3.5.3  Analisis  Kadar Free  Fatty  Acid  FFA  Bahan  Baku  CPO  dengan
Metode Tes AOCS Official Method Ca 5a-40
Gambar 3.3 Flowchart Analisis Kadar Free Fatty Acid FFA Bahan Baku CPO Mulai
Bahan baku CPO sebanyak 7,05 ± 0,05 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan etanol 95 sebanyak 75 ml Campuran dikocok kuat kemudian
ditambahkan indikator fenolftalein 3-5 tetes Campuran dititrasi dengan NaOH 0,25 N
Apakah larutan berwarna merah rosa?
Ya Tidak
Kadar FFA dihitung
Selesai
24
Universitas Sumatera Utara
3.5.4  Analisis  Viskositas  Biodiesel  yang  Dihasilkan  dengan  Metode  Tes ASTM D 445
Gambar 3.4 Flowchart Analisis Viskositas Biodiesel yang Dihasilkan
Mulai Viskosimeter dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta viskosimeter
Sampel berupa biodiesel dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam viskosimeter Sampel dihisap dengan karet penghisap hingga
melewati batas atas viskosimeter
Waktu alir sampel dicatat dari batas atas hingga batas bawah
Selesai Sampel dibiarkan mengalir ke bawah sampai
batas bawah viskosimeter
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali Viskositas sampel dihitung
25
Universitas Sumatera Utara
3.5.5  Analisis  Densitas  Biodiesel  yang  Dihasilkan  dengan  Metode  Tes OECD 109
Gambar 3.5 Flowchart Analisis Densitas Biodiesel yang Dihasilkan
Mulai Piknometer dikalibrasi dengan air untuk mengetahui volume piknometer
Piknometer diisi dengan hasil sintesis biodiesel Massanya ditimbang
Densitas sampel percobaan dihitung Selesai
26
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS BAHAN BAKU CRUDE PALM OIL CPO
Penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan  bahan  baku  berupa  Crude Palm Oil
CPO yang telah di degumming. Degumming adalah proses pemisahan gum, yaitu proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein,
residu, karbohidrat, air dan resin [30]. CPO  crude  palm  oil  merupakan  minyak  kasar  yang  diperoleh  dengan
cara ekstraksi daging buah sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. Pengotor yang dikenal dengan sebutan gum atau
getah ini terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat dan resin, asam lemak bebas ALB, tokoferol, pigmen dan senyawa lainnya [31].
Adanya  pengotor  pada  minyak  terutama  getah  gum  mampu  menyumbat  pori- pori dan sisi aktif enzim sehingga mengurangi kinerja dari enzim lipase sendiri.
Berikut  adalah  perbandingan  kadar  ALB  pada  CPO  sebelum  dan  setelah proses degumming seperti yang terlihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Analisis Kadar ALB Terhadap CPO Sebelum Dan Sesudah Degumming
1 2
3 4
5
Sebelum Degumming
Setelah Degumming
K ad
ar AL
B
Sebelum Degumming Setelah Degumming
27
Universitas Sumatera Utara
Dari  gambar  4.1  dapat  dilihat  bahwa  terjadi  penurunan  ALB  dari  CPO setelah  di  degumming  sebesar  14,33  .  Penurunan  kadar  ALB  ini  berarti  juga
meningkatkan kinerja enzim karena berkurangnya kadar dan jumlah zat pengotor berupa  getah  gum  yang  berpotensi  menghambat  pori-pori  dan  sisi  aktif  enzim
berkurang.  Sebelumnya  juga  telah  dilakukan  penelitian  pendahuluan menggunakan  bahan  baku  CPO  tanpa  degumming  dan  diperoleh  yield  biodiesel
sebesar 16,05 , dimana perolehan yield ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan  bahan  baku  CPO  yang  telah  di-degumming.  Berdasarkan  hal
tersebut  maka  proses  degumming  mutlak  harus  dilakukan  sebagai  pretreatment dalam penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel secara enzimatis.
Berdasarkan  hal  tersebut  maka  proses  degumming  mutlak  harus  dilakukan sebagai pretreatment dalam penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel secara
enzimatis. Berikut  adalah  gambar  hasil  analisis  dengan  menggunakan  GC  Gas
Chromatography untuk  mengetahui  komposisi  asam-asam  lemak  yang
terkandung di dalamnya.
