat 1934) mullah terkemuka di Isfahan; Muhammad Reza Masjed Syahi (wafat 1943) yang datang ke Qum pada 1925 karena protes menentang kebijakan anti-Islam reza Syah.12
Pada usia 27 tahun, Khomeini telah menjadi guru filsafat dan ’irfan. Ia telah mulai mengajar di tingkat spesialisasi di hauzah ilmiyah Qum. Selain filsafat dan ’irfan ia juga mengajar fiqih, ushul fiqih, dan akhlak.13 Dalam usia yang relatif muda, Imam telah mencapai mujtahid di bidang hukum Islam. Dengan demikian ia punya wewenang untuk mengeluarkan fatwa untuk dianut oleh masyarakat Syiah. Pada akhir 1950-an Imam menjadi salah satu bintang di pusat teologi. Dua ratus lebih muridnya tersebar ke seluruh penjuru Iran dan kalangan Syi’ah di luar negeri.14 Karena itu pasca wafat Ayatullah Burujurdi pada 1961, tokoh ulama Syiah, Imam dipilih oleh masyarakat sebagai marja’ dini, yaitu sebagai tempat kembalinya umat dalam persoalan agama atau pucuk pimpinan spiritual dalam masyarakat Syiah.15
12
Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 73
13
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 6
14
Ali Rahnema, ed., Para Perintis Zaman Baru Islam, h. 88
15 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet v,h. 53
(34)
Kemudian, di usia 30 tahun, Imam Khomeini menikah dengan putri seorang agamawan terkemuka Teheran, Batul . Mereka dikaruniai dua putra dan tiga putri. Putranya, Mustafa Khomeini – seorang Hujjatul Islam terkemuka, wafat secara misterius, diklaim ini akibat pembunuhan oleh agen-agen dinas rahasia Iran masa Syah (Savak). Anak kedua, Ahmad Khomeini juga seorang Hujjatul Islam – ia menjadi salah seorang tokoh berpengaruh di Republik Islam Iran. Di antara putri-putrinya, Zahra Musthafawi adalah seorang doktor dan dosen filsafat di salah satu universitas di Iran.16
C. Sekilas tentang Perjuangan Imam Khomeini Menuju Revolusi Islam Iran
Penjelasan tentang perjuangan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran sangatlah penting untuk diurai di sini, karena inilah masa klimaks dan penting-nya perjuangan dan kemenangan Islam di bawah komando Imam Khomeini, sehingga suatu kebenaran dapat berdiri tegak tanpa ragu di hadapan dunia internasional.
Masa pergolakan politik di Iran dimulai dengan naiknya Reza Khan pada 1924 hingga tumbangnya Muhammad Reza Pahlevi pada 1979. kedua raja Pahlevi ini terus berupaya melemahkan posisi Islam di Persia untuk menggantikannya dengan peradaban Barat. Guna melancarkan tujuannya itu, pembunuhan terhadap para pemimpin Islam yang menghalangi niat mereka
16
(35)
pun dilakukan. Saat itu kehidupan rakyat Iran secara ekonomi lemah, korupsi, intervensi Barat, penjauhan diri dari kebudayaan Islam dengan penyalahgunaan media radio, televisi, dan surat kabar.17 Atribut agama seperti busana muslimah, pendidikan alquran, shalat jamaah, khutbah, dan lain sebagainya dilarang keras.18
Melihat keadaan ini, Imam Khomeini merasa terpanggil untuk melakukan penentangan politiknya bersama ulama-ulama lain. Hingga pada 1941, saat dirasa oleh Imam kebobrokan Reza Khan terhadap Islam harus dibongkar, pada usia 39, ia menulis buku yang berjudul Kasyf Al-Asyrar (membongkar rahasia). Saat itu ia baru bergelar Hujjatul Islam, secara jelas ia nyatakan reza Khan adalah antek Inggris, tiran, koruptor, dan penguasa anti Islam.19
Karir politik Imam Khomeini secara terang-terangan bermula pada tahun 1963 , setelah Reza Syah di tahun 1962 mengesahkan RUU DPRD yang memuat pasal posisi Islam dilemahkan, di antaranya penghapusan syarat keislaman bagi calon anggota dewan, menghapus sumpah dengan alquran, dan lain sebagainya.20 Karena itu, pada Maret 1963, Imam berpidato dengan lancang mengeluarkan kecaman atas Syah secara terbuka.21
Di tahun 1963, Imam mulai dikenal luas karena protes keras-nya pada kebijakan Syah di bidang pertanahan yang justru ini akan menghancurkan
17
Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, h. 9
18
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 7
19
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, h. 112
20
Ibid
21
(36)
secara total ekonomi agraris di Iran. Selain itu kebijakan itu juga akan membuat rakyat menjadi budak sejumlah konglomerat yang didominasi oleh keluarga kerajaan, sekelompok orang kaya Iran, dan perusahaan asing. Imam menyerukan perlawanan terhadap Syah yang memusuhi Islam, terutama saat Syah menyetujui desakan AS untuk menetapkan undang-undang mengenai kekebalan personil militer AS di Iran. Dalam penilaian Imam konsesi yang telah diberikan Syah kepada AS itu telah menghina rakyat Iran dan kaum muslim secara umum.22
Tahun 1963 pula Imam ditangkap polisi oleh tentara rahasia Syah seusai menyampaikan pidatonya di madrasah pimpinannya di kota Qum. Ia dibawa ke Teheran dan ditahan di pinggir Qasr. Namun, akibat tekanan rakyat, para pendukung Imam Khomeini turun ke jalan, di kota melakukan pemogokan hingga adanya kerusuhan yang menewaskan 15 ribu orang di Teheran dan 400 ribu di Qum, akhirnya kurang dari setahun, Imam Khomeini dibebaskan.23
