Hambatan Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

117 Maret. Penilaian tersebut diisi masing-masing siswa dengan memberikan tanda centang terhadap aspek yang sudah tertera, kemudian setiap bulan siswa mengumpulkannya kepada guru kelas. Sedangkan untuk penilaian diri dilakukan pada pembelajaran ke-11 13 April 2015. 3 Penilaian psikomotorik Alat penilaian psikomotorik yang biasa digunakan dalam menilai psikomotorik siswa antara lain dengan menggunakan unjuk kerja, praktek, proyek dan portofolio. Hal tersebut disampaikan oleh guru kelas V pada saat wawancara 16 April 2015. Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran ke-6 6 April 2015 guru memberikan tugas proyek kepada siswa untuk membuat sebuah diorama. Proyek diorama dipresentasikan dan dikumpulkan pada hari setelahnya, kemudian dikumpulkan untuk dinilai oleh guru. Selain itu guru juga menilai psikomotorik siswa saat siswa sedang melakukan praktek membuat bel listrik pada pembelajaran ke-2 25 Maret 2015.

d. Hambatan Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

1 Persiapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Dalam mempersiapkan pembelajaran guru kelas V dan Kepala Sekolah mengakui bahwa mempunyai hambatan terkait mengenali inteligensi siswa dan merencanakan pembelajaran. Pada proses mengenali inteligensi guru kelas V dan Kepala Sekolah memiliki anggapan yang sama yaitu tentang kesederhaaan tes TIMI Test 118 Interesting Multiple Intelligences. Hal tersebut dikarenakan TIMI lebih sederhana atau tidak sedetail MIR Multiple Intelligences Reaserch yang dibuat oleh Munif Chatib. Alasan SD Juara tidak menggunakan MIR dikarenakan biaya pelaksanaan MIR yang mahal dan dengan berlatar belakangnya SD Juara yang menjadi yayasan sekolah gratis untuk kaum duafa. Pada perencanaan pembelajaran, hambatan dalam penyusunan lesson plan sendiri dilansirkan oleh guru kelas V Kh bahwasanya guru terkadang masih bingung dalam mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan dan realitas sehari-hari si anak. Sehingga guru masih butuh sharing ke kepala sekolah atau guru lain. 31 Maret 2015. Selain itu Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa hambatan yang dirasakan adalah ketidak konsistenan guru dan Kepala Sekolah sendiri dalam menyususun rencana pembelajaran, sehingga Kepala Sekolah mengambil jalan tengah dengan membuat coret-coretan, dalam artian rencana pembelajaran dituliskan secara sederhana pada buku khusus milik guru. 2 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Pada tahap pelaksanaan, hambatan yang dialami guru adalah kesulitan untuk mengembangkan kesembilan jenis kecerdasan dalam satu waktu. Berdasarkan hasil observasi terlihat pada kecerdasan linguistik-verbal guru tidak mengembangkan kecerdasan ini satu kali 119 pada pembelajaran ke-6, dikarenakan pada pembelajarn tersebut guru lebih mengembangkan kecerdasan kinestetik, interpersonal dan naturalis siswa. Untuk kecerdasan matematis-logis, guru tidak memunculkan sebanyak 2 kali, karena guru lebih mengembangakan pada kecerdasan linguistik-verbal, kinestetik, interpersonal, interpersonal, naturalis dan eksistensialis. Untuk kecerdasan visual-spasial, kegiatannya tidak dimunculkan sebanyak 3 kali, yaitu pada pembelajaran ke-4, ke-10 dan ke-11. Pada pembelajaran ke-4 lebih mengembangkan pada jenis kecerdasan linguistik-verbal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensialis. Selanjutnya, jenis kecerdasan kinestetik tidak dimunculkan oleh guru hanya satu kali saja, yaitu pada pembelajaran terakhir atau pembelajaran ke-12. Pada pembelajaran tersebut guru mengembangkan pada jenis kecerdasan linguistik- verbal, matematis-logis, visual-spasial, interpersonal, intrepersonal, naturalistik dan eksistensialis. Selain itu, untuk kecerdasan musikal tidak dimunculkan guru sebanyak 3 kali, yaitu pada pembelajaran ke-4, ke-10 dan ke-12. Pada pembelajaran ke-4, ke-10 dan ke-12 kegiatan yang dimunculkan sama seperti pembahasan sebelumnya. Sedangkan, untuk pengembangan kecerdasan interpersonal selalu guru berikan dalam setiap pertemuan pembelajaran. Selanjutnya, untuk kecerdasan intrapersonal tidak muncul sebanyak 2 kali, yaitu pada pembelajaran ke-3 dan ke-6. Pada 120 pembelajaran ke-3 guru telah mengembangkan jenis kecerdasan linguistik-verbal, matematis-logis, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, dan eksistensialis. Untuk jenis kecerdasan naturalis, guru tidak memunculkannya sebanyak 3 kali, yaitu pada pembelajaran ke-1, ke-3 dan ke-11. Pada pembelajaran ke-1 guru lebih mengembangkan pada jenis kecerdasan linguistik-verbal, matematis-logis, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal dan eksistensialis. Sedangkan yang terakhir, untuk pengembangan kecerdasan eksistensialis teramati bahwa guru selalu memunculkannya dalam setiap pembelajaran. Guru kelas V juga mengaku bahwa tidak terdapat hambatan yang berat pada saat pelaksanaan pembelajaran. Guru menyampaikan bahwa untuk masing-masing jenis kecerdasan memang memiliki hambatan sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya, namun hal tersebut masih bisa diberikan solusi oleh guru. 3 Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Pada tahap penilaian ini hambatan yang dialami guru terdapat pada masing-maisng aspek penilain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penilaian kognitif hambatannya ialah guru harus berusaha bagaimana caranya agar anak yang tidak mencapai KKM dapat mencapai KKM tersebut sesuai dengan kemampuannya. Untuk penilaian afektif hambatannya terdapat pada lamannya guru dalam menentukan nilai afektif, karena dalam menilai sikap siswa guru tidak 121 bisa hanya menilai pada saat itu, namun dengan bertahap. Sedangkan, untuk penilaian psikomotorik hambatannya adalah ketika anak sulit diajak untuk bekerja secara maksimal ketika hal itu tidak sesuai dengan bidangnya.

B. Pembahasan