BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia
Perkembangan pertanian organik diawali dengan lahirnya gerakan-gerakan yang mengajak untuk melakukan usahatani secara organik. Hal tersebut merupakan
salah satu bentuk perlawanan dari dampak yang ditimbulkan pada revolusi hijau. Pada era orde baru, beberapa petani melakukan upaya mempromosikan pertanian
organik sebagai bentuk perlawanan yang berisiko tinggi karena pada masa ini pemerintah melarang mempromosikan pertanian organik Eliyas, 2008.
Gerakan-gerakan pertanian organik seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
WALHI PAN Indonesia, Lembaga Swadaya Masayarakat LSM Internasional yang menjadi donor LSM Indonesia dan kalangan rohaniawan menjadi sumber
informasi bagi penggiat pertanian organik untuk mengembangkan pertanian organik. Pada tahun 1987, Pesticide Action Network Indonesia PAN Indonesia
melakukan kampanye tentang bahaya pestisida dan mempromosikan cara bertani alternatif yang dikenal sebagai pertanian organik Eliyas, 2008.
Ada beberapa pihak yang mendukung perkembangan produk-produk pertanian di Indonesia seperti Pemerintahan Jerman membuka pasar dalam negerinya bagi
produk pangan organik yang berasal dari Indonesia. Pada tahun 2012, pihak Jerman tertarik untuk mengimpor beras organik dari Indonesia. Mereka
Universitas Sumatera Utara
memberikan kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk mengekspor hasil pertanian organik yang sesuai persyaratan yang berlaku di Jerman. Hal ini
merupakan peluang yang besar untuk mengembangkan pertanian organik di Indonesia Organic Indonesia, 2012.
2.1.2 Padi Organik Padi organik merupakan padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa
pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan kimia, padi organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia
yang sangat berbahaya bagi manusia Andoko,2009.
Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan
penggunaan pupuk dasar. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida. Selain untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik. Ini dikarenakan bibit nonhibrida
dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Sementara bibit atau benih hibrida biasanya dikondisikan untuk dibudidayakan secara non-
organik, seperti harus menggunakan pupuk kimia atau pemberantasannya hanya dengan pestisida kimia Andoko,2009.
Universitas Sumatera Utara
Adapun teknologi budi daya padi organik sebagai berikut : 1
Pemilihan Varietas Varietas padi yang cocok ditanam secara organik yaitu varietas alami. Agar
berproduksi optimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Varietas alami merupakan varietas yang tidak mengandung bahan-bahan kimia.
2 Persemaian
Langkah awalnya adalah melakukan seleksi benih. Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kebutuhan akan benih
maksimal hanya 30 kgha, dengan asumsi jarak tanam 25 cm x 25 cm, sehingga asumsi daya tumbuh sekitar 90. Lahan sawah dapat ditambahkan dengan pupuk
pupuk kandang sebanyak 40 kg atau sesuai yang dibutuhkan dengan cara ditebar merata. Selanjutnya pupuk kandang tersebut diinjak-injak kembali agar menyatu
dengan tanah. Di antara kedua bedengan yang berdekatan dibuat selokan dengan ukuran lebar 30-40 cm.
Benih yang akan disemaikan terlebih dahulu direndam dalam air untuk menyeleksi benih yang kurang baik. Benih yang terapung dan melayang harus
dibuang. Perendaman dilakukan agar terjadi proses fisiologis yaitu proses terjadinya perubahan di dalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah.
Benih direndam dalam air selama 24 jam. Kemudian diperam selama 48 jam, agar di dalam pemeraman tersebut benih berkecambah. Benih yang telah
berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm telah siap untuk ditebar di bedengan dengan syarat benih tersebar rata dan kerapatan benih harus sama.
Universitas Sumatera Utara
Pengurangan air pada persemaian dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat di tanah sehingga akar mudah masuk ke dalam tanah,
benih tidak busuk akibat genangan air, memudahkan benih bernafasmengambil oksigen langsung dari udara sehingga proses perkecambahan lebih cepat, serta
benih mendapat sinar matahari secara langsung.
3 Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah struktur tanah yang dikehendaki oleh
tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap seperti pembersihan yang dilakukan di selokan-selokan dan jerami yang ada perlu dibabat untuk
pembuatan kompos, pencangkulan yang dilakukan untuk perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak serta pembajakan yang berguna memecah tanah
menjadi bongkahan-bongkahan tanah, membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput jerami sehingga akhirnya membusuk dan dilakukan penggaruan guna
meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah menjadi butiran tanah yang lunak dan halus koloid.
