19 pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-
masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Standar Pengelolaan Pendidikan diatur oleh Peraturan Pemerintah
Pendidikan Nasional Permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
4. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional
Selaras dengan Pedoman Penjaminan Mutu SekolahMadrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, 2008,
SekolahMadrasah yang menyandang status Bertaraf Internasional merupakan Sekolah yang telah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan SNP dan
diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development danatau negara maju
lainya yang mempunyai keunggulan tertentu, sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 1 Nomor 35 juga mengamini hal yang sama seperti penjelasan tersbut. Sehingga jika dilihat dari pengertiannya,
SBI dapat dirumuskan dengan SBI = SNP + X. Standar Nasional Pendidikan SNP adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia bsnp-indonesi.org. Sedang Factor X merupakan adaptasi atau adopsi standar
pendidikan dari salah satu anggota OECD danatau negara maju lainnya yang mempunyai reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya
memiliki kemampuan daya saing internasional.
20 Sehingga dengan konsep sepeti diatas, Sekolah Bertaraf Internasional tidak
hanya sekedar memenuhi 8 Standar Nasional namun Sekolah Bertaraf Internasional diharuskan memperkaya, memperkuat, dan mengembangkan,
memperdalam, memperluas 8 unsur tersebut. Sehingga bisa dikatakan Sekolah Bertaraf Internasional memiliki level diatas sekolah nasional.
Untuk memenuhi standar sebagai Sekolah Bertaraf Internasional, sekolah tersebut dapat melakukan minimal 2 cara , yaitu adaptasi dan adopsi. Adaptasi
merupakan pengayaan pendalaman penguatan perluasan penyesuaian unsur- unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu setarasama dengan
standar pendidikan salah satu negara angggota OECD danatau negara maju lainnya yang mempunyai keunngulan tertentu dalam bidang pendidikan, yang
diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki daya saing internasional.
Berbeda dengan adaptasi, Adopsi adalah penambahan dari unsur-unsur
tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD dan atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya
memiliki kemampuan daya saing internasional. Esensi lainnya dari konsep tentang SBI adalah adanya daya saing pada
forum internasional
terhadap komponen-komponen
pendidikan seperti
outputoutcomes pendidikan, proses penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuattinggi. Masing-masing komponen
tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu
21 berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Beberapa ciri esensial dari SBI ditinjau dari komponen pendidikan yang berdaya saing tinggi yaitu Dit PSMP, 2008:
a Outputoutcomes SBI dikatakan memiliki daya saing internasional antara
lain bercirikan: 1 lulusan SBI dapat melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik di dalam maupun di luar negeri, 2
lulusan SBI dapat bekerja pada lembaga-lembaga internasional danatau negara- negara lain, dan 3 meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi
sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga. Proses penyelenggaraan dan pembelajaran dikatakan memiliki daya saing internasional antara lain cirinya telah
menerapkan berbagai model pembelajaran yang berstandar internasional, baik yang bersifat pembelajaran teori, eksperimen maupun praktek;
b Proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan harus bercirikan
internasional, yaitu: 1 pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of
discovery; 2 menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan; student centered; reflective learning; active learning; enjoyble
dan joyful learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning,
yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; 3 menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata
pelajaran; 4 proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan TIK; 5 proses penilaian dengan menggunakan
model-model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD danatau
22 negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan; dan 6 dalam penyelenggaraannnya bercirikan utama kepada standar manajemen internasional yaitu secara bertahap dalam jangka panjang mampu
mengimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000, dan menjalin hubungan
sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.
c Input SBI yang esensial bercirikan internasional antara lain: a telah
terakreditasi dengan nilai A dari badan akreditasi sekolahnasional dan apabila tidak lagi menjadi rintisan SBI telah menjadi SBI mandiri maka sekolah juga
berupaya secara terus menerus dalam jangka panjang untuk mencapai akreditasi dari salah satu negara anggota OECD dan atau negara maju lainnya yang memiliki
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; b standar kelulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional, sistem administrasi akademik berbasis TIK,
dan muatan mata pelajaran sama dengan muatan mata pelajaran yang sama dari sekolah unggul diantara negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang
memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; c jumlah guru minimal 20 berpendidikan S2S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif, kepala sekolah minimal berpendidikan S2 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A
dan mampu berbahasa inggris aktif, serta semua guru mampu menerapkan pembelajaran berbasis TIK; d tiap ruang kelas dilengkapi sarana dan prasarana
pembelajaran berbasis TIK, perpustakaan dilengkapi sarana digitalberbasis TIK, dan memiliki ruang dan fasilitas multi media; dan e menerapkan berbagai model
23 pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kinerja kunci
tambahan.
