40 Tabel 12. Distribusi Kategori Data
No Rentang Skor i
Kategori 1
Mi + 1,5 SDi sampai dengan ST Tinggi
2 Mi + 0,0 SDi sampai dengan Mi _ 1,5 SDi
Cukup 3
Mi – 1,5 SDi sampai dengan Mi + 0,0 SDi Kurang
4 SR sampai dengan Mi – 1,5 SDi
Rendah Keterangan :
Mi SDi
Mi SDi
ST SR
= Rerata Mean ideal = Standar Deviasi Ideal
= 12 Skor ideal tertinggi + skor ideal terendah = 16 Skor ideal tertinggi – skor ideal terendah
= Skor Tertinggi = Skor Terendah
2. Data Kualitatif
Data yang bersifat kualitatif didapat dari metode pengumpulan data wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan
paling tidak memuat tiga kegiatan utama, yaitu : reduksi data , penyajian data, penarikan kesimpulan.
Data yang didapat dari metode pengumpulan data wawancara, observasi lapangan masih sangat luas dan banyak sehingga dibutuhkan reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, menemukan tema dan polanya dan membuang hal-hal yang
tidak perlu. Setelah itu dilakukan pengkodean coding untuk setiap indikator
penelitian yang ada. Namun sebelum hal itu dilakukan haruslah data yang akan diolah telah siap, seperti hasil wawancara harus dibuat ke dalam transkrip
wawancara. Penyajian data adalah menggabungkan informasi yang tersusun dalam
bentuk yang padu dan mudah dipahami. Bentuk penyajian bisa berbentuk tabel,
41 grafik atau semacamnya sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian ini penyajian
data kualitatif disajikan dalam bentuk tabel. Penarikan kesimpulan adalah melakukan verifikasi dari metode
wawancara, observasi dan kajian dokumen sekunder lalu digabungkan satu sama lain. Verifikasi data dapat dilakukan dengan metode trianggulasi data dengan cara
membandingkan hasil data yang didapat suatu metode pengumpulan data dengan metode lainnya.
3. Trianggulasi Data
Trianggulasi data dibutuhkan mengingat penelitian ini merupakan penelitian
mixed method dengan desain penelitian Convergent Parralel Design. Dengan trianggulasi, data hasil instrumen angket, data hasil wawancara dan data
observasi lapangan dapat dibandingkan compare satu sama lain untuk
menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian ini. Apabila diilustrasikan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Untuk memudahkan dalam membandingkan compare data yang satu
dengan yang lain. Hasil data yang telah diolah sesuai jenis datanya dimasukan ke
Kesimpulan
Angket Wawancara
Observasi
Gambar 3. Ilustrasi Triangulasi
42 dalam tabel triangulasi dengan mengkategorikan menjadi indikator-indikator
penelitian. Tabel triangulasi data ditunjukan pada Tabel 13 sebagai berikut ini. Tabel 13. Tabel Trianggulasi Data
Indikator Data
Angket Data
Wawancara Data Observasi
Ket
Persyaratan Pelaksanaan
Proses Pembelajaran
Butir 1. Merupakan
pernyataan terkait jumlah
maksimal dalam 1 kelas adalah
sebanyak 32 siswa.
Ketercapaian sebesar 60
Kategori Cukup W.G.KLS
31-35 Dari data sekunder
diketahui bahwa
jumlah maksimal
dalam satu kelas lebih dari 32 siswa
Sesuai
Bidang Sarana
dan Prasarana
Butir 1. Terkait jumlah
ruang yang dimiliki sekolah
Ketercapaian sebesar 77
Kategori Baik
W.WKS.KLS 48-50
Dari data sekunder diketahui bahwa
jumlah kelas yang dimiliki sebanyak
24 kelas teori. Tak terlihat siswa yang
berkeliaran selama jam pelajaran, serta
di sekolah ini tidak mengenal adanya
jam pagi dan siang. Sesuai
Kemitraan Sekolah
Butir 12. Terlkait
kepemilikan ISO
Ketercapaian 81 Kategori Baik
W.WKS.ISO 9-11
Dari data sekunder diketahu bahwa
sekolah ini telah memiliki ISO
dengan nomor ISO 9001:2008 . per
tanggal 11 desember 2012
Sesuai
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Dampak Kegiatan Belajar Mengajar dan Kinerja Sekolah Pasca Penghapusan RSBI menggunakan 3 metode pengumpulan data, yaitu
angket, wawancara, dan observasi. Angket ditujukan kepada responden siswa dengan jumlah sampel sebanyak 121 siswa. Wawancara dilakukan kepada 2
responden yang dirasa mengetahui lebih dalam mengenai kondisi sekolah, Kajur Prodi TITL dan Kepala SekolahWakil Kepala Sekolah SMKN2 Cilacap.