Pasca dibebaskan, Imam Khomeini malah memerhebat serangannya ke rezim Syah. Ia kembali dijebloskan ke penjara. Pada November 1964, ia diasingkan ke Bursa di Turki. Setelah setahun, pengasingannya berpindah ke Najaf Irak. Najaf adalah kota suci kaum Syiah, maka Imam Khomeini dalam pengasingannya ini mengeluarkan pernyataan keras akan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negerinya. Pernyataannya ampuh membuat opini publik dan
22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 53
23
(37)
respon dari pengikutnya.24 Imam dalam berbagai kesempatan memimpin gerakan perlawanan. Pidatonya dalam bahasa Persia, pernyataan tertulisnya, dan instruksi politik dengan cepat tersebar di Iran. Jaringan perlawanan yang diciptakan Imam dikendalikan oleh kaum Mullah, kaum universitas, dan kaum bazari (pedagang) meneruskannya ke seluruh pelosok di Iran, sehingga rakyat tetap berada dalam kendali Imam. Pada 7 Januari 1978 surat kabar resmi pemerintah Iran memuat tulisan menghina kaum ulama karena dianggap menolak modernisasi. Maka demonstrasi kaum Mullah di kota Qum terjadi. Puluhan korban jatuh di pihak Mullah dan rakyat pendukung mereka. Imam menjadikan peristiwa ini momentum untuk menggerakkan rakyat secara massal menentang Syah.25 Melihat aksi Imam ini, Syah Reza meminta penguasa Iran mengusir Imam Khomeini dan pada 4 Oktober 1978 Imam diusir dari Irak.26
Awalnya Imam ingin tinggal di Kuwait, tetapi pemerintah Kuwait menolak karena penguasa negeri-negeri muslim ditekan untuk tidak mengizinkan tinggal di wilayah-nya oleh Syah. Akhirnya, ia tinggal di Paris yang pemerintahnya bersedia menerimanya. Di kota ini ternyata memberi akses publisitas bagi aktivitasnya memimpin pergolakan negeri Iran.27
24
Ibid, h. 113
25
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 54
26
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, h. 113
27
(38)
Perjuangan menuju Revolusi Islam Iran, termasuk saat di pengasingan, Imam selalu mengingatkan rakyat Islam Iran untuk selalu mengobarkan semangat mereka agar berkeyakinan bahwa bahwa Islam pasti menang, melalui pesan-pesannya, baik dalam bentuk tulisan/cetak maupun kaset-kaset yang diselundupkan ke Iran dan disebarluaskan oleh para pejuang.28
Setelah kurang lebih empat bulan di Paris, Perancis, Imam yang melihat bahwa Rezim Pahlevi tak diakui rakyat lagi, meski secara formal masih aktif, rakyat sangat mendambakan kehadiran Imam di tengah mereka, akhirnya Imam memutuskan kembali ke Iran, kendati diancam dibunuh setibanya di Teheran, tetapi tekad Imam bulat. Ia harus kembali ke Iran untuk berjuang bersama rakyatnya. 1 Februari 1979 Imam menapakkan kakinya kembali ke Iran setelah 14 tahun masa pembuangan. Dari airport Mehrabad, Teheran, Imam langsung menuju ke pemakaman Behesyte Zahra untuk memberi pidato bersejarahnya.
Pada 11 Februari 1979 Dinasti Pahlevi tumbang dan berdirilah negara Islam di bawah pimpinan Imam Khomeini. Pada 1 April 1979 rakyat diminta memberikan suaranya melalui referendum nasional, apakah setuju atau menolak pemerintahan Republik Islam. Ternyata 98,2 % rakyat memberi suara setuju sehingga resmilah berdiri Republik Islam Iran pada tanggal 1
28
(39)
April 1979.29 Imam Khomeini dipilih sebagai penguasa tertinggi Iran dalam sistem Republik Islam oleh rakyatnya yang berdasar wilayat alfaqih.30
Setelah masa 10 tahun kepemimpinannya, Minggu terakhir Mei 1989, Imam Khomeini jatuh sakit karena pendarahan lambung. Ia dirawat di rumah sakit Teheran. Akhirnya, pada Minggu 29 Syawwal 1409 (3 Juni 1989) Imam Khomeini wafat.31 Ia ternyata ulama dan pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Ini terbukti saat wafat Imam tak kurang sembilan juta rakyat mengantarkan Imam ke pemakaman terakhirnya yakni pemakaman Behesyte Zahra’ di luar kota Teheran.32
D. Sosok Da’i dan Kepemimpinan Imam Khomeini
Imam Khomeini adalah sosok da’i yang berilmu luas terutama dalam bidang ilmu ’irfan (tasawuf), fiqh, ushul fiqh, dan filsafat. Dengan kemahirannya dalam bidang ilmu tersebut. Pada usia 27 tahun, seusai merampungkan studinya, ia mencurahkan pemikirannya untuk kemajuan agama melalui mengajar di berbagai tempat seperti universitas, masjid-masjid, dan lain sebagainya sebagai majlis ilmu untuk kuliah fiqh, ushul fiqh, akhlak, dan filsafat.
29
Ibid, h. 20
30
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h.54
31
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 85
32
Imam Khomeini Qs: Pemimpin Revolusi, artikel diakses 7 Maret 2008 dari http://www.telagahikmah.org/main/jejak/007.htm
(40)
Saat mengajar, Imam terkadang kecewa jika muridnya tidak bertanya atau kritis terhadap materi yang telah diberikan. Imam selalu melatih muridnya untuk berpikir mandiri dan berkembang sebagai peneliti sejati yang berpikiran kritis. 33
Imam Khomeini pun menuangkan ilmu dan pemikirannya dengan memberi fatwa dan ijtihadnya untuk menyelesaikan masalah umat Islam demi kebaikan kehidupan umat Islam. Imam pun berdakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam). Banyak telah kita lihat karya-karya beliau di bidang tasawuf, filsafat, dan akhlak. Terutama buku Kasyful Asrar untuk tiran Syah yang menghentakkan publik. Inilah salah satu contoh ketegasan Imam Khomeini dalam ber-amar ma’ruf nahi
munkar (mengajak kepada yang makruf/baik dan melarang kepada yang
munkar/buruk).
