4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Data dari penelitian ini dapat memberi informasi yang tentang perilaku hidup bersih dan sehat para santri yang tinggal di pesantren dan penyakit skabies.
4.3 Bagi Riset Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai data awal, dan informasi sumber data bagi dukungan terhadap penelitian selanjutnya dalam melakukan
penelitian dengan karakteristik dan kondisi yang sama bagi para santri di
pesantren. 4.4 Bagi Pesantren
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk membuat kebijakan dalam melakukan pengelolaan pesantren agar lebih memperhatikan
fasilitas- fasilitas dan lingkungan pesantren untuk meminimalkan resiko kejadian
penyakit skabies dan juga menunjang kesehatan para santri.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Gambaran Umum Skabies 1.1 Definisi
Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk Beth, 1998 adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.
hominis dan produknya Mansjoer, 2000 dan Brooker, 2008 . Skabies merupakan penyakit infeksi kulit menular dengan manifestasi keluhan gatal pada lesi
terutama pada waktu malam hari yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis Muttaqin, 2011. Skabies disebut juga The itch, seven year itch,
Norwegian itch, gudikan, budukan, kudis, penyakit ampere, gatal agogo Harahap, 2000. Sarcoptes skabiei termasuk filum Arthropoda, ordo Ackarima,
kelas Arachnida, super famili Sarcoptes Djuanda, 2007.
1.2 Etiologi
Skabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan sarcoptes scabiei, dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita
penyakit skabies. Penyakit ini biasa menyerang semua tingkat usia Brown, 2005. Secara morfologik, Sarcoptes skabiei merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200- 240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
Universitas Sumatera Utara