Gambar 4.2 Hasil Analisis GC Komposisi Asam Lemak CPO
28
Universitas Sumatera Utara
Dari  kromatogram  pada  gambar  4.2,  komposisi  asam  lemak  CPO  tersebut disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari CPO Crude Palm Oil No. Puncak
Retention Time menit
Komponen Penyusun Komposisi
bb 1
13,336 Asam Laurat C
12:0
0,0490 2
16,301 Asam Miristat C
14:0
0,5053 3
18,952 Asam Palmitat C
16:0
35,0279 4
19,255 Asam Palmitoleat C
16:1
0,2391 5
21,218 Asam Stearat C
18:0
3,6350 6
21,545 Asam Oleat C
18:1
50,0330 7
22,043 Asam Linoleat C
18:2
9,7705 8
22,749 Asam Linolenat C
18:3
0,3125 9
23,418 Asam Arakidat C
20:0
0,3181 10
23,783 Asam Eikosenoat C
20:1
0,1095 Berdasarkan  data  komposisi  asam  lemak  dari  CPO  maka  dapat  ditentukan
bahwa  berat  molekul  CPO  dalam  bentuk  trigliserida  adalah  855,03707  grmol sedangkan berat molekul FFA CPO adalah 272,298078 grmol. Berdasarkan hasil
analisis GC, komponen asam lemak yang dominan pada sampel CPO adalah pada puncak 6 yaitu asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat sebesar 50,0330 bb
dan  pada  puncak  3  yaitu  asam  lemak  jenuh  berupa  asam  palmitat  sebesar 35,0279  bb.  Knothe,  2005  menyarankan  minyak  dengan  kandungan  asam
oleat  C18:1  terbesar  adalah  minyak  yang  paling  cocok  untuk  memproduksi biodiesel [32].
Penggunaan  metil  asetat  interesterifikasi  sebagai  aseptor  asil  dalam esterifikasi  minyak  sawit  lebih  baik  dari  pada  penggunaan  etanol
transesterifikasi.  Ini  dapat  dilihat  dari  konversi  yield  biodiesel  yang  diperoleh. Souza et al., 2012 telah  melakukan penelitian dengan minyak kedelai dan enzim
Lipozyme  sebesar  5  serta  waktu  reaksi  4  jam  namun  hanya  memperoleh  yield sebesar 29 [14] dibandingkan dengan penelitian ini yang menggunakan minyak
sawit diperoleh konversi yield terbesar yaitu 68,143.
29
Universitas Sumatera Utara
Pada minyak dan lemak nabati, asam lemak jenuh kebanyakan terdapat pada posisi luar sn-1 dan sn-3 dan asam lemak tak jenuh pada bagian dalam sn-2 [33].
Gambar 4.3 Reaksi Interesterifikasi Triasilgliserol Menggunakan Lipase Spesifik sn-1,3 A,B,C,X = Asam Lemak  Gugus Asil [34]
Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada CPO disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Komposisi Asam Lemak pada CPO Komposisi
Persentasi Asam Lemak Jenuh
39,2172 Asam Lemak Tidak Jenuh
60,7827 FFA
3,814 Dalam  penelitian  ini  digunakan  enzim  lipase  terimobilisasi    yang
menggunakan  support  dari  resin  penukar  ion  berpori  Lipozyme  RM  IM. Lipozyme
RM  IM  merupakan  biokatalisator  dengan  spesifitas  sn-1,3  mampu melepaskan  asam  lemak  dari  posisi  1  dan  3  dari  gliserida  [15].  Dengan
menggunakan  lipase  spesifik  sn-1,3  pada  reaksi  interesterifikasi,  pertukaran separuh  dari  gugus  asil  hanya  berfokus  pada  posisi  sn-1  dan  sn-3,  dapat
meningkatkan  produk  dengan  karakteristik  yang  tidak  dapat  diperoleh  dari interesterifikasi secara kimia [35].
Berdasarkan komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam CPO maka dimungkinkan  paling  sedikit  39,2172  asam  lemak  akan  terkonversi  menjadi
ester dengan menggunakan Lipozyme. Tetapi karena asam lemak pada CPO yang lebih dominan adalah asam lemak tak jenuh yaitu sekitar 60,7827  dengan posisi
sn-2  maka  penggunaan  enzim  yang  non  spesifik  seperti  Novozym  435 memungkinkan untuk memberikan hasil yang lebih baik.
30
Universitas Sumatera Utara
4.2 ANALISIS PENGARUH VARIABEL PERCOBAAN
Pengaruh  variabel  percobaan  yang  digunakan  kemudian  diolah  secara statistik menggunakan software Minitab dan disajikan pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Perkiraan Parameter Model Persamaan Statistik
Term Coef
SE Coef T
P
Constant 22,727
2,102 10,813
0,000 Jumlah Biokatalis X
1
10,679 1,395
7,658 0,000
Rasio Mol Reaktan X
2
6,254 1,395
4,485 0,001
Temperatur X
3
1,713 1,395
1,228 0,248
X
1
X
1
8,912 1,358
6,565 0,000
X
2
X
2
3,148 1,358
2,319 0,043
X
3
X
3
6,852 1,358
5,047 0,001
X
1
X
2
1,240 1,822
0,681 0,512
X
1
X
3
-5,678 1,822
-3,116 0,011
X
2
X
3
-1,965 1,822
-1,079 0,306
S = 5.153        R-Sq = 94.0        R-Sqadj = 88.5 Berdasarkan  hasil  analisis  statistik  pada  tabel  4.3  di  atas,  dapat  dilihat
bahwa  rasio  jumlah  biokatalis  memberikan  pengaruh  yang  signifikan  sebesar 10,679 kali terhadap pembentukan produk biodiesel. Diikuti dengan variabel rasio
mol  reaktan  sebesar  6,254  kali  terhadap  pembentukan  produk  biodiesel  dan temperatur  memberikan  pengaruh  sebesar  1,713  kali.  Begitu  pula  interaksi
temperatur  dengan  jumlah  biokatalis  dan  rasio  mol  reaktan  yang  memberikan pengaruh negatif.