Bagi Imam Khomeini Islam adalah segala-galanya, karena itu beliau rela berkorban demi kejayaan Islam. Jika Islam diganggu ia akan marah dan membelanya mati-matian.34 Imam Khomeini pun sangat mencintai Rasulullah Saw dan meyakini kebenaran mutlak alquran. Hal ini membuat Khomeini bagi sebagian orang dikenal seorang ulama yang keras, tak kenal kompromi, dan disebut sebagai khalifah ortodoksi agama.35 Orang-orang yang telah menghina dan menghujat kesucian Islam, beliau tak segan-segan menghukumnya bahkan membunuhnya. Karena itu, orang menganggap kelemahannya yang terbesar ada di bidang hak asasi manusia (HAM). Dia menganggap semua penentang
33
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 82
34
Ibid, 23-24
35
(41)
pemerintahan Islam adalah kafir, maka ia harus disingkirkan demi kepentingan negara dan Islam. Orang yang tak sependapat dengannya diperlakukan dengan tegas.36
Kasus Salman Rusydi misalnya, ia menghina Rasulullah Saw dan alquran melalui bukunya Ayat-Ayat Setan, Imam mengeluarkan fatwanya yaitu hukuman mati bagi Salman Rusydi di mana pun ia berada. Ia tak peduli hukuman ini dapat menyebabkan hubungan Iran dengan Barat akan kelabu, karena baginya konspirasi busuk dan pembela Baratnya atas nama HAM mutlak dihukum keras guna tak ada lagi pihak yang berani menghina Islam dan kaum muslimin.37
Namun demikian, di balik ”kegarangan” sikap Imam Khomeini itu, ternyata ia lemah lembut terhadap kaum mustadh’afin (kaum lemah). Imam sangat membela mereka. Pasca Revolusi Islam, Imam menggalang upaya perbaikan nasib kaum lemah dan tertindas dengan mengadakan berbagai program peningkatan kesejahteraan di berbagai bidang.38 Pembentukan Yayasan
Mustadh’afin contohnya, didirikan untuk kesejahteraan masyarakat tertindas
untuk memanfaatkan kekayaan negeri mereka yang terpasung untuk mereka kecap saat rezim Syah.39 Selain itu, produksi industri diberikan kepada pribumi Iran bukan diserahkan kepada para ahli asing seperti yang dilakukan Syah.40 Berbagai pusat pemberantasan buta huruf didirikan di seluruh pelosok negara
36
Ibid, h. 99
37
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h.28-29
38
Ibid, h.27
39
Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Republik Islam Iran: Selayang Pandang, h. 95
40
(42)
hingga di daerah pedusunan. Hasilnya sejumlah rakyat lumayan besar menjadi melek huruf. 41
Imam Khomeini dikenal sebagai pribadi yang sangat jujur, ikhlas dalam melakukan sesuatu dan tak pernah mau dipuji. Justru ia cemas dan gelisah bila seseorang menyanjung karakteristik moral dan sosialnya. Banyak pihak yang menyebut Imam Khomeini sebagai perwujudan spiritual dan akhlak Islam. Dalam pandangan Hujjatul Islam Muhammad Ali Ansari yang juga kepala Pusat Penerbitan Karya-Karya Imam Khomeini, Imam tak pernah mencari popularitas. Ia tak peduli akan penilaian manusia, para negarawan atau pemerintah. Melainkan pergerakannya itu untuk kemajuan dalam aspek moral, dalam penyempurnaan moralnya, dan pengenalannya akan Tuhan.42 Memang, keberserahan diri Imam kepada Allah Swt terpancar dari kekokohan imannya. Ia tak pernah takut apa pun kecuali pada Allah Swt. 43
Imam Khomeini terkenal sebagai ulama memiliki integritas tinggi juga seorang yang zuhud (tak silau dunia). Harta yang dimiliki Imam hingga akhir hayatnya hanyalah sebuah rumah sederhana yang telah diwakafkan pada Dewan Revolusi, alat masaknya, tempat duduk belajar sekaligus untuk tidurnya, serta beberapa buku dan alat ibadah.44 Di kota Qum, tempat tinggalnya, meski ia penguasa tertinggi di Iran, Imam hanya menumpang di beberapa kamar yang ada
41
Ibid, h. 79
42
Lukman H, Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, h. 81-82
43
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 26
44
Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, h. 44-48
(43)
di Husainiyyah (surau) Jamaran, Teheran Utara.45 Hingga akhir hayatnya Imam hanya tinggal di kontrakan rumah petak berukuran 3x5 meter sekaligus sebagai tempat menerima tamu dan para duta besar.46 Pakaian sehari-harinya pun seperti rakyat biasa tak ada yang istimewa.47 Pasca wafat Imam, jutaan orang yang berkunjung ke rumah Imam, tercengang seakan tak percaya bahwa seorang pemimpin revolusi yang spektakuler di abad ke dua puluh ini hidup amat sederhana.48
Sebagai seorang pemimpin, Imam telah menunjukkan bahwa gerakannya menumpas tiran Syah Reza di Iran yang mengesampingkan Islam, peran ulama, bahkan tanah airnya rela dijadikan boneka oleh Barat, adalah gerakan komunal yang solid hingga mampu menggulingkan tiran tersebut. Ini karena Imam Khomeini amat memahami pentingnya sebuah persatuan. Imam Khomeini merangkul semua kalangan, mulai dari para ulama, para mahasiswa dan kalangan intelektual universitas, para pedagang (bazari), hingga rakyat jelata korban penindasan rezim Syah Reza. 49
Perihal pandangan sebagian orang bahwa Imam otoriter semasa memimpin, ternyata Imam menghargai hak rakyatnya. Terutama dalam hal menentukan pemimpinnya. Konsep Wilayat Al-faqih yang kemudian diterjemahkan dalam
45
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 55
46
Rommy Fibri, Mendiang Khomeini Tinggal di Rumah Sederhana, artikel diakses pada 7 Maret 2008 di http://www.liputan6.com/luarnegeri/?id=148058.
47
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, h. 55
48
Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, h. 44
49
(44)
UUD Republik Islam Iran, presiden sebagai otoritas kekuasaan eksekutif, dipilih langsung oleh rakyat.hingga saat ini, 26 tahun pasca Revolusi Islam Iran, telah berlangsung delapan kali pemilihan presiden.50
Namun demikian, sebagai manusia biasa, kelemahan kepemimpinan Imam Khomeini dalam memimpin Republik Islam Iran tetaplah ada. Salah satunya Imam kurang campur tangan dalam banyak soal non-agama, seperti inflasi, perdagangan luar negeri, sektor swasta dalam ekonomi, dan lain sebagainya, sehingga ini menjadi sumber perdebatan di kalangan pejabat.51
E. Karya-Karya Imam Khomeini
Imam Khomeini meninggalkan puluhan kitab dan karya-karya yang berharga dalam kajian akhlak, , fikih, ushul, filsafat, politik dan sosiologi. Tapi sayangnya sebagian besar dari kitab karyanya hilang saat ia berpindah dari rumah kontrakannya dan saat penggerebekan berulang kali yang dilakukan oleh anggota Savak di rumah dan perpustakaan pribadinya. Imam Khomeini terkenal memiliki tulisan yang baik, sistematis dan lugas. Bahkan gaya prosa yang dituangkan
50
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h.31
51
(45)
dalam tulisannya memengaruhi perubahan dalam sastra agama dan politik di Iran hingga saat ini.52
Di bawah ini beberapa karya tulis Imam Khomeini:53
1. Syarah Do’a Sahar
Kitab ini membahas ’irfan, filsafat, dan teologi yang tinggi. Di dalamnya menggunkan ayat-ayat alquran sebagai dalil (penguat) dan riwayat ahlul bait
saat menjelaskan doa mubahalah yang terkenal dengan doa sahar. Awalnya kitab yang berisi 239 halaman ini ditulis oleh Imam dalam bahasa Arab pada 1347 H, lalu diterjemahkan ke bahasa Persia.
