mempunyai masa hidup yang singkat. Sertifikat bukti right dapat didefenisikan sebagai efek yang memberikan hak kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga tertentu. Hak dalam right sering disebut
preemptive right, yaitu suatu hak untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu perusahaan sehubungan
dengan pengeluaran saham baru. Hak preemptive preemptive right merupakan hak untuk
mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang
lama akan turun. Hak preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham yang lama utnuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga
kepemilikannya tidak berubah Jogiyanto, 2000. Adapun tujuan dari hak preemptive yaitu untuk melindungi kontrol dari pemegang saham
lama dan untuk melindungi harga saham lama dari kemorosotan.
b. Alasan dilakukannya Right Issue
Menurut Husnan 2005 alasan perusahaan menerbitkan right issue adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah
jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa, diharapkan akan meningkatkan frekuensi
perdagangan saham yang akan meningkatkan likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue juga untuk memperoleh
financing murah yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja, dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor
khusunya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu untuk mempertahankan proporsional kepemilikan
sahamnya dala perusahaan emiten. Suatu emiten yang melakukan right pada umumnya untuk
mempertahankan persentase hak pemegang saham lama atas laba dan suara dalam perusahaan. Jika emiten langsung menjual saham baru
langsung kepada pemegang saham baru maka hak atas laba dan suara yang dimiliki oleh pemegang saham lama akan beralih ke pemegang
saham baru. Jika pemegang saham lama tidak ingin menggunakan haknya atas saham yang baru maka pemegang saham lama dapat
menjual haknya kepada pihak lain atau pemegang saham baru. Hal ini dikarenakan sifatnya sebagai hak dan bukan merupakan kewajiban
sehingga right dapat diperdagangkan. Pada umumnya, right issue diperdagangkan sama seperti saham, akan tetapi perdagangan right
issue memiliki masa berlaku tertentu.
c. Dampak dilakukannya Right issue
Adanya right issue menyebabkan jumlah saham yang beredar menjadi bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan berakibat pada
komposisi kepemilikan pemegang saham lama. Pemegang saham lama tersebut akan mengalami dilusi atau penurunan persentase kepemilikan
saham apabila tidak melakukan haknya untuk membeli saham baru dengan right yang dimilikinya.
Bertambahnya jumlah saham yang beredar berakibat kepada menurunnya jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh
oleh pemegang saham lama apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen per lembar saham dapat
menimbulkan dampak negatif kepada minat investor sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun.
Situmorang, 2008 menyatakan bahwa harga saham perusahaan setelah right secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena harga exercises harga pelaksanaan emisi right selalu lebih rendah dari harga pasar. Jadi kapitalisasi pasar saham tersebut akan naik
dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham beredar.
2.1.4 Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasinya. Return dapat berupa return realisasi maupun return ekspektasi. Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karenadigunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasarpenentuan expected return untuk mengukur risiko dimasa yang akan datang. Sedangkan return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yangakan datang.
2.1.5 Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi
return yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return
ekspektasi. Jogiyanto 2000:416 menyebutkan tiga model yang dapat
digunakan untuk mengukur abnormal return, yaitu :
1. Model Disesuaikan Rata-rata Mean Adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya
selama periode estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui
pembagian return realisasi sekuritas tersebut dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode
estimasi, periode yang umum dipakai berkisar dari 100 sampai dengan 300 hari untuk mendapatkan data harian dan dari 24
sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan.
2. Model Pasar Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan model ekspektasi ini untuk
mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik regresi OLS Ordinary
Least Square.
3. Model Disesuaikan Pasar Market Adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar
pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
2.1.6 Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham adalah banyak lembar saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang
disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara broker perdagangan saham. Volume perdagangan saham merupakan gambaran
tentang kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal. Besarnya variabel volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati kegiatan
perdagangan saham melalui indikator aktivitas volume perdagangan Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui parameter volume perdagangan di pasar modal. Hal ini dikarenakan nilai TVA berbanding lurus
dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai TVA sebuah saham mempunyai makna bahwa suatu saham dapat dijual dengan mudah karena banyak yang
bersedia membeli saham tersebut sehingga saham tersebut mudah dikonversikan menjadi uang kas atau dengan kata lain saham tersebut
memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
2.1.7 Teori yang berkaitan dengan Right Issue
a. Signaling Theory
Teori ini mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang lengkap tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor
luar, dan manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan intensif yang diharapkannya. Kelebihan manajer daipada pihak luar
investor yaitu informasi yang lengkap dan akurat yang dimiliki oleh manajer mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi jika manajer tidak secara penuh menyampaikan seluruh informasi yang diperolehnya tentang
semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar modal. Jika manajer menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka respon atas
informasi tersebut sebagai suatu signal adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga
dan volume perdangan saham. Pengumuman right issue akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya informasi baru yang dikeluarkan
oleh pihak manajer yang akan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan dan aktivitas perdagangan sahamnya.
b. Teori struktur modal