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang temametodenya hampir sama dengan penelitian ini , diantaranya :
1 “Performansi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di BLPT
Yogyakarta” oleh Riaya Listianing Rahmawati pada tahun 2010. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana 1 penerapan peraturan tentang K3, 2 tingkat pengetahuan, 3 perilakukebiasaaan yang dilakukan oleh guru, teknisi
serta siswa untuk menerapkan budaya K3 selama pembelajaran praktek, 4 kondisi fisik ruangan, lingkungan, peralatan bengkel praktek yang mendukung
terciptanya K3 di BLPT Yogyakarta.
2 “Implementasi Progam Sekolah bertaraf Internasional Studi Kasus
di Progam Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 2 Yogyakarta”
oleh Allan Maulana Ardhian tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui implementasi progam Sekolah Bertaraf Internasional di Progam
Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 2 Yogyakarta. Indikator yang diteliti meliputi pencapaian Standar Nasional Pendidikan, manajemen sekolah
bertaraf internasional, dan budaya sekolah bertaraf internasional. Hasil penelitian tersebut menunjukan tingkat baikburuk dari implementasi progam SBI pada
penerapan Standar Nasional pendidikan, manajemen sekolah dan budaya sekolah.
24
3 “Evaluasi Kinerja Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMK
Negeri 2 Ketapang Kalimantan Barat” Tesis oleh Edy Santoso tahun 2008.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Sekolah Bertaraf Internasional SBI SMK Negeri 2 Ketapang Kalimantan Barat ditinjau dari : 1
komponen manajemen sekolah; 2 komponen proses belajar mengajar; 3 komponen profil ketenagaanpendidik; 4 komponen kurikulum; 5 komponen
peserta didik; 6 komponen institusi pasangan; 7 komponen unit produksi; 8 komponen lingkungan sekolah; 9 tenaga kependidikan. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan evaluasi formatif dan data penelitian diperoleh dari pengelola sekolah serta siswa dengan metode angket model skala likert, analisis
data menggunakan statistik deskriptif.
4 “Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Tingkat I Bidang Keahlian
Teknik Elektro SMK Piri Yogyakarta Studi Kasus” oleh Thomas Edi Susilo
tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mengajar guru-guru bidang keahlihan teknik elektro SMK Piri I Yogyakarta. Data Penelitian yang
diambil dengan menggunakan tabel observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah Guru yang mengajar mata diklat PDIL, PKDLE, dan
PME yang mengajar tingkat 1TE1 dan 1TE2. Data penelitian dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan mencari nilai rerata M dan simpangan
baku SD. Untuk mengetahui tolak ukur kemampuan cara mengajar guru mengacu pada alat penilaian kemampuan guru APKG. Hasil dari penelitian
tersebut menggambarkan kualitas mengajar guru di SMK Piri 1 Yogyakarta.
25
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti keberdampakan yang dirasakan oleh sekolah setelah dihapusanya sekolah bertaraf internasional oleh Mahkamah
Konstitusi. Penelitian ini memfokuskan kepada kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah, dengan 2 fokus obyek penelitiannya yaitu :
Kegiatan Belajar Mengajar dan Kinerja Sekolah. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, suatu sistem pendidikan yang
telah dirintis sejak tahun 2007 secara tiba-tiba dinyatakan dihentikan oleh Mahkamah Konstitusi MK karena dianggap melanggar konstitusi. Putusan MK
terkait sisdiknas tersebut berlaku sejak dikeluarkannya putusan nomor 5PUU- X2012 pada tanggal 8 januari 2013. Secara logika sadar, hal ini akan
menimbulkan masalah yang mungkin akan berdampak kepada sekolah sebagai garda terdepan pendidikan di Indonesia.
Untuk memudahkan pemahaman akan permasalahan yang terjadi, dibuatlah kerangka pikir penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir
25
26
D. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimakah pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di SMKN 2 Cilacap