2. Al-Hasyiyah ’ala Syarhi al-Fawa’id ar-Radawiyyah
Kitab ’irfani ini berisi pendapat Imam Khomeini atas kitab Syarhi al-Fawaid ar-Ridhawiyyah karya al-Qadhi Sa’id al-Qummi.
3. Syarah Hadits Junud al-’Aql wa al-Jahl
Kitab ini adalah karya berharga Imam dalam bidang akhlak. Kitab setebal 800 halaman ini berisi pandangan Imam tentang teologis, moral, dan mistik dengan metode yang jelas.
4. Misbah al-Hidayah ila al-Khilafah wa al-Wilayah
52
Imam Khomeini Qs: Pemimpin Revolusi, artikel diakses 7 Maret 2008 dari http://www.telagahikmah.org/main/jejak/007.htm
53
(46)
Kitab setebal 315 halaman ini dinilai termasuk karya yang terdalam dan cemerlang dalam bidang ‘irfan Islam di masa saat ini. Imam menyelesaikannya pada 1349 H (1930 M) di usia 28 tahun.
5. Al-Hasyiyah ‘ala Syarhi Fushush al-Hikam
Kitab Fusus al-Hikam adalah karya monumental Muhyiddin bin Arabi, kitab ini memiliki berbagai syarah, di antara yang terbaik adalah Syarah al-Qaisari. Imam Khomeini menulisnya tahun 1355 H dalam bentuk komentar dalam bahasa Arab atas syarah Fushus al-Hikam karya Qaisari. Buku ini menunjukkan jangkauan pengetahuannya terhadap pendapat tokoh-tokoh besar tasawuf seperti Syaikhul Akbar (gelar Ibnu ‘Arabi), Qunawi, Mulla Abdur Razaq al-Kasyani, Farghani, dan al-Qaishari.
6. Al- Hasyiyah ‘ala Misbah al-Uns
Kitab Misbah al-Uns bainal Ma’qul wal Masyhur merupakan syarah yang ditulis oleh Muhammad bin Hamzah bin Muhammad al-Ghifari atas kitab
Miftahul Ghaib, karya Abul Ma’ali Muhammad bin Ishaq al-Qunawi (ia
termasuk murid Muhyiddin Ibn ‘Arabi yang menonjol) yang membahas tema ‘irfan teoritis. Imam Khomeini menulis pendapat dan kritiknya yang ilmiah atas kitab tersebut dalam bentuk komentar yang memuat sepertiga kitab. Buku ini ditulis pada 1355 H (1936 M).
7. Syarah ‘Arbain Hadits
Karya ini adalah salah satu peninggalan berharga Imam Khomeini dalam bidang akhlak dan ‘irfan. Ditulis dalam bahasa Persia tahun 1358 H kitab ini
(47)
memuat 40 hadis dari hadis para Imam yang suci yang terdapat dalam kitab
Usul al-Kafi.
8. Sirru as-Salah (Salah al’Arifin wal Mi’raj al-Salikin)
Kitab setebal 266 halaman ini menjelaskan rahasia spriritual dan mistik shalat. Imam merampungkan pada 1358 H (1942 M).
9. Adab Ash-Salah
Imam menulis kitab ini tahun 1361 H (1942 M) setelah mengarang kitab Sirru ash Shalah. Imam menjelaskan secara terperinci adab-adab shalat dan rahasia spiritualnya. Kitab ini berisi tema akhlak dan mistik ditulis dalam bahasa Persia setebal 836 halaman.
10.Risalah Liqa’ullah
Risalah ini merupakan risalah singkat yang ditulis dalam bahasa Persia dan membahas masalah mistik.
11.Al-Hasyiyah ’ala Asfar
Kitab ini adalah kumpulan pendapat-pendapat pilihan Imam Khomeini terhadap pendapat para filosof termasuk saat ia mengajar filsafat di Qum dengan melontarkan pendapatnya dari kajian ini.
12.Kasyful Asrar
Ini adalah buku politik, teologi, dan sosial. Imam menulisnya pada 1364 H (1994 M) yakni selang dua tahun tumbangnya Reza Khan. Di sini Imam membantah berbagai tuduhan tak berdasar terhadap kaum Wahabi yang
(48)
menyudutkan agama dan para ulama dalam kitabnya Asrar Hizar Salih. Kitab setebal 334 halaman ini membahas masalah pemerintahan Islam dan wilayah
al-faqih serta membongkar berbagai politik anti agama yang dipraktekkan
oleh Ridha Khan dan mereka yang sejalan dengannya di berbagai negeri Islam saat ini.
13.Anwar al-Hidayah fi at-Ta’liqah ‘ala al-Kifayah
Kitab ini membahas kajian-kajian rasional dalam ilmu ushul fiqh. Ditulis dalam bahasa Arab dalam bentuk komentar atas kitab Kifayatul Usul karya Ayatullah Akhun al-Khurasani. Dirampungkan pada 1368 H (1949 M) kitab ini menjelaskan mazhab Imam Khomeini dalam bidang usul Fiqh.
14.Bada’i ad-Durar fi Qa’idati Nafyu Dharar
Kitab ini ditulis Imam dalam bahasa Arab membahas a Darar_ (tak membahayakan) yang penting dalam kaidah fiqh. Tulisannya ini rampung pada 1950 M.
15.Risalah al-Istishab
Ini adalah risalah ijtihad yang terperinci yang ditulis Imam dalam bahasa Arab. Kitab ini terhitung sebagai kitab yang penting di bidang ilmu usul fiqh yang selesai ditulis tahun 1370 H (1951 M) dan tebal 290 halaman.
(49)
Risalah ini merupakan kajian penyempurna dalam ilmu ushul fiqh yang bertolak ukur dalam memilih dalil saat adanya kontradiksi dalam berbagai dalil.
17.Risalah al-Ijtihad wa at-Taqlid
Ijtihad dan taqlid termasuk kajian penyempurna yang penting dalam ilmu ushul fiqh. Ini memuat argumentasi atas berbagai pendapatnya dalam risalah ini.
18.Manahij al-Wushul ila ’Ilmi al-Ushul
Ini adalah kitab tahqiq dan ijtihad dalam kajian lafaz-lafaz ilmu ushul fiqh. Ditulis dalam bahasa Arab yang selesai penulisannya pada 1371 H (1952 M).
19.Risalah fi ath-Thalab wa al-Iradah
Ini merupakan kitab usul, filsafat, dan ‘irfan. Ditulis dalam bahasa Arab yang rampung penulisannya pada 1371 H (1952 M).
