Hasil Penelitian Pembahasan 1 Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian penyakit skabies pada santri perempuan di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Pengumpulan data dilakukan terhadap 145 orang responden yaitu santri perempuan dari kelas 1 sampai kelas 3 Tsanawiyah di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong, meliputi karakteristik responden, deskripsi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, deskripsi kejadian penyakit skabies, dan hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian penyakit skabies pada santri perempuan di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong.

1. 1 Data Demografi Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari umur, kelas, suku, pekerjaan orang tua dan pemberian uang saku. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 12 tahun SD=1,19. Sebagian besar responden duduk di kelas satu sebanyak 41. Mayoritas responden berlatarbelakang suku Aceh yaitu sebanyak 93. Sebagian besar pekerjaan orang tua responden sebagai petani sebanyak 49 dan pemberian uang saku responden sebagian besar perminggu Rp, 20.000 sd Rp, 50.000 sebanyak 61. Universitas Sumatera Utara Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden n = 145 Karakteristik Frekuensi Persentase Umur 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun Mean = 13,28 SD 1,19 51 36 22 36 35 25 15 25 Kelas Kelas 1 Tsanawiyah Kelas 2 Tsanawiyah Kelas 3 Tsanawiyah 59 56 30 41 38 21 Suku Aceh Jawa Gayo Batak Lain-lain 133 6 2 2 2 93 4 1 1 1 Pekerjaan Orang Tua PNSTNIPOLRI Pegawai Swasta Buruh Petani Lain-lain 16 31 9 71 18 11 22 6 49 12 Pemberian Uang Saku Perminggu Rp,20-50 ribu Perminggu Rp,50 ribu Perbulan Rp,200-300 ribu 88 35 22 61 24 15

1.2 Deskripsi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri di pesantren kategori buruk 36 dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kategori cukup 24, sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kategori baik 40. Universitas Sumatera Utara Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan kategori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Responden n = 145 PHBS Frekuensi Persentase Baik Cukup Buruk 58 35 52 40 24 36 Selanjutnya secara uraian tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel sebanyak 40 responden yang tidak pernah mandi minimal 2x dalam satu hari, 26 bergantian pakai kain basahan, 30 responden menyatakan bahwa tidak mengganti pakaian setelah mandi, 36 tidak pernah mengganti pakaian dalam setiap hari, 43 bak penampungan tidak pernah dibersihkan secara teratur, 31 tidak pernah membuka jendela kamar setiap pagi sehingga cahaya matahari tidak bisa masuk, 29 tidak pernah mencuci seprei dan sarung bantal setiap minggu, dan 35 tidak pernah membersihkan kasur dan bantal setiap minggu. Hal ini menunjukkan bahwa hidup bersih dan sehat para santri di pesantren buruk. Universitas Sumatera Utara Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Responden n = 145 Pernyataan PHBS Bentuk Perilaku SL n SR n KD n TP n Kebersihan Diri Mandi minimal 2x dalam sehari Mandi menggunakan sabun. Menggunakan kain basahan sendiri. Setelah mandi, mengeringkan badan dengan handuk. Mengganti pakaian selesai mandi. Mengganti pakaian dalam setiap hari. Setelah menggunakan handuk, menjemur handuk di panas matahari. Menggunakan mukena sendiri. Menggunakan mukena bersih. Melettakkan pakaian kotor dalam keranjang masing-masing. Mencuci kaos kaki seminggu sekali. 2819 5739 3927 5840 3121 3927 6041 8357 6947 3524 2618 128 3021 3222 4430 3625 2618 3021 4531 5639 2920 2920 473 3927 3626 1611 3423 2819 4531 1712 139 3524 4531 5840 1913 3826 2719 4430 5236 107 - 75 4632 4531 Penggunaan Air Bersih Menggunakan air bersih. Menggunakan air mengalir air kran saat wudu. Bak penampungan air di pesantren dibersihkan secara teratur. 10371 3524 1410 3423 2618 2618 86 3625 4229 - 4833 6343 Kesehatan Kamar Menyapu lantai kamar secara teratur Membuka jendela kamar setiap pagi supaya sinar matahari masuk. Tidur dikasur masing-masing. Mencuci seprei dan sarung bantal setiap minggu. Membersihkan kasur dan bantal setiap minggu. Menjemur pakaian basah diluar. 4330 2920 4128 3927 2920 4330 3021 3323 3021 3222 3524 2215 3121 3826 3121 3222 3121 3625 4229 4531 4330 4229 5035 4430 Universitas Sumatera Utara

