BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu ASI dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi serta anti inflamasi. Zat- zat anti
infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui dengan
penjarangan kehamilan KB. Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setelah lahir
atau IMD 30 menit pertama bayi harus sudah disusukan kemudian pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan ASI eksklusif, selanjutnya pemberian ASI
sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha- usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu
dapat menyusui sendiri bayinya Purwanti, 2004 dalam Angsuko, 2009. Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu di perhatikan agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah
dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Universitas Sumatera Utara
No.450MenkesIV2004 tentang Pemberian Air Susu ibu ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia.
Dari berbagai provinsi di Indonesia banyak dilaporkan kasus gizi buruk pada anak balita. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 11,7 dari gizi
buruk terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dari hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007 didapatkan data 95
bayi pernah diberi ASI, 44 bayi diberi ASI dalam jam pertama setelah lahir, 62 bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran. Setelah 6 bulan 32
mendapatkan ASI eksklusif, 30 mendapatkan ASI dan makanan tambahan, l8 mendapatkan ASI dan susu botol, 9 mendapatkan ASI dan cairan lain,
20 mendapatkan ASI dan juice buah Irianto, 2009, dalam Angsuko, 2009. Pada tahun 2007, menurut Dinas Kesehatan Kota Medan jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif hanya berjumlah 623 dari jumlah bayi 41,346 atau dengan kata lain hanya sekitar 1,51 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Menyusui adalah proses yang alami. Namun demikian, menyusui perlu dipelajari antara lain, belajar bagaimana cara memegang bayi agar dapat
menyusu dengan baik dan mengatur posisi tubuh agar merasa nyaman selama menyusui Musbikin, 2005. Teknik menyusui terdiri dari posisi menyusui dan
perlekatan bayi pada payudara yang tepat, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui dan pengeluaran ASI. Dimana bila
teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan ibu menjadi enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Selain ibu harus menemukan posisi
yang sesuai selama pemberian ASI, bayi juga harus berada dalam posisi yang nyaman untuk mempermudah menjangkau puting Danuatmaja, dkk. 2003.
Universitas Sumatera Utara
Posisi ibu saat menyusui berhubungan langsung dengan banyak banyak sedikitnya ASI yang keluar dari payudara. Cara menyusui sangat mempengaruhi
kenyamanan bayi menghisap air susu. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal. Ada berbagai macam posisi menyusui yaitu
berdiri, rebahan, duduk, madonna menggendong, menggendong menyilang, football mengepit dan berbaring miring. Apapun teknik bersalinnya, ibu dapat
menyusui bayi sesegera mungkin. Begitu pula jika ibu melahirkan bayi kembar. Petugas kesehatan dapat membantu ibu nifas dalam mengambil posisi yang tepat
untuk menyusui agar tidak menimbulkan masalah. Namun sering kali ibu- ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang teknik
menyusui yang benar Maryunani, 2009. Berdasarkan survei awal di Puskesmas Helvetia, Kecamatan Medan
Helvetia yang terdiri dari 7 kelurahan Kelurahan Cinta Damai, Dwi Kora, Helvetia, Sei Sikambing, Helvetia Timur, Helvetia Tengah dan Tanjung Gusta
pada Februari 2010 sampai Februari 2011, menyatakan jumlah kelahiran bayi hidup 2.983 bayi, yang diberi ASI eksklusif sebanyak 1.998 bayi 67 Bina
Yankes DKK Medan, 2009. Ini membuktikan masih ada ibu-ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusifnya, meskipun bayi yang sudah diberi ASI Eksklusif
tetapi ibu-ibu tidak sampai menyusukan bayinya hingga berusia 6 bulan. Salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak memberi ASI eksklusif kepada bayinya
karena posisi yang tidak tepat saat menyusui sehingga ASI tidak keluar secara maksimal dan mengakibatkan puting lecet.
Peneliti melakukan wawancara dan observasi pada 10 orang ibu menyusui di Kecamatan Helvetia. Dari 10 orang tersebut didapatkan sebanyak 6
Universitas Sumatera Utara
orang ibu yang melakukan posisi berbaring miring, 3 orang menyusui dengan posisi duduk dan 1 orang memilih posisi rebahan saat menyusui bayinya. Ibu-ibu
juga mengatakan bahwa kurangnya informasi dan pengetahuan tentang bagaimana cara memegang bayi agar ia dapat menyusu dengan baik dan
mengatur posisi tubuh agar merasa nyaman selama menyusui bayinya. Fenomena yang terjadi di Kecamatan Medan-Helvetia sebagian ibu tidak segera
menyusui bayinya karena putingnya yang lecet, payudaranya bengkak, anaknya sakit, menganggap menyusui kurang menyenangkan karena tidak berada pada
yang posisi nyaman saat menyusui, hanya sedikit ibu yang pernah melihat bayi disusui sehingga mereka kurang memahami posisi terbaik untuk menyusui
secara efektif. Banyak ibu yang menyusui bayinya namun tidak banyak yang menyusui
dengan sukses, untuk itu pelekatan yang benar dan posisi menyusui merupakan kunci utama keberhasilan menyusui. Ibu yang menyusui harus memahami teknik
menyusui bayi dengan benar. Bila bayi melekat secara salah, maka bayi tidak memperoleh ASI secara efektif dan bayi tersebut akan merasa rasa sakit dan
kerusakan pada puting. Bila posisi ibu saat menyusui baik maka bayi melekat dengan benar dan bayi dapat menghisap secara efektif dan ibu juga merasa
nyaman Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan mengenai cara menyusui yang benar sangat penting di dalam proses menyusui.
Minimnya data yang menggambarkan posisi menyusui yang dilakukan ibu mendorong peneliti untuk menemukan data tersebut terutama di Kecamatan
Medan-Helvetia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui
Universitas Sumatera Utara
bagaimana gambaran posisi menyusui yang paling sering dilakukan ibu di Kecamatan Medan Helvetia.
1.2 Tujuan Penelitian