20.Risalah fi at-Taqiyyah
Kitab ini adalah risalah fiqh dan ijtihad yang ditulis dalam bahasa Arab dalam pembahasan Taqiyyah_ pada tahun 1372 H (1953 M). Di sini Imam menjelaskan bahwa filsafat (hikmah) keharusan mempraktekkan taqiyyah
karena untuk menjaga agama, bukan malah menghilangkannya.
21.Risalah fi Qa’idah Man Malak
Ini merupakan risalah ijtihad dalam kaidah fiqh yang berjudul Qaidah Man Malak.
(50)
Risalah fiqh argumentatif menjelaskan cara menentukan terbitnya fajar pada malam bulan purnama (layali muqmarah), risalah ini dicetak tahun 1988 di Qum.
23.Furu’ ’Ilmu Ijmali
Risalah fiqh ini adalah transkripsi dari pembahasan Furu’ ’Ilm ijmali yang mengetengahkan berbagai masalah keraguan yang terdapat ketika mengerjakan shalat.
24.Maudu’ Ilm Usul
Ini risalah ringkas yang membahas pemikiran Imam tentang tema ilmu dan ilmu usul fiqh.
25.Tanzil al-’Illat at-Tasyri’iyyah ’ala at-Takwiniyah
Risalah pendek ini mengkritisi pandangan seorang Ayatullah Agung Haji Syaikh Abdul Karim Hairi Yazdi.
26.Kitab at-Taharah
Kitab ini membahas tentang Thaharah (bersuci) dengan menggunakan metode fiqh argumentatif dan ijtihad. Kitab ini ditulis oleh Imam Khomeini dalam bahasa Arab antara tahun 1373 dan 1377 H (1954 dan 1958 M) tebalnya 1.202 halaman terdiri dari empat jilid.
27.Ta’liqah alal ’Urwatil Wutsqa
Ini komentar Imam Khomeini atas berbagai masalah yang terdapat dalam kitab ’Urwatul Wutsqa, karya Ayatullah Agung Muhammad Kazim
(51)
Thaba’thaba’i al-Yazdi yang terkenal. Kitab ini mencakup fatwa-fatwa Imam dalam berbagai bidang fiqh yang rampung ditulis tahun 1956).
28.Al-Makasib al-Muharramah
Kitab ini adalah kajian ijtihad di bidang fiqh argumentatif yang membahas berbagai macam usaha (pendapatan/keuntungan) yang diharamkan dan berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah ini. Selain itu memuat kajian menarik seputar hukum musik, nyanyian, lukisan, dan pahatan. Imam menulisnya pada antara tahun 1956 dan 1961 dalam bahasa Arab setebal 612 halaman.
29.Ta’liqah ’ala Wasilah an-Najah
Komentar yang ditulis Imam atas kitab Wasilah an Najah (Risalah Amaliah, karya Ayatullah Agung Sayyid Abu Hasan al-Isfahani). Kitab ini memuat fatwa-fatwa Imam atas berbagai masalah yang terdapat dalam kitab Wasilah an-Najah.
30.Risalah Najatul ’Ibad
Risalah ini memuat berbagai fatwa Imam Khomeini dalam hukum-hukum fiqh. Ditulis Imam dalam bahasa Persia terdiri dari tiga jilid.
31.Al-Hasyiyah ’ala Risalah al-Irts
Risalah ini adalah komentar yang ditulis Imam atas kitab Risalah al-Irts karya al-Haj Mulla Hasyim al-Khurasani, penulis kitab Muntakhab at-Tawarikh. Risalah ini memuat fatwa-fatwa Imam di bidang hukum warisan (irts).
(52)
32.Taqrirat Darsi al-Usul li ayatullah al-Uzma al-Burujerdi
Imam menulis catatannya dalam kitab ini berkaitan dengan pelajaran ushul yang dihadirinya di samping Ayatullah Burujerdi. Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab.
33.Taudihul Masail (Risalah ‘Amaliah)
Kitab ini memuat fatwa-fatwa Imam Khomeini di berbagai bidang fiqh. Ditulis Imam dalam bahasa Persia hingga menjadi Risalah Amaliah yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang mengikuti fatwanya.
34.Manasik al-Hajj
Kitab yang diterbitkan pada tahun 1991 M dengan tebal 272 halaman ini memuat fatwa-fatwa Imam Khomeini seputar amalan dan manasik haji.
35.Tahrir al-Wasilah
Kitab ini berisi fatwa-fatwa Imam Khomeini. Ditulis dalam bahasa Arab setebal 1309 (dua jilid). Imam menulisnya ketika berada di pengasingan di Turki pada antara tahun 1964 dan 1965.
36.Kitab al-Ba’i
Kitab setebal 2371 halaman ini merupakan karya berharga Imam di bidang fiqh argumentatif yang membahas tentang jual-beli dan perdagangan. Ditulis Imam pada tahun 1961 dan 1976.
(53)
Kitab ini memuat berbagai pendapat ijtihad Imam Khomeini dalam masalah prinsip pemerintahan Islam dan kemustahilan terpisahnya agama dengan politik dan wilayah al-faqih.
38.al-Jihad al-akbar (Jihad an-Nafs)
Risalah ini merupakan pelajaran Imam seputar perlunya mendidik jiwa. Meski ditulis secara singkat, tetapi ia memuat banyak hal pendidikan, politik, dan akhlak.
39.Tafsir Surah al-Hamd
Ini merupakan kitab tafsir tasawuf atas surat al-Fatihah. Kitab ini berasal dari ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Imam pada tahun 1980.
40.Istifta’at
Ini adalah kumpulan fatwa Imam sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan syar’i kaum muslim mengenai fiqh yang beragam, khususnya masalah yang kontemporer.
41.Diwan Syi’r
Kitab setebal 445 halaman ini adalah kumpulan syair qasidah terakhir (syair yang lain hilang) dari karya Imam Khomeini saat Imam pindah dari kontrakannya dan saat penggerebekan berulang kali yang dilakukan oleh di rumahnya dan perpustakaan pribadinya.
42.Ar-Rasail al- Irfaniyyah
Imam menulis beberapa risalah untuk keluarganya dan sanak saudaranya yang di dalamnya memuat isyarat-isyarat akhlak, ‘irfan, dan pendidikan.