1.3 Deskripsi Kejadian Penyakit Skabies

Dari hasil penelitian diperoleh 83 responden yang menderita skabies 57 dan 62 responden yang tidak menderita skabies 43. Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan kategori Kejadian Penyakit Skabies pada Responden n = 145 Kejadian penyakit skabies Frekuensi Persentase Tidak mengalami Mengalami 62 83 43 57 Secara rinci kejadian penyakit skabies dapat dilihat pada tabel 6. Tingkat kejadian skabies pada santri perempuan, 71 menyatakan pernah menderita gatal- gatal yang hebat pada malam hari dan 79 menyatakan pernyataan penyakit gatal-gatal yang dialami responden sering terjadi di bagian sela jari, ketiak, pinggang, alat kelamin, siku, dan dipergelangan tangan. Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kejadian Penyakit Skabies n= 145 Pernyataan Kejadian Penyakit Skabies Prevalensi Kejadian Penyakit Skabies Ya n Tidak n Menderita gatal-gatal hebat pada malam hari. 10371 4229 Gatal-gatal mengganggu belajar. 5034 9566 Setelah digaruk, kulit terasa panas 6847 7753 Kulit yang gatal akan menimbulkan luka jika digaruk. 6948 7652 Universitas Sumatera Utara Tabel 6 Lanjutan Pernyataan Kejadian Penyakit Skabies Prevalensi Kejadian Penyakit Skabies Ya n Tidak n Ketika menderita penyakit gatal-gatal, langsung melakukan pengobatan. 8961 5639 Gambaran dari gatal-gatal yang terjadi dikulit berbentuk memanjang atau berkelok-kelok. 9968 4632 Gatal-gatal sering terjadi di sela jari, ketiak, pinggang, alat kelamin, siku dan dipergelangan tangan. 11479 3121 Kulit gatal-gatal, saat tidur berhimpitan 8961 56 39 Musim hujan, kulit juga gatal. 40 28 105