Nilai  R
2
sebesar  0,94  menunjukkan  validitas  untuk  variabel  terikat. Dengan perolehan nilai R
2
sebesar 0,94 menunjukkan bahwa variabel berpengaruh secara signifikan.
Dengan  menggunakan  analisis  metode  respon  permukaan  dengan  level terkode, diperoleh hubungan yield dengan ketiga variabel yaitu sebagai berikut:
Y= 22,727 + 10,679 X
1
+6,254 X
2
+ 1,713 X
3
+ 8,912 X
1 2
+ 3,148 X
2 2
+ 6,852 X
3 2
+ 1,240 X
1
X
2
– 5,678 X
1
X
3
–1,965 X
2
X
3
4.1
Model  orde-2  yang  mewakili  permukaan  respon  dipilih  berdasarkan kondisi yang paling berpengaruh pada proses interesterifikasi secara enzimatis.
31
Universitas Sumatera Utara
4.2.1  Pengaruh  Interaksi  Variabel  Jumlah  Biokatalis  dengan  Rasio  Mol Reaktan
Pengaruh  interaksi  variabel  jumlah  biokatalis  dengan  rasio  mol  reaktan ditunjukkan oleh plot kontur gambar 4.4 berikut:
Jumlah Biokatalis R
a s
io M
o l
R e
a k
ta n
70
60 50
40
40 30
20 30
25 20
15 10
9 8
7 6
5 4
3
Hold Values Temperatur
50 y ield
30 -   40 40 -   50
50 -   60 60 -   70
70 -   80
80 20
20 -   30
Gambar 4.4 Kontur Yield Biodiesel untuk Jumlah Biokatalis vs Rasio Mol Reaktan
Gambar  4.4  menunjukkan  bahwa  peningkatan  jumlah  biokatalis  lebih menunjukkan  pengaruh  signifikan  terhadap  konversi  yield  dibandingkan  dengan
rasio  mol  reaktan  dengan  temperatur  konstan  pada  50
o
C.  Dari  plot  kontur  yang diperoleh dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya jumlah biokatalis maka dapat
meningkatkan yield secara signifikan. Zhong, et al., 2013 mengatakan bahwa jumlah enzim merupakan variabel
penting  operasi  untuk  mencapai  reaksi  yang  lebih  cepat  dan  efisien.  Namun, peningkatan  jumlah  lipase  tidak  menghasilkan  konversi  yang  lebih  tinggi  [36].
Sedangkan  Martins,  et  al.,  2011  mengatakan  bahwa  pada  reaksi  yang  dikatalisis oleh  enzim  terimobilisasi,  dimana  enzim-enzim  tidak  dapat  berinteraksi,
peningkatan  jumlah  enzim  hingga  batas  tertentu  mampu  mempengaruhi  secara positif kecepatan reaksi.
32
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa konversi yield terbesar 80 dapat diperoleh  dengan  memperbesar  jumlah  biokatalis  lebih  besar  dari  29  dan  rasio
mol  reaktan  lebih  besar  dari  8,5.  Berdasarkan  analisis  statistik  metode  respon permukaan  pada  tabel  4.3  yang  menyatakan  bahwa  interaksi  antara  jumlah
biokatalis  dan  rasio  mol  reaktan  mampu  memberikan  hasil  yang  positif  sebesar 1,240.  Jika  jumlah  biokatalis  dan  rasio  mol  reaktan  diperkecil,  maka  konversi
yield yang diperoleh juga semakin kecil. Semakin  besar  jumlah  rasio  mol  reaktan  akan  meningkatkan  jumlah
substrat, sedangkan semakin banyak jumlah biokatalis akan meningkatkan jumlah sisi  aktif  dari  enzim.  Dengan  meningkatnya  dua  variabel  tersebut  mampu
memperbesar konversi  yield. Hal ini dikarenakan akan semakin banyak interaksi antara  sisi  aktif  dari  enzim  yang  dapat  berkontak  langsung  dengan  substrat  yang
tersedia.  Dari  penelitian  ini  dapat  disimpulkan  bahwa  interaksi  antara  jumlah biokatalis dan rasio mol reaktan pada batas tertentu mampu memberikan pengaruh
terhadap perolehan yield 80.
4.2.2   Pengaruh Interaksi Variabel Rasio Mol Reaktan dengan Temperatur