(54)
43.Al-Bayanat, wal Ahadis, wal Liqa’at, wal ahkam, war Rasail
Buku yang terdiri dari 22 jilid ini memuat aksi-aksi lengkap politik dan sosial Imam Khomeini. Sebagaimana kitab karya-karyanya yang lebih dahulu terbit, Imam juga menyebutkan berbagai pendapat dan bimbingan politik, sosial, dan agama melalui ratusan ceramah, pernyataan, surat Imam kepada berbagai tokoh politik dan agama Iran dan di luar negeri selama bertahun-tahun.
44.Al-Wasiyyah as-Siyasah al-Ilahiyyah
Buku ini memuat penjelasan-penjelasan Imam Khomeini yang paling dikenang dan abadi. Di dalamnya berisi pembicaraan Imam kepada generasi masa kini serta merupakan wasiat politik dan sosial di berbagai masyarakat Islam atau umum dengan analisa yang tajam dan nasihat yang penuh kasih sayang.
F. Pemikiran Dakwah Imam Khomeini
A. Konsep Pemikiran Dakwah Imam Khomeini
Konsep pemikiran dakwah Imam Khomeini secara implisit dinyatakan melalui tulisan karya-karya beliau dan pidato beliau yang banyak dirangkum dalam buku yang mengangkat tema Imam Khomeini.
Berbicara dalam konteks dakwah, Imam Khomeini menyatakan seluruh umat Islam dan manusia keseluruhan, harus melaksanakan ajaran yang ada di dalam alquran sebab menurut Imam, kitab suci alquran itu diturunkan untuk hujjah seluruh manusia. Karena itu, tak hanya ulama tetapi umat Islam dan semua
(55)
manusia harus dihimbau untuk menjalankan ajaran alquran sesuai yang dikehendaki oleh Allah Swt.54
Menurut Imam, Allah Swt telah mewajibkan kepada umat Islam agar berusaha keras melaksanakan tujuan-tujuan Islam yang suci, berusaha mengangkat martabat umat dan menyatukan mereka dalam masyarakat Islam.55
Imam Khomeini dalam tulisannya yang berjudul Keseimbangan Ilmu
Agama dan Ilmu Pengetahuan pernah menyatakan:
“Saya tidak pernah mengatakan janganlah belajar dan mencurahkan segala perhatian di bidang ilmu pengetahuan, (tetapi) sekiranya saudara bercita-cita hendak berperan dalam menegakkan Islam, korbankanlah segenap waktu dan tenaga di bidang ini...maka menjadi tanggung jawab anda untuk mendalami ilmu pengetahuan dan menjadi orang yang mampu mengeluarkan pandangan dan pikirannya (untuk Islam)...”56
Imam Khomeini menegaskan bahwa dakwah dan memelihara dengan teguh eksistensi Islam adalah tanggung jawab ulama (da’i) dan para santri (calon da’i) menduduki level pertama. Kemudian umat Islam secara keseluruhan bertanggung jawab pula semuanya.57
Jadi, dapatlah disimpulkan, menurut Imam Khomeini ”dakwah” adalah kewajiban semua umat Islam dan semua manusia untuk menjalankan ajaran alquran dengan berusaha keras dan berkorban segenap waktu dan tenaga yang
54
Imam Khomeini, Bi’tsah Rasul Saw, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h.63
55
Imam Khomeini, Pesan Haji dalam Perspektif Imam Khomeini, dalam Sandy Alison peny. ,
Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h.191
56
Imam Khomeini, Keseimbangan Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 32
57
(56)
bertujuan untuk melaksanakan tujuan Islam yang suci, mengangkat harkat dan martabat umat, dan menyatukan umat dalam masyarakat Islam.
1. Da’i menurut Imam Khomeini
Seorang da’i menurut Imam adalah faktor penentu maju atau mundurnya umat Islam. Tanggung jawab seorang da’i bukan seperti tanggung jawab manusia lain atau orang awam. Da’i adalah panutan banyak umat.58 Sekali saja da’i berbuat lancung, maka tercorenglah nama agama, umat, dan seluruh ulama.59
Menurut Imam Khomeini, umat Islam akan selalu memerlukan ulama (da’i) dan Islam. Jika ulama tidak ada maka Islam akan sirna. Ulama adalah pakar Islam dan penjaga Islam hingga kini.60 Ulama adalah manifestasi para rasul dan pemimpin di muka bumi.61
Para da’i - kata Imam - harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di madrasah atau pesantren Islam. Dalam mengkaji bidang masalah fiqih dan ushuluddin hendaklah hingga sempurna, jangan setengah-setengah.
58
Imam Khomeini, Peran Ulama, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 20
59
Ibid h. 21
60
Imam Khomeini, Fuqaha: Benteng Islam, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 28
61
Imam Khomeini, Pesan Haji Refleksi Revolusi Islam, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 180
(57)
Bila ini terjadi, niscaya da’i itu sendirilah yang akan bisa melumpuhkan dan memundurkan kehidupan umat Islam.62
Seorang da’i yang ahli ilmu fiqih sehingga menjadi fuqaha akan menjadi benteng pertahanan Islam dengan mengenalkan umat kepada Islam melalui mengajar dan menulis fiqih Islam.63
Da’i menurut Imam Khomeini harus memelajari dan mendalami ilmu-ilmu khusus penunjang dakwah secara sempurna hingga sampai mencapai kesimpulan akhir. Bila da’i tak ada sikap mau belajar hanya berdiam diri maka ditegaskan Imam hukumnya haram bagi seorang da’i. Ini karena ilmu Islam itu bertujuan mulia dan tinggi yakni untuk mengenal Allah Swt dan membersihkan diri guna tercapai tujuan asasi dan suci.64 Kemudian da’i setelah belajar, Imam mengungkapkan ia harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan pandangan dan pikiran dalam bidang fiqih.65
Kemudian, mengenai karekteristik kepribadian da’i, Imam Khomeini dalam menggambarkan ini beliau merujuk kepada dalil agar memberikan kejelasan pemikiran atas pendapatnya itu. Dalil yang disandarkan Imam tersebut salah satunya adalah sebagai berikut: 66
Dari Abu Basir, katanya: Aku telah mendengar Abu Abdullah berkata: adalah Amirul Mukminin as, berkata: Wahai penuntut (pencari ilmu Islam) sesungguhnya ilmu pengetahuan itu mempunyai keutamaan yang
62
Imam Khomeini, Peran Ulama, h. 20
63
Imam Khomeini, Fuqaha: Benteng Islam, h. 29
64
Imam Khomeini, Keseimbangan Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan, h. 33
65
Ibid, h. 32-33
66
(58)