1.4 Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies

Berdasarkan uji statistik menggunakan spearman correlation memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,628 dengan nilai p value pada kolom sig2-tailed sebesar 0,000 yaitu terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diteliti lihat tabel 7. Tabel 7 Hasil uji statistik spearman correlation PHBS dengan kejadian penyakit skabies N=145. Korelasi pearson R Nilai p PHBS Kejadian penyakit skabies 0,628 0,000 Universitas Sumatera Utara 2. Pembahasan 2.1 Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies Berdasarkan hasil uji statistik antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian penyakit skabies menggunakan uji spearman correlation memperlihatkan koefisien korelasi sebesar 0,628 dengan nilai p-value pada kolom sig2-tailed sebesar 0,000. Nilai p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant α sebesar 0,05 yang berarti hipotesa alternatif diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji yaitu antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian penyakit skabies. Angka korelasi yang dihasilkan yaitu 0,628, artinya korelasi antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies adalah terdapat hubungan yang kuat antara dua variabel dengan arah korelasinya positif. Menurut data DinKes 2010 dalam Khumayra 2012 Perilaku Hidup Sehat dan Bersih adalah budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatan baik fisik, mental maupun sosial. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan yang bersih. Secara konsep teori perilaku, dari pengetahuan akan berubah menjadi sikap dan sikap menjadi tindakan. Konsep teori perilaku, dari pengetahuan akan merubah menjadi sikap dan sikap menjadi tindakan Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara Menurut hasil penelitian, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri dengan kategori baik 40 dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kategori cukup 24, sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri dengan kategori buruk 36. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ma’rufi 2005 menyatakan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri di pesantren buruk, hal ini berkaitan dengan perilaku kebersihan diri santri yang buruk, sosial ekonomi yang rendah dan kepadatan hunian dalam kamar. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada santri sebagaian besar buruk, hal ini dipengaruhi oleh usia responden yang masih muda yaitu rata-rata berusia 12 tahun SD=1,19, dan sebagian besar santri duduk di kelas satu sebanyak 41. Hal ini berpengaruh karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan responden tentang penyakit skabies. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit skabies menyebabkan cepatnya penularan skabies yang terjadi dalam lingkungan pesantren. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muzakir 2008 dalam Werner dan Bower 1986, WHO 1992 menyatakan bahwa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya penyakit skabies antara lain karena motivasi, pengetahuan, kurangnya informasi, pengalaman, guru dan media massa. Menurut Wawan, A 2010 dalam penelitian Khumayra 2012 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang diterima. Pengetahuan tersebut merupakan awal terbentuknya sikap yang akan membentuk perilaku atau tidakan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan Universitas Sumatera Utara mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Individu yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan lebih mampu mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagian besar responden dengan pekerjaan orang tua sebagai petani sebanyak 49 dan pemberian uang saku sebagian besar perminggu Rp, 20.000-50.000 sebanyak 61. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ardhana. P 2011 yang menyatakan bahwa skabies disebabkan karena faktor sosial ekonomi dan hygiene yang buruk. Penyakit skabies banyak ditemukan di tempat seperti di asrama, panti asuhan dan tempat dengan hunian yang padat. Dari penelitian ini sebagian besar responden menyatakan tidak mandi minimal 2x dalam sehari sebanyak 58 responden 40. Hal ini sesuai dengan teori oleh Iskandar 2000 dalam penelitian Muslih 2011 bahwa mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dan menggunakan sabun merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan diri terutama kebersihan kulit, karena kulit merupakan pintu masuknya kutu sarkoptes scabie sehingga menimbulkan terowongan dengan garis keabu-abuan. Bila kulit bersih dan terpelihara maka bisa menekan dalam penularan penyakit skabies. Sedangkan pernyataan lain dari responden tentang kebersihan diri, tidak mengganti pakaian dalam dalam setiap hari sebanyak 36. Menurut penelitian Afraniza 2011 santri yang tidak menjaga kebersihan pakaiannya dengan baik mempunyai resiko 2,9 kali untuk menderita skabies disbanding dengan santri yang menjaga kebersihan pakaiannya dengan baik. Menjaga kebersihan pakaian dengan baik, dapat menurunkan resiko santri untuk terkena penyakit skabies. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pakaian berperan dalam Universitas Sumatera Utara transmisi tungau skabies melalui kontak tak langsung sehingga mempengaruhi kejadian skabies. Secara teori yang disebutkan oleh Wolf 2000 dalam penelitian Muslih 2011 di Pondok Pesantren Cipasung Kabupaten Tasikmalaya bahwa kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit skabies. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan cara mengganti pakaian setelah mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih dengan sabundetergen, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. Menurut hasil penelitian, mayoritas responden menyatakan tidak pernah membersihkan bak penampungan air secara teratur sebanyak 43. Penelitian Ma’rufi 2005 menyatakan bahwa penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi yang berperan terhadap penularan penyakit skabies pada para santri Ponpes, karena penyakit skabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih water washed disease yang dipergunakan untuk membasuh badan dan angota tubuh lainnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden tidak pernah membersihkan kasur dan bantal setiap minggu sebanyak 35. Berdasarkan penelitian Muslih 2011 adanya hubungan antara menjemur kasur dengan kejadian skabies. Diperoleh bahwa responden yang tidak menjemur kasur, proporsi menderita skabies 55 sedangkan pada responden yang menjemur kasur, proporsi menderita skabies 28. Kasur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penularan skabies secara tak langsung. Agar kasur tetap bersih dan Universitas Sumatera Utara terhindar dari kuman penyakit maka menjemur kasur sangat perlu karena tanpa disadari kasur bisa juga menjadi lembab hal ini dikarenakan seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah-ubah. Sedangkan sebanyak 29 responden tidak pernah mencuci seprei dan sarung bantal setiap minggu, ini berpengaruh terhadap kejadian skabies. Hal ini ditegaskan oleh Wendel dan Rompalo 2002 dalam penelitian Wardhana 2006 bahwa seprei penderita skabies harus dicuci maksimal tiga kali sehari dan semua benda-benda bantal, guling dan selimut dimasukkan dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering dan dijemur dibawah panas matahari sambil dibolak-balik minimal 20 menit sekali. Kebersihan adalah kunci untuk memutuskan mata rantai penularan skabies. Berdasarkan penelitian Ma’rufi 2005 di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan, kepadatan hunian dalam kamar juga berpengaruh terhadap terjadinya penyakit skabies. Kepadatan hunian juga merupakan syarat mutlak untuk kesehatan kamar tidur karena dengan kepadatan hunian yang tinggi memudahkan penularan penyakit skabies secara kontak dari satu santri kepada santri lainnya. Kelembaban ruangan kamar santri. Nampak kurang memadai karena buruknya ventilasi, sanitasi karena berbagai barang dan baju, handuk, sarung tidak tertata rapi dan kepadatan hunian diruangan ikut berperan dalam penularan penyakit skabies. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden 31 tidak pernah membuka jendela kamar setiap pagi sehingga cahaya matahari tidak bisa masuk, ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit skabies. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan bahwa suhu dalam ruangan kamar juga harus diperhatikan, Universitas Sumatera Utara suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18-20 C. Suhu ruangan ini sangat di pengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara dan suhu benda-benda yang ada disekitarnya. Kamar juga harus cukup mendapatkan penerangan yang baik pada siang hari maupun malam hari. Idealnya penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap kamar diupayakan mendapat sinar matahari terutama di pagi hari. Apabila kamar tidak memenuhi pencahayaan yang baik akan memudahkan terjadinya penularan penyakit diantara penghuninya khususnya penyakit kulit skabies. Pertukaran udara ventilasi udara juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan kamar. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar cukup mengandung oksigen. Dengan demikaian setiap ruangan harus memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang lebih 15 dari luas lantai. Susunan kamar juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka Chandra, 2006. Berdasarkan hasil penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku kebersihan santri buruk sehingga berpengaruh pada kesehatan kulit santri. Sebagian besar santri mengeluh gejala- gejala penyakit skabies. Skabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan sarcoptes scabiei, dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit skabies. Penyakit ini bisa menyerang semua tingkat usia Brown, 2005. Menurut hasil penelitian 71 menyatakan pernah menderita gatal-gatal yang hebat pada malam hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muttaqin 2011 yang Universitas Sumatera Utara menunjukkn bahwa Skabies merupakan penyakit infeksi kulit menular dengan manifestasi keluhan gatal pada lesi terutama pada waktu malam hari yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis. 79 responden menyatakan pernyataan penyakit gatal-gatal yang dialami responden sering terjadi di bagian sela jari, ketiak, pinggang, alat kelamin, siku, dan dipergelangan tangan, hal ini sesuai dengan pernyataan Masjoer 2000, bahwa tempat predileksi skabies biasanya terdapat di daerah dengan stratum kornium tipis, yaitu sela- sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna dan perut bagian bawah. Menurut hasil penelitian tersebut didapatkan 57 responden mengalami skabies dan 43 tidak mengalami skabies. Penyakit skabies ditularkan melalui kontak langsung maupun tak langsung. Penularan melalui kontak langsung kulit dengan kulit merupakan penularan skabies melalui kontak langsung seperti berjabat tangan dan tidur bersama Sedangkan penularan tak langsung melalui benda, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk Brown, 1999.Penyakit skabies erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relatif sempit Benneth, 1997. Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan. Faktor lainnya adalah fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk Meyer, 2000. Universitas Sumatera Utara Menurut Wolf 2000 dalam Frenki 2001, kebersihan merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan agar selalu hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan cara mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan menggunakan sabun, bagian wajah dan telinga serta genitalia juga harus bersih. Sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar dan buang air kecil tangan harus dicuci, kuku digunting pendek dan bersih agar tidak melukai dan tidak menjadi sumber infeksi dan menggunakan pakaian yang bersih setelah mandi. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 145 responden di peroleh hasil penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat para santri di pesantren kategori buruk 36 dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kategori cukup 24, sedangkan perilaku hidup bersih dan sehat kategori baik 40. Dan 57 responden yang menderita skabies dan 43 responden yang tidak menderita skabies. Beradasarkan hasil uji statistik menggunakan uji spearman correlation antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian penyakit skabies didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,628 dengan nilai p-value pada kolom sig2-tailed sebesar 0,000. Nilai p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant α sebesar 0,05 yang berarti hipotesa alternatif diterima yaitu ada hubungan yang kuat antara dua variabel yang di uji yaitu antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian penyakit skabies. 2. Rekomendasi 2.1 Rekomendasi bagi Santri Peneliti merekomendasikan santri untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk mencegah meningkatnya kejadian penyakit skabies selama santri tinggal di pesantren. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI MUKIM PADA PONDOK PESANTREN MODERN DAN PONDOK PESANTREN SALAFI

3 27 28

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI MUKIM DI PONDOK PESANTREN BAHRUL MAGHFIROH MALANG

15 102 30

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN Pedikulosis kapitis PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN PPAI AN-NAHDLIYAH DESA KEPUHARJO KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

10 35 31

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SANTRI TENTANG PHBS DAN PERAN USTADZ DALAM MENCEGAH PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES (Studi pada Santri di Pondok Pesantren Al-Falah Kecamatan Silo Kabupaten Jember)

7 25 78

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA Hubungan Status Gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

1 4 18

40 HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI

0 0 14

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYYAH MLANGI NOGOTIRTO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Skabies pada Santriwati Pondok

0 0 14