Pengobatan Skabies Gambaran Umum Skabies 1 Definisi

Menurut Muzakkir 2008, agar pemeriksaan berhasil ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu: kerokan kulit jangan dilakukan pada lesi ekskoriasi dan lesi dengan infeksi sekunder. Pada lesi ekskoriasi tungau mungkin sudah terangkat oleh garukan dan pada lesi dengan infeksi sekunder terdapat pus yang bersifat akarisida sehingga tungau tidak ditemukan pada lesi tersebut, selain itu kerok kulit didaerah infeksi sekunder dapat memperberat infeksi. Kerokan harus superficial karena tungau terdapat dalam stratum korneum, jadi kerokan tidak boleh berdarah. Papel yang baik untuk dikerok adalah papul yamg baru dibentuk yaitu berbentuk lonjong dan tidak berkrusta karena tungau biasanya ditemukan pada papul atau terowongan yang baru dibentuk. Jangan mengerok dari satu lesi tetapi keroklah dari beberapa lesi tungau. Lokasi yang paling sering terinfeksi adalah sela jari tangan, karena itu perhatian utama ditujukan pada daerah tersebut. Sebelum mengerok, tetes minyak mineral pada scalpel dan pada lesi yang akan dikerok.

1.8 Pengobatan Skabies

Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarga harus di obati termasuk penderita yang hiposensitisasi. Jenis obat topikal yang sering digunakan adalah belerang endap sulfur presipitatum dengan kadar 4-20 dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang- kadang menimbulkan iritasi. Obat ini juga dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. Universitas Sumatera Utara Emulsi benzil-benzoas 20-25 , efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Gama Benzena Heksa Klorida gameksan= gammexane kadarnya 1 dalam krim, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak di anjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala sehingga pengobatannya perlu diulangi seminggu kemudian. Krotamiton 10 dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus di jauhkan dari mata, mulut dan uretra. Permetrin dengan kadar 5 dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan Djuanda, 2007. Cara pemakaian obat ini memerlukan perhatian khusus pada sela jari tangan dan kaki, sela paha dan sebagainya; gunakan kira-kira 30 g setiap kali pemakaian pada pasien dewasa. Biarkan semalaman dan cuci degan sabun dan air pada hari berikutnya kecuali untuk sulfur presipitatum. Pada bayi lesi dapat mengenai pelipis, dahi, dan kulit kepala. Hindari mata saat memberikan pengobatan pada tempat-tempat lain. Obat ini harus di hindari penggunaannya pada wanita hamil, ibu yang menyusui, dan neonatus, karena absorpsi sistemik dan kemungkinan toksisitas kecuali sulfur presipitatum. Universitas Sumatera Utara Setelah menggumnakan obat, cuci semua kain seprei, handuk, dan pakaian yang telah dipakai 2 hari sebelum setiap kali pemakaian. Gunakan air panas dan keringkan secara panas atau dry clean. Pendidikan untuk pasien, tekankan bahwa obat-obatan harus digunakan dengan benar untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Jelaskan bahwa rasa gatal dapat menetap karena adanya reaksi alergi yang berlangsung beberapa minggu setelah pengobatan, tetapi akhirnya akan membaik dan jelaskan tentang pentingnya pengobatan terhadap lingkungan sekitarnya Beth G, 1998.

1.9 Pencegahan Skabies

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI MUKIM PADA PONDOK PESANTREN MODERN DAN PONDOK PESANTREN SALAFI

3 27 28

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN BAHRUL MAGHFIROH MALANG

15 102 30

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN Pedikulosis kapitis PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN PPAI AN-NAHDLIYAH DESA KEPUHARJO KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

10 35 31

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

7 25 78

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA Hubungan Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

1 4 18

40 HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI

0 0 14

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYYAH MLANGI NOGOTIRTO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Skabies pada Santriwati Pondok

0 0 14