Observasi dilakukan guna mencari data pendukung atau sebagai pembanding nantinya saat dilakukan triangulasi data.
1. Hasil Penelitian Kegiatan Belajar Mengajar a. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Data Angket
Aspek penelitian kegiatan belajar mengajar pasca dihapusnya RSBI di SMKN 2 Cilacap dengan responden siswa memiliki 17 butir pernyataan. Angket
penelitian diberikan kepada siswa kelas X dan kelas XI, setelah dilakukan perhitungan didapat besar sampel sebanyak 121 siswa.
Angket penelitian menggunakan skala empat skala linkert. Sehingga nilai maksimal yang mampu didapat untuk masing-masing pernyataan sebesar
484. Nilai ketercapaian yang didapat setiap butir pernyataan akan dibandingkan dengan nilai maksimal tersebut dan akan didapatkan nilai ketercapaian. Hasil
ketercapaian aspek kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dalam Tabel 14 dan Gambar 4.
44 Gambar 4. Diagram Batang Persentase Pencapaian KBM
Bedasarkan diagram batang persentase pencapaian KBM , pencapaaian tertinggi diperoleh butir pernyataan nomor 5. Butir pernyataan ini terkait sikap
Tabel 14. Hasil Ketercapaian Aspek Kegiatan Belajar Mengajar
No Butir Nilai
Pencapaian Kategori
1 295
60 Cukup
2 390
80 Baik
3 369
76 Baik
4 340
70 Cukup
5 416
85 Baik
6 378
77 Baik
7 373
76 Baik
8 354
73 Cukup
9 398
82 Baik
10 325
67 Cukup
11 339
69 Cukup
12 243
50 Kurang
13 259
53 Kurang
14 264
54 Kurang
15 390
80 Baik
16 412
84 Baik
17 352
72 Cukup
10 20
30 40
50 60
70 80
90
B u
tir 1
B u
tir 2
B u
tir 3
B u
tir 4
B u
tir 5
B u
tir 6
B u
tir 7
B u
tir 8
B u
tir 9
B u
tir 1
B u
tir 1
1 B
u tir
1 2
B u
tir 1
3 B
u tir
1 4
B u
tir 1
5 B
u tir
1 6
B u
tir 1
7
P re
se n
ta se
KBM
45 menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku jenis
kelamin dan status sosial. Ketercapaian butir pernyataan nomor 5 sebesar 85 dapat dikategorikan penerapan sikap tersebut ketika kegiatan belajar mengajar di
kelas termasuk kedalam kategori “Baik”. Sedangkan bedasarkan hasil pehitungan statistik diketahui bahwa skor
rata-rata siswa dalam pengisian angket kuesioner kegiatan belajar mengajar sebesar 46 dengan skor minimum sebesar 30 , skor maksimum sebesar 62 dan
standar deviasi sebesar 5.33. Dengan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi, nilai kecenderungan dapat diketahui seperti yang ditampilkan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Kecenderungan Kegiatan Belajar Mengajar No
Interval Frekuensi
Presentase Kategori
1 54-62
22 18
Tinggi 2
46-54 59
49 Cukup
3 38-46
35 29
Kurang 4
30-38 5
4 Rendah
Jumlah 121
100 Data pada Tabel 15 tersebut dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram
pie seperti Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Diagram Pie Nilai Kecenderungan Kegiatan Belajar Mengajar
Tinggi 18
Cukup 49
Kurang 29
Rendah 4
45
46
b. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Hasil Wawancara
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMKN 2 Cilacap khususnya untuk Progam Studi Teknik Instalasi Tenaga listrik dapat dilihat dari beberapa
faktor yang mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ditambah dengan ciri
sekolah RSBI. Faktor-faktor dan ciri tersebut diantaranya ada yang dijadikan indikator dalam pengajuan pertanyaan wawancara.
