DIF Etnis pada Big Five Inventory

selalu tampil dalam wayang. Oleh karena itu, dunia wayang adalah dunia manusia Jawa, dan orang jawa selalu mengidentikkan dirinya dengan wayang Endraswara, 2010. Disamping watak baik, terdapat juga watak jelek. Kedua watak ini selalu berlawanan dan tarik-menarik yang sering ditunjukkan dalam wayang. Hal ini merupakan simbol kepribadian orang Jawa yang melukiskan sifat kemunafikan antara bibir dan hati, dan antara kata dan perbuatan. Selain itu, hati teguh adalah keprbadian Jawa yang luhur Endraswara, 2010.

D. DIF Etnis pada Big Five Inventory

Penelitian mengenai DIF mencakup dua kelompok yang diuji, yaitu Kelompok Referensi Reference Group dan Kelompok Fokal Focal Group. Bagaimanapun, terdapat banyak kelompok Referensi dan Fokal, dan seorang individu mungkin terlibat pada satu atau lebih. Contohnya, wanita kulit putih mungkin termasuk kedalam kelompok referensi untuk satu analisis dan masuk kedalam kelompok fokal untuk hal yang lain Camilli Shepard, 1994. Dalam penelitian ini, pengelompokan kedua etnis tersebut menjadi kelompok Referensi atau kelompok Fokal ditentukan berdasarkan masing-masing faktor yang ada dalam Big Five Inventory, antara lain: Tabel 3. Pengelompokan Etnis ke dalam kelompok Referensi dan Fokal FaktorKelompok Referensi Fokal Openness Batak Toba Jawa Extraversion Batak Toba Jawa Agreeableness Jawa Batak Toba Conscientiousness Jawa Batak Toba Neuroticism Batak Toba Jawa Universitas Sumatera Utara Pengelompokan ini didasarkan pada kepribadian dari kedua etnis, yaitu etnis Batak yang sangat menghargai keterbukaan, sadar diri dan sangat desentralisasi dan menanamkan kepribadian yang mandiri, maka dipandang sebagai kelompok Referensi pada faktor Openness, Extraversion, dan Neuroticism yang memiliki kecenderungan menyetujui aitem pernyataan mendukung favorable yang ada pada ketiga faktor tersebut, dan menjadi kelompok Fokal pada faktor Agreeableness dan Conscientiousness. Hal in didukung oleh penelitian Sianipar 2008, yaitu mengenai gambaran kepribadian suku Batak Toba di Pematangsiantar dengan menggunakan Big Five Inventory BFI, menunjukkan bahwa dimensi Neuroticism adalah dimensi yang yang paling dominan pada suku Batak Toba, kemudian diikuti oleh dimensi extraversion dan openness, sedangkan dimensi yang kurang dominan adalah agreeableness dan conscientiousness. Sedangkan etnis Jawa sebagai suku bangsa yang halus dan sopan, dan mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang, maka dipandang menjadi kelompok Referensi pada faktor Agreeableness dan Conscientiousness yang memiliki kecenderungan untuk menyetujui aitem pernyataan mendukung favorable yang ada pada kedua faktor tersebut, dan menjadi kelompok Fokal pada faktor Openness, Extraversion, dan Neuroticism. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu data-data numerik angka yang diolah dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan aitem. Berdasarkan analisis kedalamannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang melakukan analisis sampai pada tahap deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan Azwar, 2011. Penelitian deskriptif umumnya menggunakan statistik deskriptif. Menurut Jhonson Christensen 2004, statistik deskriptif merupakan penghitungan statistik yang bertujuan menjelaskan, meringkas, dan menjelaskan sekumpulan data. Berdasarkan teori tersebut, penelitian ini menggunakan meode statistik untuk analisis DIF etnis pada BFI versi Indonesia sehingga dapat lebih mudah memahami bagaimana aitem BFI versi Indonesia bekerja ketika diterapkan pada etnis Batak Toba dan etnis Jawa.

B. Data yang digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari aitem-aitem BFI yang direspon oleh subjek sebanyak 327 orang, yang terdiri dari 172 orang etnis Batak Toba dan 155 orang etnis Jawa. Universitas Sumatera Utara