1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman terus berkembang, membuat dunia industri menuntut para pencari kerja untuk memiliki
skill dan kompetensi yang lebih baik dari era sebelumya. Berkenaan dengan hal tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan
SMK berada pada garda yang paling depan untuk bisa mencetak SDM yang memiliki kompetensi sesuai dunia industri. Sekolah kejuruan diharapkan
dapat menjalakan pendidikan yang berkualitas bagi anak didiknya agar nanti lulusanya mampu memenuhi tuntutan dunia industri.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terus mengeluarkan jurus-jurus jitu agar tercapai tujuan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas
pendidikan agar bisa bersaing dengan negara-negara lain yaitu membuat progam pengembangan rintisan sekolah bertaraf internasional RSBI.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN 202003 Pasal 50 ayat 3 menyatakan bahwa
“Pemerintah danatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang- kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”. Sebagai realisasi dari amanah undang-undang tersebut, Kementerian Pendidikan dan
2 Kebudayaan sejak tahun 2007 mulai mengembangkan progam RSBI, baik
untuk jenjang SD, SMP, dan SMUSMK. Sekolah-sekolah
yang berniat mengikuti progam RSBI harus
memenuhi 8 unsur Standar Nasional Pendidikan SNP sebelum mengajukan diri untuk menjadi sekolah bertaraf internasonal. Selain telah memenuhi
syarat 8 SNP tersebut, juga masih harus diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota
Organization for Economic Co- operation and Development OECD danatau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga benar- benar memiliki daya saing di forum internasional.
Konsep awal sekolah RSBI sebenarnya sangat bagus, konsep ini menginginkan standar pendidikan di dalam negeri tidak kalah dengan negara-
negara maju anggota OECD diantaranya : Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece,
Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic,
Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia,
Singapore dan Hongkong. Hasil lulusan dari sekolah RSBISBI nantinya diharapkan memiliki kompetensidaya saing yang diakui internasional.
Sekali lagi konsep awal progam sekolah RSBI memang sangat bagus, namun pada implementasinya di masyarakat banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang serta merta membentuk persepsi buruk tentang sekolah-
3 sekolah berlabel RSBI. Dalam amar putusan nomor 5PUU-X2012 yang
dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi menyebutkan penyimpangan yang terjadi diantaranya adanya pungutan dari sekolah yang mengatasnamakan
sekolah rintisan bertaraf internasioanal. Sekolah ini menciptakan persepsi adanya “diskriminatif” yang membuat orang tua siswa berkemampuan
ekonomi kurang mampu tidak bisa mensekolahkan buah hatinya ke sekolah tersebut, dan memilih untuk mensekolahkan di sekolah reguler.
Seiring dengan hal tersebut, banyak desakan yang muncul di masyarakat mempertanyakan tentang layak-tidaknya progam rintisan sekolah
bertaraf internasional tersebut. Hingga pada puncaknya awal januari 2013, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas. Mahfud MD selaku ketua MK dalam pembacaan amar putusan
mengatakan Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat
.
Dengan dikabulkannya uji materi tersebut, akhirnya RSBI dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi Kompas, 9
Januari 2013. Alasan Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan terhadap sekolah-
sekolah RSBI adalah karena status-status tersebut menciptakan adanya diskriminatif pendidikan sehingga bertentangan dengan konstitusi. Selain itu
penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar juga ditengarai menciderai sumpah pemuda 1928. Sumpah pemuda dalam salah satu ikrarnya
4 menyatakan berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, seluruh
sekolah di Indonesia seharusnya menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
Namun sejalan dengan putusan tersebut ada kekhawatiran dengan kembalinya sekolah RSBISBI menjadi sekolah bisa menurunkan kualitas
dari pendidikan itu sendiri. Ada kekhawtiran yang berkembang dimasyarakat bahwa pelayanan dan mutu
ex-RSBI akan menurun. Sehingga pada akhirnya tidak mampu mencetak lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja
Kompas, 10 Januari 2013 Melihat permasalahan terkait putusan Mahkamah Konstitusi yang
menghapus status sekolah bertaraf RSBI. Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan menjadikan masalah tersebut menjadi pokok
permasalahan penelitian.
B. Fokus Penelitian