BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cacing Tanah
Disebut cacing tanah earthworm karena hewan ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di tanah. Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah
yang tidak memiliki tulang belakang avertebrata dan bertubuh lunak. Cacing tanah digolongkan ke dalam filum Annelida karena seluruh tubuhnya tersusun
atas beberapa segmen ruas yang berbentuk seperti cincin Khairuman SP.,2010. Suin 1982 menyatakan bahwa keanekaragaman jenis cacing tanah yang
terdapat di Indonesia cukup tinggi, yaitu tercatat dan telah diketahui sebanyak 55 jenis cacing tanah. Jenis cacing tanah yang telah ditemukan di Pulau Sumatera
adalah Friedericia bulbosa Rosa, Pontoscolex corethrurus Fr. Mull., Pheretima darliensis Sims dan Easton, Planapheretima moultoni Michaelsen, Megascolex
sp.. Sedangkan dari hasil penelitian Arlen, dkk. 1994 di tempat pembuangan akhir TPA sampah dan timbunan sampah rumah tangga pada beberapa
Kecamatan Kotamadya Medan-Sumatra Utara didapatkan 6 jenis cacing yaitu Megascolex sp., Perionyx sp,. Drawida sp., Pontoscolex corethrurus dan
Pheretima sp.
2.1.1 Klasifikasi cacing tanah
Cacing tanah Megascolex sp. diklasifikasikan sebagai berikut Hanafiah,2005
Phylum : Annelida
Kelas : Chaetopoda
Universitas Sumatera Utara
Ordo : Oligochaeta
Famili : Megascolecidae
Genus : Megascolex
Spesies : Megascolex sp
2.1.2 Habitat Cacing tanah Megascolex sp.
Cacing tanah Megascolex sp . hidup di tempat atau tanah yang terlindungi dari sinar matahari, lembab, gembur dan yang mengandung banyak serasah.
Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak
dengan baik. Cacing tanah Megascolex sp. menempati bagian permukaan tanah
hingga jauh ke dalam tanah. Tempat ini disukai karena terlindung dari teriknya sinar matahari.
2.1.3 Nama daerah
Di Indonesia cacing tanah Megascolex sp. dikenal dengan nama cacing merah. Dalam bahasa Inggris cacing sering disebut dengan istilah worm, vermes, dan
helminth. 2.1.4 Ciri-ciri Fisik Cacing Tanah
Ciri-ciri fisik cacing tanah Megascolex sp anatara lain pada tubuhnya terdapat segmen luar dan dalam, yang berjumlah antara 160-180, tidak
mempunyai kerangka luar. Tubuhnya dilindungi oleh kutikula, warna tubuh bagian dorsal merah keunguan, bagian ventral kekuningan pucat, tidak memiliki
alat gerak seperti kebanyakan binatang. Untuk bergerak cacing tanah harus menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari
tubuhnya.
Universitas Sumatera Utara
Panjang tubuh cacing tanah Megascolex sp. 50-105 mm, diameter 1,5-3,5 mm. Pada tubuh cacing tanah terdapat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar
epidermis yang dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar, juga terdapat seta berupa rambut yang relatif keras dan berukuran
pendek. Daya lekat seta ini kuat sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan benda.
Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi pada tubuhnya terdapat prostomium yang merupakan organ saraf perasa berbentuk seperti bibir. Adanya
prostomium ini membuat cacing tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya. Itulah sebabnya cacing tanah dapat menemukan bahan organik
yang menjadi makanannya walaupun tidak mempunyai mata. Cacing tanah dewasa yakni yang berumur sekitar 2-3 bulan memiliki
klitelium yang merupakan alat untuk membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang dari warna
tubuhnya. Di akhir bagian tubuhnya terdapat anus. Anus digunakan untuk
mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang dimakannya. Kotoran cacing tanah atau yang sering disebut kascing sangat berguna bagi tanaman karena sangat
kaya dengan unsur hara. Untuk bernafas, cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya karena tidak
memiliki alat pernapasan. Cacing tanah bereaksi negatif terhadap sinar matahari. Karena sinar matahari tersebut dapat mematikan cacing tanah hanya dalam waktu
satu menit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Perkembangbiakan