4 Penanaman
Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas. Umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18-25 hari; bibit berdaun 5-7 helai; batang bagian bawah
besar dan kuat; pertumbuhan bibit seragam pada jenis padi yang sama dan bibit tidak terserang hama dan penyakit dapat segera dipindahkan ke lahan yang telah
disiapkan. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani di Indonesia adalah
Universitas Sumatera Utara
25 cm x 25 xm dan 30 cm x 30 cm. Pemakaian bibit tiap lubang antara 3-4 batang, tetapi bibit yang ditanam terlalu dalamdangkal menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik, kedalaman tanaman yang baik 3-4 cm. Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanahmenggunakan tali pengukur untuk
menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
5 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyulaman dan penyiangan, pengairan serta pemupukan. Yang harus diperhatikan dalam penyulaman penggantian bibit
yang rusak, yaitu bibit yang digunakan harus jenis yang sama, bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu, penyulaman tidak boleh
melampaui 10 hari setelah tanam, dan selain tanaman pokok tanaman pengganggu supaya dihilangkan. Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan
gulma. Dalam satu musim tanam, dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 minggu, kedua umur 35 hari,
dan ketiga umur 55 hari.
Pengairan di sawah dapat dibedakan atas pengairan secara terus menerus dan pengairan secara periodik. Pemupukan tujuannya adalah untuk mencukupi
kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhanproduksi. Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk
dasar berupa pupuk kandang atau pupuk fermentasi sekitar 1,5-2 tonha.
Universitas Sumatera Utara
Setelah itu dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur 15 hari sebanyak 1 tonha pupuk kandang atau
0,5 tonha pupuk fermentasi. Pemupukan susulan tahap kedua pada saat tanaman berumur 25-60 hari yaitu menyemprotkan sebanyak 1 liter pupuk organik cair
dilarutkan dalam 17 liter air yang kandungan unsur N-nya tinggi. Pemupukan susulan tahap ketiga yaitu setelah tanaman berumur 60 hari dengan
menyemprotkan pupuk organik cair yang mengandung unsur P dan K tinggi. Dosisnya 2-3 sendok makan pupuk organik yang dicampur dalam 15 liter air.
Pupuk tersebut disemprotkan ke tanaman dengan frekuensi seminggu sekali.
6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada budi daya padi organik pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan dan dapat pula dilakukan secara terpadu
antara teknik budi daya, biologis, fisik perangkap atau umpan, dan kimia pestisida organik. Pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
menggunakan cara biologis, yaitu pemberantasan hama yang dilakukan dengan menggunakan musuh alaminya, namun juga dilakukan dengan memperhatikan
pengaturan air pada pertanaman padi. Cara fisik atau mekanik dengan mengumpulkan telur-telur hama yang belum menetas kemudian memusnahkannya
Andoko,2009.
Universitas Sumatera Utara
7 Panen
Sekitar sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya padi berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan
pemanenan. Panen padi dapat dihitung berdasar umur tanaman, kadar air gabah, atau hari setelah berbunga. Dengan metode ini padi dipanen pada saat malai
berumur 30-35 hari setelah berbunga HSB. Tanda-tandanya ialah 95 malai tampak kuning dan kadar air gabah berkisar antara 21-26. Panen dengan ani-ani
menyebabkan banyak malai tertinggal dilapangan, karena pemanen menjadi lebih selektif Suparyono dan Setyono, 1993.
8 Pasca Panen
Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat perontokan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah
diangkut ke rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan menggunakan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin,
perontokan dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara perontokan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara
batang padi dipukul-pukul ke kayu hingga gabah berjatuhan. Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka tempat
perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau menggunakan terpal, hingga seluruh gabah dapat tertampung.
Universitas Sumatera Utara
Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan. Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar matahari.
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai suatu tingkat tertentu. Pada saat cuaca cerah, penjemuran padi dilakukan selama satu sampai dua hari
dengan pembalikan 4-7 kali. Gabah yang dijemur di tempat yang dilengkapi dengan alas amparan semen memiliki kualitas lebih baik dibanding dengan yang
dijemur dengan alas penjemuran lembaran plastik dan karung goni Suparyono dan Setyono, 1993.
2.1.3 Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian Widiarta 2011 menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas
mempengaruhi tingkat adopsi pertanian organik. Tingkat kompleksitas pertanian organik lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian secara konvensional. Faktor-
faktor yang berhubungan adalah masa konversi lahan anorganik ke organik, penggunaan pupuk organik dan pestisida organik, penggunaan bibit lokal.
Hasil Penelitian Putri 2011 menunjukkan bahwa variabel dari karakateristik suatu inovasi berhubungan dengan tingkat adopsi pertanian padi organik. Dari
segi keuntungan, pertanian organik lebih menguntungkan dibandingkan dengan konvensional. Ada kesesuaian penerapan padi organik dengan kebiasaan petani
dalam tahapan usahatani padi. Tingkat kerumitan lebih tinggi dirasakan pada saat permulaan dalam melakukan usahatani padi secara organik. Dalam hal
kemungkinan untuk dicoba, peneraparan organik dapat diterapkan dengan lahan yang kecil dan jumlah benih yang lebih sedikit dan modal yang sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam hal kemungkinan untuk diamati, petani sangat dapat merasakan hasilnya seperti rasanya lebih enak dan peningkatan jumlah dan biaya yang
dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan yang konvensional.
2.2 Landasan Teori