banyak: sehingga kepalanya akan menunjukkan tawadhu, matanya terlepas dari rasa dengki, ia menjaga percakapannya, hatinya berniat yang baik, akalnya dapat mengenali perkara dan urusan, tangannya senantiasa bersifat pemurah, kakinya senantiasa menziarahi para alim ulama, dadanya senantiasa berpikir tentang keselamatan, hidupnya wara’, keteguhan pribadinya senantiasa memohon kepada Allah, kepemimpinannya baik dan setia, senjatanya adalah kerelaan, alas kakinya senantiasa bergerak, kekuatannya adalah perilaku ulama, hartanya adalah menjauhi dosa, bekalnya adalah perkara yang ma’ruf, air mukanya jernih, pernyataannya adalah petunjuk, persahabatannya adalah kasih sayang.(al-Kafi jil.4 h.48)
Imam Khomeini pun menjelaskan elaborasinya akan dalil tersebut, bahwa sangatlah penting kepribadian seperti di atas bagi seorang da’i, sebab da’i akan menjadi panutan bagi seluruh umat manusia. Karena itu da’i yang selalu mengingat Allah, bertakwa dan wara’ akan menjadi panutan yang baik bagi umat. Bila sifat itu tak terwujud, maka orang alim itu akan menjadikan agama sebagai komoditas maka jadilah da’i tersebut telah berilmu tanpa amal. Imam Khomeini berpesan, da’i haruslah waspada dengan sifat egois. Egoisme menurut Imam yaitu sifat rasa cinta terhadap kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan sebagainya adalah hanya berimplikasi pada rasa cinta terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan da’i terlepas sedikit demi sedikit terhadap keyakinannya yaitu agama,67 kehidupan masa depan kita akan suram, dan dunia muslim akan terongrong dan menjadi sasaran dominasi dunia.68
67
Imam Khomeini, Munajat Sya’baniyah Penyuci Jiwa Kotor, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 80
68
(59)
Da’i haruslah mengetahui dan mengamalkan sifat zuhud, taqwa, dan hidup sederhana serta suci.69 Sebab cinta dunia itu menurut Imam adalah sebagai pangkal dari perselisihan dan perpecahan yang dapat menghilangkan tujuan suci dalam berdakwah.70 Dengan tak adanya sifat cinta dunia pada diri seorang da’i niscaya da’i itu akan beramal dengan ikhlas dalam menegakkan Islam dan akhirnya nanti mendapatkan kebahagiaan yang tak terkira baik di dunia maupun akhirat.71 Bahkan umat Islam menurut Imam Khomeini secara naluriah, mereka hanya akan menerima da’i dan ulama yang berakhlak luhur, tidak rakus akan kepentingan dunia dan isinya serta tidak kikir untuk berkorban tenaga dan semua miliknya untuk meninggikan kalimat tauhid dan mencapai keridhoan Allah semata.72
Imam Khomeini mengungkapkan bahwa seorang da’i adalah penting hidup sederhana. Hidup sederhana ternyata kata Imam akan mengangkat derajat da’i dan akan memelihara keeksistensian da’i. Dengan hidup sederhana, da’i bisa selalu menjadi sumber inspirasi, dihormati, dan didengar oleh penerima dakwahnya. Sebab pada banyak kenyataan yang terjadi, Imam mengungkapkan, ternyata masyarakat penerima dakwah, mereka dapat menyaksikan betapa orang yang hidup sederhana akan menjadi pelajaran yang
69
Imam Khomeini, Kenapa Kita Selalu Berpecah Belah, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 113
70
Ibid, h. 115
71
Imam Khomeini, Pesan Imam untuk Umat (2), dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 226
72
Imam Khomeini, Ancaman Keruntuhan dan Kelumpuhan Pusat Pendidikan, dalam Sandy Alison peny. , Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 44
(60)
sangat berharga bagi setiap orang, dikarenakan orang yang selalu menuntut kemewahan dalam hidup maka nilai-nilai maknawi akan berkurang dan lenyap dari dalam diri orang tersebut.73
Kepribadian da’i yang baik sangatlah penting, karena betapa banyak kasus penyimpangan manusia, ternyata, kata Imam Khomeini, disebabkan dari adanya andil/ persetujuan para ulama-nya. Untuk menuju kepribadian yang baik, seorang da’i disarankan oleh Imam untuk membersihkan diri terlebih dahulu dari perkara yang hina dan keji yang akan membawa kepada keburukan. Da’i harus memiliki niat yang ikhlas, sebab bila tidak ilmu yang dimilikinya itu tak memberikan manfaat, baik untuk dirinya maupun orang lain.74
Da’i haruslah membersihkan diri dari hal yang keji melalui usaha mengkaji ilmu pengetahuan agar semakin dekat dengan rahmat Allah Swt.75 Bila ilmu yang diperoleh da’i hanya bertujuan untuk mengejar hawa nafsu bukan karena Allah semata, maka yang akan didapat, menurut Imam adalah hanya kesenangan duniawi dan kemasyarakatan. Parahnya, pencapaian itu akan menuju kecelakaan, perlombaan hawa nafsu, keserakahan, bencana,
73
Ibid, h. 80-81
74
Imam Khomeini, Penyelewengan Ulama Menyesatkan Umat, dalam Sandy Alison peny., Pesan Sang Imam, (Bandung: Al-Jawad Publisher, 2000), cet. I, h. 24-25
75
(61)
hingga membawa kepada kemelaratan dan bahaya bagi umat Islam di dunia dan akhirat.76
Bila seorang da’i telah bersikap seperti itu, terlebih memang jelas-jelas ia seorang ulama yang jahat yang dipengaruhi oleh sifat takabbur, dan kelalaian, maka ia dipastikan, menurut Imam Khoemini tak akan mampu membenahi dirinya sendiri, terlebih membenahi masyarakat. Ia menjadi tak akan memberi sumbangan apa-apa untuk masyarakat kecuali hanya membawa bahaya dan kerugian kepada Islam dan kaum muslimin. Bahkan ia akan menjadi penghalang bagi kemajuan umat Islam.77 Da’i yang berkelakuan buruk dan bertindak menyelewang, menurut Imam Khomeini ia akan menjadi bahaya yang sangat hebat. Da’i yang fasik, kata Imam akan bertanggung jawab pada kerusakan dunia, sebab jika alim ulama rusak maka akan rusak pula dunia ini seluruhnya.78 Karena itu, Imam Khomeini menegaskan seorang da’i wajib untuk membina diri agar dapat menjadi insan yang sejati dan sempurna. Pembinaan diri itu penting menurut Imam Khomeini sebab di kala da’i menghadapi musuh Islam yang memiliki tekanan dan rencana jahat, da’i itu akan bersikap tak gentar, tak mudah terpengaruh karena ia tak cinta kepada dunia dan telah berkepribadian luhur.79 Kewajiban da’i menurut Imam
76
Imam Khomeini, Penyelewengan Ulama Menyesatkan Umat, h. 25
77
Ibid, h. 25-26
78
Imam Khomeini, Peran Ulama, h.23
79
(1)
peringatan Imam bahwa sangat efektifnya media komunikasi dalam memengaruhi opini publik, secara praktis ini menandakan pemikiran beliau sangat sesuai dengan era komunikasi yang semakin modern ini.
