reaktan. Yield tertinggi sebesar 99 diperoleh setelah 50 jam waktu reaksi, kecepatan pengadukan 150 rpm, dan perbandingan molar rasio 1:3 [20].
Biodiesel fatty acid methyl ester telah diproduksi secara komersial melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan metanol menggunakan katalis alkali.
Tetapi katalis alkali ini mempunyai beberapa kelemahan, seperti terjadinya reaksi pembentukan sabun akibat bereaksinya katalis logam alkali dengan asam lemak
bebas. Selain itu katalis yang bercampur homogen juga mengakibatkan kesulitan dalam pemurnian produk. Proses pemurnian produk yang cukup sulit inilah yang
pada akhirnya mengakibatkan harga biodiesel menjadi cukup mahal [4]. Oleh karena itu, penggunaan metil asetat sebagai katalis untuk sintesis biodiesel
memiliki prospek yang menguntungkan karena dapat memperbaiki kelemahan katalis alkali yaitu tidak bercampur homogen sehingga pemisahannya mudah dan
mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa adanya reaksi samping yang tidak diinginkan [24].
Sintesis biodiesel melalui rute non alkohol ini termasuk ke dalam reaksi interesterifikasi, interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugus
antara dua buah ester, dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis [24].
2.3 REAKSI INTERESTERIFIKASI
Proses interesterifikasi ada dua macam yaitu interesterifikasi kimia dan interesterifikasi enzimatik. Sebagai substrat dalam proses interesterifikasi adalah
campuran minyak dan lemak dengan perbandingan tertentu. Proses interesterifikasi kimia tidak menghasilkan asam lemak trans dan sampai sekarang
masih tetap dipergunakan untuk proses industri. Proses reaksi selama interesterifikasi kimia berlangsung secara random atau acak dalam penyusunan
posisi asam lemak dalam trigrliserida, sehingga hasil interesterifikasi ini harus dilakukan pengendalian yang ketat yaitu dengan melakukan pengontrolan secara
fisik dan waktu reaksi relatif singkat. Secara umum proses interesterifikasi kimia berlangsung dengan tiga macam
reaksi sekaligus yaitu: 1 Alkoholisis, 2 Acidolisis, 3 Transesterifikasi. Proses interesterifikasi kimia tidak begitu ramah lingkungan apabila dibandingkan
8
Universitas Sumatera Utara
dengan interesterifikasi enzim, karena mempunyai limbah kimia yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik.
Selain proses Interesterifikasi kimia yang sudah lama berkembang maka kemudian dikembangkan teknologi dengan memakai enzim yang disebut proses
interesterifikasi enzimatik. Interesterifikasi enzimatik ini mempunyai reaksi yang sangat spesifik dan stabil dalam suhu 55
o
C-75
o
C. Sistem proses interesterifikasi enzimatik dapat dilakukan dengan sistem batch dan sistem continue. Enzim dapat
digunakan secara berulang-ulang hingga 10-20 kali [2].
Gambar 2.2 Reaksi Interesterifikasi dengan Metil Asetat Rute reaksi non-alkohol bisa dilakukan dengan cara mengganti alkohol
dengan alkil asetat yang sama-sama berfungsi sebagai pensuplai alkil. Reaksi trigliserida dari minyak sawit dengan alkil asetat akan menghasilkan biodiesel [4].
2.4 BIOKATALIS
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis. Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis biokatalisator yang digunakan
sebagai alternatif katalis anorganik. Katalis biologis dapat dibagi dalam dua jenis yaitu yang berasal dari mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan khamir serta
sejumlah enzim. Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata. Sifat spesifisitas enzim berbeda satu sama lain sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi
atau jenis produk yang diharapkan. Enzim juga dapat bekerja pada kondisi yang ramah mild, sehingga lebih efisien karena dapat menekan konsumsi energi
proses tekanan dan temperatur tinggi. Katalis enzim juga meminimalisir terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses.
9
Universitas Sumatera Utara
Saat ini enzim sebagai biokatalis telah banyak diaplikasikan secara komersial untuk proses-proses industri, antara lain dalam industri pangan, medis,
kimia dan farmasi. Pada tahun 2000, penjualan enzim merupakan peringkat yang tinggi dalam bidang bioteknologi dan diperkirakan mencapai US 1,6 milyar [5].
Sejalan dengan perkembangan bioteknologi industri telah memacu perkembangan rekayasa enzim dalam pemanfaatan enzim pada skala industri.
Penggunaan enzim secara konvensional kurang menguntungkan dan tidak efisien karena setiap pemakaian ataupun analisis harus menggunakan enzim yang baru.
Untuk mengatasi kelemahan ini dikembangkan rekayasa enzim dengan teknik imobilisasi. Salah satu matriks digunakan adalah natrium alginat. Bila natrium
alginat direaksikan dengan larutan kalsium klorida akan terbentuk gel. Dalam gel ini enzim akan terjerat di antara ikatan polimer kalsium alginate [16].
2.5 ENZIM LIPASE