2.1.5 Perkembangbiakan
Binatang ini bersifat hermaprodit atau biseksual. Namun untuk pembuahan cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri. Pembuahan harus
dilakukan berpasangan. Dari perkawinan sepasang cacing tanah
2.1.6 Kandungan Kimia Senyawa Unsur
Bahan Kering
Protein Lemak
Kalsium Fosfor
Serat kasar 64-76
7-10 0,55
1 1,08
Komposisi Kandungan Asam Amino Asam Amino
Komposisi Asam Amino Esensial
- Arginin
- Histidin
-
Isoleusin
-
Leusin
- Lisin
- Metionin
-
Fenilalanin
4,13 1,56
2,58 4,84
4,33 2,18
2,25 2,95
Universitas Sumatera Utara
-
Treonin
- Valin
Asam Amino Non-esensial
-
Sistin
- Glisin
- Serin
-
Tirosin
3,01
2,29 2,92
2,88 1,38
Palungkung, 2010.
2.1.7 Manfaat Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki manfaat yang sangat besar anatara lain:
A. Penghasil pupuk organik
Pupuk organik dihasilkan dari proses pengomposan atau perombakan bahan organik pada kondisi lingkungan yang lembab oleh sejumlah mikroba ataupun
organisme pengurai. Salah satunya adalah cacing tanah. Penguraian oleh cacing tanah lebih cepat 3 - 5 kali dibanding mikroba. Itulah sebabnya, cacing tanah sangat potensial
sebagai penghasil pupuk organik. Bahan organik merupakan sumber makanan utama bagi cacing tanah. Setelah
bahan organik dimakan maka dihasilkan pupuk organik. Pupuk organik tersebut lebih dikenal sebagai kascing bekas cacing. Kascing merupakan partikel-partikel tanah
berwarna kehitaman yang ukurannya lebih kecil dari partikel tanah. Komponen biologis yang terdapat dalam kascing diantaranya hormon pengatur tumbuh seperti giberelin,
sitokinin, dan auxin Palungkung,2010.
B. Mengolah sampah organik
Universitas Sumatera Utara
Dengan kemampuannya, cacing tanah sanggup melumat dan mencerna sampah organik menjadi suatu yang bermanfaat untuk menghindari polusi yang diakibatkan oleh bau
sampah. Seperti di Italia bagian utara cacing tanah sudah dibudidayakan untuk pelumat sampah yang paling efektif. Sampah organik yang tertumpuk di suatu tempat dimana di
tempat tersebut dipelihara cacing tanah sebanyak 20.000 ekor5 meter persegi, dalam waktu yang singkat tumpukan sampah dapat dimusnahkan. Sedangkan di Jepang
peternakan cacing tanah ditujukan untuk mengolah limbah industri kayu menjadi pupuk organik Arlen, 1997.
C. Bahan baku pakan ternak dan ikan
Selama ini sumber protein dalam penyusunan ransum unggas dan ikan masih berasal dari tepung ikan. Seiring dengan meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat maka harga tepung ikan pun semakin tidak terjangkau. Tentu saja hal ini akan berdampak pada pemasaran produk.
Telah dilakukan penelitian dan diperoleh bahwa tepung ikan dapat digantikan dengan tepung cacing tanah. Ditinjau dari kandungan proteinnya ternyata tepung cacing
tanah masih lebih baik dibanding tepung ikan. Selain itu tepung cacing tanah mengandung asam amino paling lengkap, berlemak rendah, mudah dicerna dan tidak
mengandung racun. Para peneliti di Indonesia juga melakukan penelitian terhadap cacing tanah,
khususnya tepung cacing tanah. Hasil penelitiannya menunjukkan pemberian tepung cacing tanah dapat menurunkan jumlah ayam yang terinfeksi Salmonella pulorum
penyebab penyakit berak kapur melalui mekanisme peningkatan kekebalan tubuh ayam, selain untuk pakan ayam, tepung cacing tanah juga dijadikan pakan ikan
Palungkung, 2010.
D. Menyembuhkan penyakit tifus
Universitas Sumatera Utara
Tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa, masuk
ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Pencemaran bisa terjadi melalui orang yang mempersiapkan
makanan karena tangannya kotor, akibat makanan masih kurang matang, atau makanan dihinggapi lalat pembawa. Salmonella typhi juga bisa ditularkan para
carrier pembawa kuman melalui tinjanya Mypotik, 2011. Dengan gejala apati, mulut dan bibir kering, perut tegang dan konstipasi, suhu badan tinggi terus
menerus selama satu minggu, lidah kotor, badan gemetar dan lemas, adanya bintik merah pada dada dan perut Andaiyani, 2010.
Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing tanah sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk
menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Masyarakat telah menggunakan cacing tanah ini sebagai obat penyakit tifus dengan pengolahan yang sederhana.