2. Metode dakwah yang efektif menurut Imam Khomeini ternyata sangat kompleksitas dan ia bisa diterapkan untuk kegiatan dakwah saat ini. Di antaranya metode pendidikan di majelis ilmu yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini yang dijauhkan atau apatis terhadap pendidikan Islam. Metode berdialog/musyawarah sesuai dengan kondisi saat ini yang banyak permasalahan timbul hanya karena adanya kurang komunikasi/bermusyawarah. Metode tabligh/pidato adalah sesuai dengan teori retorika yang bisa memengaruhi khalayak dengan seni bicara yang bagus. Metode memilih materi dakwah yang pas adalah sesuai dengan kondisi masyarakat khususnya Indonesia yang beragam. Pemilihan materi yang pas untuk kondisi masyarakat memang perlu diperhatikan. Metode dakwah melalui tulisan adalah penting terutama saat ini perkembangan media massa cetak sangat dinamis dan menarik. Metode dakwah kepada para musuh Islam dijelaskan Imam sangat detail. Ini bisa dijadikan sandaran dalam berstrategi di saat fitnah terhadap Islam di era kini semakin kuat. Dan terakhir metode menggunakan media komunikasi inilah metode dakwah yang saat ini sedang berkembang bahwa media komunikasi sebagai alat memegaruhi opini public secara efektif.
(2)
B. Saran-Saran
1. Disebabkan penelitian ini terkait dengan dokumen data dari Kedutaan Besar Republik Islam Iran sebagai penyedia informasi tentang negerinya dan tokoh besar negara Iran, alangkah baiknya pihak Kedutaan Besar Iran khususnya untuk Indonesia lebih banyak lagi menerjemahkan buku-buku karya Imam Khomeini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar dalam meneliti kiprah dan pemikiran tokoh Imam Khomeini yang mewarnai kondisi perpolitikan di dunia internasional dengan warna Islam bisa menemukan intisari hingga ke akarnya mengenai sosok ulama berpengaruh yang pernah hidup di abad dua puluh ini.
2. Bagi para intelektual muslim dan para cendekiawan muslim Indonesia hendaknya mengkaji lebih lanjut pemikiran dakwah Imam Khomeini yang penuh makna dan semangat perjuangan dakwah ini, sehingga bisa memanfaatkan, memodifikasi atau melengkapi kembali pemikiran Imam tersebut untuk dikaitkan pada sistem dakwah islamiyah yang selama ini telah berjalan, baik dalam tataran teoritis atau praktis. Guna penyebaran pesan dakwah bisa menuju arah yang lebih transformatif.
3. Kepada para da’i dan para aktivis dakwah bisa menerapkan dan mencontoh kiprah dan semangat juang yang besar terhadap Islam dari sosok Imam Khomeini
(3)
4. Kepada umat Islam khususnya umat Islam di Indonesia, pemikiran dakwah Imam Khomeini ini dapat dijadikan sebagai alternatif referensi bila kita hendak keluar dari krisis dan menjadi umat yang terbaik (khairu ummah)..
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik et all, 2003, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: PT Ikhtiar baru Van Hoove
Alison, Sandy peny. , 2000, Pesan Sang Imam, Bandung: Al-Jawad Publisher
A. Machfoeld, Ki Moesa, 2002, Filsafat Dakwah: Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: Bulan Bintang
Arifin, M., 1993, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara Aziz, Moh Ali, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1999, Ensiklopedi Islam 3, Jakarta: Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve
Fibri, Rommy , Mendiang Khomeini Tinggal di Rumah Sederhana, artikel diakses pada 7 Maret 2008 di http://www.liputan6.com/luarnegeri/?id=148058. H, Lukman , Matahari Iran yang Menerangi Dunia: Imam Khomeini, Majalah
Hidayah, (Maret 2005)
Http://en.wikipedia.org/wiki/Imam Khomeini
Islamic Cultural Center, t.t, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, Jakarta: Al-Huda
Imam Khomeini Qs: Pemimpin Revolusi, artikel diakses 7 Maret 2008 dari http://www.telagahikmah.org/main/jejak/007.htm
J. Moleong, Lexy, 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(4)
K. Denzin, Norman dan Yvonna, 1994, Handbook of Qualitative Research, London: Sage Publication
Kedutaan Besar Iran, t.t, Republik Islam Iran: Selayang Pandang Kedutaan Besar Republik Islam Iran, Ttp.: Tpn
Kedutaan Republik Islam Iran Kuala Lumpur, 1990, Warisan Imam Khomeini, Malaysia: Polygraphic Press
Khalil al-Qattan, Manna’, 2004, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa
Loren, Bagus, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Madjid, Nurcholis, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina ...ed., 1985, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang Maulana, Achmad dkk, 2004, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta:Absolut
Mayong, Jacobus Kamarlo, Menyedihkan, “Posko” Pembentukan Negara Republik Indonesia Terbengkalai, artikel diakses pada 7 Maret 2008 dari http://www.fpdiperjuangan.or.id
Rahnema, Ali, ed., 1996, Para Perintis Zaman Baru Islam, Penerjemah: Ilyas Hasan, Bandung: Mizan
Shihab, M. Quraish, 1999, Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan
Syamsuddin, Fathiy, Menguatkan Peran dan Fungsi Peran Ulama, Majalah Al-Wa’ie, no. 80 (April 2007)
Shomad, M. Idris Abd,, t.t, Diktat Ilmu Dakwah, Jakarta: Tpn
Sulthon, M., 2003, Menjawab Tantangan Zaman: Desain Ilmu Dakwah; Kajian Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suparta, Munzier dan Efni, Harjani, ed., 2006, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana Syukir, Asmuni., 1983, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: PT.
Al-Ikhlas
(5)
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Warson, Ahmad, 1984, Al-Munawwir, Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir
Yamani, 2002, Antara Al-Farabi dan Khomeini: Filsafat Politik Islam, Bandung: Mizan
..., 2002, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini: Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, Bandung: Mizan
Yatim, Debra, ed., 1993, Kembara Tiada Berakhir: Herawati Diah Berkisah, Jakarta: Yayasan Keluarga
(6)