Wawancara diajukan kepada responden yang dirasa mengenal kondisi lingkungan sekolah dengan baik. Responden yang dimaksud ialah guru jurusan
teknik instalasi listrik dan wakil kepala sekolah. Selanjutnya transkrip wawancara
yang didapat diberi kode masing masing. W.G.Aspek Penelitian merupakan kode yang digunakan untuk wawancara dengan responden guru dan W.WKS.Aspek
Penelitian merupakan kode yang digunakan untuk wawancara dengan responden
wakil kepala sekolah. Secara umum kegiatan belajar mengajar di SMKN 2 Cilacap relatif tak
berubah pasca dihapusnya status RSBI oleh pemerintah sebagaimana dijelaskan oleh guru jurusan teknik instalasi listrik. Guru tersebut menjelaskan bahwa :
…Saya kira untuk KBM. Baik itu sebelumnya, sedang atau sesudahnya, saya kira dalam KBM itu sama. Tidak ada pengurangan, berlebihan.
Sama saja. Sebelum SBI siswa praktek, siswa Praktek Minor. Selama SBI Mayor, lalu setelah ga ada RSBI dihilangkan. Ya ga begitu, tetap
saja. Kita tetap menjalankan sesuai dengan kurikulum, serta mengacu pada industri. Masalah anggaran ga ada perbedaan. Ga masalah. Ini kan
belum berapa lama penghapusan RSBI ini, baru berapa lama y? Ya belum. Baru semester ini. Saya kira tidak ada perbedaan sebelumsetelah
RSBI dihapus W.G.KBM2-13.
47 Lebih lanjut, kegiatan belajar mengajar akan mampu berjalan dengan
baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang baik pula. Berkenaan dengan hal tersebut Guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :
….Klo ruang praktek dibelakang semua, ada 5 ruang praktek. Untuk 8 rombel.Wah.. cukup sekali. Tiap hari hari 2-2. Klo ada kelas tiga ya 3-3.
Masih bisa mencukupi. W.G.KLS31-35
Penjelasan guru tersebut juga didukung oleh penjelasan wakil kepala sekolah pada wawancara terpisah, dalam wawancara tersebut dijelaskan bahwa :
….Cukup. Untuk jumlah kelas cukup. kita kan punya 44 kelas. Kita sistemnya sudah moving class. sudah kaya kuliah. Ga ada kelas itu
miliknya kelas apa, Kelas itu miliknya mata pelajaran. klo maw pelajaran bahasa Indonesia ya, ya larinya ke ruang bahasa. Rombel itu, singkatan
dari
Rombongan Belajar.
ya sama
saja dengan
kelas lah
W.WKS.KLS48-56.
Salah satu keunggulan sekolah RSBI ialah dalam pemanfaatan teknologi konputer. Seperti penggunaan sarana LCD proyektor untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar. Berkenaan dengan hal ini, guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :
….Ya menggunakan, semuanya menggunakan. Menggunakan semua. Lah wong sekarang sudah disediakan, alat disediakan. Makasnya klo di
SBI itu anggarannya ke Fisik, alat bantu mengajar. Kesana larinya Klo bahan praktek ya tetap. Sama. W.G.TIK36-41
Masih terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi komputer, dalam wawancara terpisah dengan wakil kepala sekolah menjelaskan bahwa :
….Owh.. itu udah lama. Sebelum RSBI kita sudah ada itu bertahap. awal-awalnya tahun 2003-04 lah, satu-dua ruang. Pake yang Portable.
Ya bertahap, sekarang sudah tiap ruang sudah lengkap LCD. klo gurunya IT minded, ya dulu ada IHT in house Traning. Pelatihan Power point,
gtu-gtu. Yang ngajar juga dari temen sendiri. W.WKS.TIK40-47
48 Ciri sekolah RSBI lainya ialah penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa
pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Terkait hal ini guru jurusan teknik instalasi listrik menjelaskan bahwa :
….Saya kira ada yang melakukan ada yang tidak. Ya sama. Paling dijurusan listrik ya. Gimana yah?. Kan kita lihat SDM-nya, gimana? Trus
tuntutan lagi. Tapi klo kejuruan saya rasa no problem. Klo teknik kita menggunakan bahasa inggris teknik. Iya. Ya campur. Bahasa inggris
teknik. Ada. Ada.. ya seperti itu… Iya. Ini kan masih peralihan. Baru berapa berapa bulan sih. Jadi tidak terlalu mencolok.