Ekstrak cacing tanah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit tifus dan diare. Menurut Leslei 2000, ekstrak
cacing tanah mengandung enzim lisosim yang mempunyai kemampuan sebagai antimikroba yang efektif untuk merusak dinding sel bakteri. Penelitian di
Laboratorium Farmasi Unpad menyatakan terdapat enzim lain dalam cacing tanah yang mampu memperbaiki proses fisiologis tubuh. Adapun enzim tersebut adalah
peroksidase, katalase dan selulase Palungkung, 2010.
E. Menurunkan demam
Demam dapat terjadi karena peningkatan suhu di hipotalamus, jika sel tubuh terluka oleh rangsangan pirogen seperti bakteri, virus, parasit, maka
membrane sel yang tersusun oleh fosfolipid akan rusak. Salah satu komponen
Universitas Sumatera Utara
asam lemak fosfolipid yaitu asam arakidonat akan terputus dari ikatan molekul fosfolipid dibantu oleh enzim fosfolipase. Asam arikidonat akan membentuk
prostaglandin dengan bantuan enzim siklooksigenase. Prostaglandin merangsang hipotalamus untuk meingkatkan suhu tubuh.
Pengujian ekstrak cacing tanah untuk melihat aktivitasnya sebagai penurun panas dilakukan menggunakan hewan coba tikus putih yang didemamkan dengan
vaksin campak. Kelompok tikus putih yang diberi ekstrak cacing tanah suhunya meningkat 0,8
C, sedangkan kelompok tikus putih yang tidak diberi ekstrak cacing tanah suhunya meningkat 1,8
C dari suhu normal. Dari serangkaian pengujian kimia diketahui bahwa senyawa aktif sebagai
antipiretik dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloida. Pengujian memang belum dapat menentukan nama senyawanya secara tepat
Prof. Dr Dondin Sajuthi, 2008.
F. Bahan baku kosmetik
Cacing tanah mengandung berbagai macam enzim dan asam amino esensial yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetika.
Enzim dan asam amino esensial berguna dalam proses penggantian sel tubuh yang rusak, terutama dalam menghaluskan dan melembutkan kulit. Hal ini telah
dilakukan di Jepang, Prancis, Italia dan Australia Palungkung, 2010. Beberapa enzim yang dimaksud sebagai berikut.
• Enzim peroksidase katalase, berfungsi memperlambat penuaan
• Selulosa lignase, berfungsi mengembalikan dan menstabilkan fungsi pencernaan
• Asam arakidonat, berfungsi mempercepat pembentukan sel-sel baru
Universitas Sumatera Utara
• Alfa-tokoferol, berfungsi mempertahankan elastisitas dan keremajaan kulit
Khairuman SP, 2010.
G. Bahan baku makanan dan minuman
Harga makanan yang mangandung cacing tanah ini tergolong mahal sehingga dari kalangan masyarakat menengah keatas saja yang dapat
memperolehnya. Di beberapa negara cacing tanah dikonsumsi karena diyakini mempunyai
kashiat, di Australia ada masyarakat yang melahap cacing mentah untuk menyegarkan badan, di Filipina cacing tanah digunakan sebagai bahan untuk
membuat perkedel, di Jepang dibuat sebagai bahan minuman segar Vermijuice yang berkhasiat menyembuhkan sakit kepala, di Eropa cacing tanah dibuat
menjadi wormburger, crispy earthworm, dan verre de terre, dan di Indonesia daerah Cipanas, Jawa Barat ada sebuah keluarga yang mengolah cacing tanah
menjadi omelet Palungkung, 2010.
H. Menghancurkan gumpalan darah Mihara Hisahi, peneliti dari Jepang, berhasil mengisolasi enzim pelarut
fibrin dalam cacing yang bekerja sebagai enzim proteolitik. Karena berasal dari Lumbricus cacing tanah, maka enzim tersebut kemudian dinamakan
lumbrokinase .
Canada RNA Biochemical, Inc. kemudian mengembangkan penelitian tersebut dan berhasil menstandarkan enzim lumbrokinase menjadi obat
stroke. Obat berasal dari cacing tanah ini populer dengan nama dagang Boluoke. Lazim diresepkan untuk mencegah dan mengobati penyumbatan
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah jantung ischemic yang berisiko mengundang penyakit jantung
koroner PJK, tekanan darah tinggi hipertensi, dan stroke Hasanudin, 2010. 2.2 Ekstraksi
2.2.1 Pengertian
Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal dengan menggunakan pelarut. Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan
atau memisahkan sebanyak mungkin zat - zat yang memiliki khasiat pengobatan Syamsuni, 2006.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Ditjen POM, 1995.
2.2.2 Metode Ekstraksi
Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin
i. Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar.
ii. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara panas i.
Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. ii.
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. iii.
Digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. iv.
Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. v.
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus yang terdapat pada suatu benda Pratiwi, 2008. Cara-cara sterilisasi yaitu:
a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol. Desinfektan ini
digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja.
Universitas Sumatera Utara