F. Software yang digunakan
1. Microsoft Excel adalah program yang diproduksi oleh Microsoft digunakan untuk tabulasi skor subjek yang diperoleh dari hasil tes kepribadian BFI.
2. Program SPSS digunakan untuk analisis DIF, yaitu program IBM SPSS statistic versi 20.0 adalah program yang diproduksi oleh SPPS, Inc. digunakan
untuk analisis reliabilitas dan analisis DIF.
G. Analisis DIF
Metode yang digunakan untuk mendeteksi DIF adalah regresi logistik, khususnya regresi logistik ordinal. Sebelum melakukan analisis DIF, terlebih
dahulu dilakukan analisis reliabilitas.
1. Reliabilitas
Prosedur pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian terhadap reliabilitas skor komposit. Menurut Azwar 2010, skor
komposit gabungan merupakan skor yang diperoleh dari bagian skala, yaitu skor dari masing-masing komponen ataupun subskalanya. Jadi setiap
komponen memberikan bobot tersendiri terhadap skala yang mungkin besarnya tidak sama. Mosier 1943 dalam Azwar 2010 mengusulkan formula
yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas skor skala, yaitu:
...…………………… 2 Simbol w artinya bobot relatif komponen, dan s berarti standar deviasi,
sedangkan untuk huruf “j” dan “k” merupakan komponen yang berkaitan, dan untuk simbol r
jk
adalah korelasi antar komponen “j” dan “k”. r
xx’
= 1 - ∑ ∑w
j 2
s
j 2
- ∑ w
j 2
s
j 2
∑ w
j 2
s
j 2
+ 2 ∑ w
j
w
k
s
j
s
k
r
jk
Universitas Sumatera Utara
2. Regresi Logistik
Swaminathan Rogers 1990 dalam Jodoin Gierl, 1999 menggunakan prosedur Regresi Logistik untuk mendeteksi DIF. Regresi Logistik ini
digunakan karena mereka yakin bahwa sangat penting untuk mengidentifikasi DIF uniform dan non-uniform. Regresi logistik merupakan metode pendekatan
yang didesain secara khusus untuk mendeteksi DIF uniform dan non-uniform. Model regresi logistik tersebut juga telah diuji dengan membandingkan
metode ini terhadap Mantel-Haenszel MH. Analisis regresi logistik juga dapat melihat effect-size sehingga dapat
mengidentifikasi apakah DIF yang terkandung termasuk dalam jenis DIF uniform atau non-uniform Zumbo, 1999. Zumbo Thomas 1996 dalam
Jodoin Gierl, 1999 mengusulkan ∆R
2
, yaitu sebuah bobot minimal kuadrat pengukuran effect-size untuk prosedur regresi logistik mengidentifikasi DIF,
yang dapat digunakan untuk mengkategorikan besarnya DIF aitem uniform dan non-uniform. Cohen 1992 dalam Jodoin Gierl, 1999 mengkategorikan
petunjuk effect-size menjadi tiga, yaitu kecil small, sedang moderate, dan besar large.
Berdasarkan ketentuan Cohen 1992, maka Zumbo Thomas 1996 dalam Jodoin Gierl, 1999 mengklasifikasikan
∆R
2
menjadi tiga, yaitu kategori negligible tidak berarti dengan
∆R
2
0,13, moderate sedang dengan 0,13
∆R
2
0,26, dan large besar dengan ∆R
2
0,26 Jodoin Gierl, 1999. Dengan kata lain, nilai R
2
Zumbo-Thomas effect size pada aitem
Universitas Sumatera Utara
sebesar ≥ 0,130 untuk kemudian dikatakan memiliki kriteria effect-size
Zumbo, 1999. Tiga kelebihan menggunakan regresi logistik dibandingkan dengan Mantel
Haenszel, yaitu Zumbo, 1999: 1. Tidak memerlukan variabel kriteria secara terus menerus
2. Dapat menentukan DIF uniform dan non-uniform 3. Dapat menggeneralisasikan metode regresi logisitk bineri untuk
penggunaan skor aitem ordinal Analisis yang digunakan untuk menganalisis DIF dalam penelitian ini
adalah adalah menggunakan regresi logistik, yaitu metode regresi logistik ordinal. Yang ingin dilihat melalui regresi logistik adalah skor Big Five yang
ada pada BFI, yaitu untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh budaya terhadap respon yang diberikan oleh subjek pada aitem Big Five. Analisis
regresi logistik ini digunakan karena data yang ada dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya mengandung data ordinal, yaitu skor Big Five, dan variabel
tergantungnya mengandung data nominal, yaitu etnis Batak Toba dan etnis Jawa.
3. Regresi Logistik Ordinal