Cuman untuk mengatasi itu, karena SBI ada kelas Khusus itu apa
namanya itu.. sing HL, apa AHL untuk bahasa inggris.W.G.BHS19-30
Terkait penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar, wakil kepala sekolah memberi penjelasan sebagai berikut :
….Ya pernah dulu, sewaktu menyandang SBI kita menerapkan. pembelajaran produktif, sama pembelajaran SAINS. Matematika, kimia.
artinya ya bilingual, ya tidak penuh. Kadang kadang pengantarny, pendahuluannya. Tidak sepanjang 3 jam pelajaran penuh.Apalagi kalau
produktif kan Tools-tool nya, alatnya itu kan bahasanya dari luar. Klo mesinnya dari jerman, malah manualnya booknya bahasa jerman, bahasa
inggris. Iya, iya masih diterapkan. W.WKS.BHS28-38
Selain indikator-indikator yang telah dijelaskan, masih ada beberapa indikator yang dijelaskan oleh responden seperti kurikulum yang digunakan,
ketersediaan gurur dan tenaga pengajar dan kerja sama dengan luar negeri. Kesemua indikator tersebut dapat dilihat lebih lengkap pada transkrip wawancara,
baik itu untuk responden Guru Teknik Instalasi Listrik maupun responden Wakil kepala Sekolah.
49
c. Kegiatan Belajar Mengajar Bedasarkan Hasil Observasi
Kegiatan observasi dilakukan semenjak pertama kali datang di SMKN 2 Cilacap, sekitar tanggal 20 Februari 2013. Lebih intensif, pengumpulan data
penelitian dengan metode observasi dilakukan dari tanggal 21-30 Mei 2013. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data pendukung dari 2 metode
pengumpulan data yang lain, selain itu observasi juga dapat digunakan sebagai data pembanding kroscek akan kebenaran data yang didapat dari metode
lainnya. Observasi penelitaian terkait kegiatan belajar mengajar dilakukan di blok
Jurusan Teknik Instalasi Listrik. Letak Blok ini letaknya berada pada sisi dalam sekolah, untuk sampai di blok ini dari pintu gerbang sekolah ambil jalan lurus
melewati beberapa lorong lalu melewati jalan disamping lapangan sepakbola setelah itu belok kanan. Blok jurusan Teknik Instalasi Listrik berada pada pojok
kanan sekolah apabila dilihat dari atas. Blok ini berhadapan dengan blok Jurusan MesinOtomotif.
Observasi kegiatan belajar dikelas lebih kepada memperhatikan segala kegiatan yang berlangsung selama KBM, baik itu dari pihak guru maupun siswa
itu sendiri. Selain itu observasi ini juga memperhatikan kondisi lingkungan kelas serta alat-alat penunjang lainnya.
Seperti sekolah pada umunya, selama kegiatan belajar berlangsung guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa mendengarkan pada tempat duduk
yang tersedia. Selama memberikan penjelasan intonasi suara yang dimiliki oleh guru mampu terdengar sampai siswa baris paling belakang. Mungkin beberapa
siswa tidak bisa mendengar dengan baik penjelasan guru, hal ini bukan
50 dikarenakan intonasi suara yang kurang namun lebih karena siswa tersebut yang
kurang memperhatikan pelajaran. Kadang kala intonasi suara ditinggikan sebagai tanda agar siswanya kembali fokus memperhatikan pelajaran yang berlangsung di
dalam kelas atau bengkel. Kondisi lingkungan bengkel dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 sebagai berikut.
Gambar 6. Salah Satu Kondisi Bengkel
Gambar 7. Penempatan Peralatan Praktek
50
51 Kegiatan praktek dilakukan di ruang bengkel. Jurusan teknik instalasi
listrik memiliki 5 ruang bengkel dengan fungsinya masing-masing. Jumlah bengkel ini telah sesuai mencukupi dengan kurikulum yang berlangsung. Ruang
bengkel berbentuk persegi dengan lantai tehel. Posisi meja dan kursi berada di tengah ruang, dengan sisinya digunakan untuk lemari penyimpan peralatan
praktek atau tempat praktek itu sendiri. Cahaya yang masuk ke dalam kelas sudah cukup terang untuk kegiatan belajar berlangsung, sehingga tidak membutuhkan
cahaya tambahan ketika cuaca sedang cerah. Sayangnya tidak terdapat
toolman yang membantu guru ketika sedang melakukan praktik. Kegiatan menyiapkan peralatan praktek harus dikerjakan oleh
guru itu sendiri. Bisa dikatakan guru disini sekaligus merangkap sebagai toolman.
Selain itu peralatan yang tersedia di bengkel biasanya tidak mencukupi apabila dilakukan praktek secara serentak. Untuk menyiasati hal tersebut mau tidak mau
siswa secara bergantian melakukan kegiatan praktek, seperti yang ditunjukan pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. Kegiatan Praktik
51
52
2. Hasil Penelitian Kinerja Sekolah a. Kinerja Sekolah Bedasarkan Data Angket