Faktor Pergaulan Faktor Gaya Hidup

46

4.4 Faktor-faktor yang Mendorong Untuk Bergabung ke dalam Komunitas

Hijabers Kelompok percakapan sosial mempunyai tipe yang paling terbuka dan informal. Tidak memiliki rencana kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal, jika topik-topik kegiatan dirasa membosankan maka setiap anggota berhak mengusulkan untuk menggantikan dengan yang lebih menarik. Para anggota mungkin saja memiliki beberapa tujuan tertentu, tetapi tujuan utamanya adalah untuk mencari kenalan atau sahabat baru, dan tujuan tersebut tidak harus menjadi tujuan kelompok Huraerah, 2006: 22. Kelompok hijabers merupakan kelompok yang memiliki anggota perempuan muslimah yang telah menutup aurat dengan fashion yang lebih modern. Faktor yang membuat seorang perempuan memutuskan untuk menjadi anggota kelompok ini dibagi menjadi 2, yaitu:

4.4.1 Faktor Pergaulan

Lingkungan merupakan tempat yang sangat mempengaruhi individu dalan berperilaku. Lingkungan juga dapat menjadi motivasi individu dalam memilih kelompok sosial yang akan dimasuki oleh individu tersebut. Hal ini ditemukan pada perempuan dalam menjadi anggota komunitas hijabers. Para hijaber bergabung dalam komunitas disebabkan oleh karena ingin menambah banyak teman dan pengalaman. Hijabers juga awalnya banyak diperkenalkan oleh teman-teman dekat mereka, yang juga merupakan teman anggota komunitas yang lebih dulu bergabung. Dengan cara ikut mendaftarkan diri menjadi salah satu dari anggota komunitas ini, hijabers jadi mempunyai banyak kenalan dan jaringan dari berbagai kalangan dan profesi, sehingga Universitas Sumatera Utara 47 dapat dikatakan “gaul”. Hal ini diungkapkan oleh informan, Yenni 24 tahun sebagai berikut: “Pertamanya ya tau dari kawan-kawan, tapi masuk ke komunitas dari keinginan sendiri. Ya semenjak di sini saya punya banyak teman” Hal yang sama diungkapkan oleh informan, Lisya 24 tahun sebagai berikut: “Ikut-ikut pengajian komunitas hijabers, mau menambah pertemanan dan menambah ilmu agama karena ada acara pengajian rutin setiap bulan” Sejalan dengan yang diutarakan oleh informan, Mita 23 tahun sebagai berikut: “Pengen tau, mau mencari teman, pengalaman dan kegiatan” Hal ini ditegaskan oleh informan Najwa 22 tahun sebagai berikut: “Nambah kegiatan, nambah teman juga” Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hijabers yang memasuki komunitas hijab dilatarbelakangi oleh faktor pergaulan, di mana para hijaber memilih menjadi anggota komunitas untuk memperluas pergaulan dan menambah kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini komunitas hijabers merupakan lingkungan atau tempat bagi perempuan yang memakai jilbab dalam menambah pengetahuan dan pertemanan. Universitas Sumatera Utara 48

4.4.2 Faktor Gaya Hidup

Komunitas hijabers memiliki anggota yang sebagian besar berada pada golongan ekonomi kelas menengah ke atas, sehingga punya cukup budget untuk membeli pakaian, hijab, dan pernak-pernik lainnya yang mendukung penampilan modis dalam berbusana. Para hijabers juga memiliki fasilitas gadget untuk mempermudah mencari informasi tentang berita mode terkini atau untuk membagi momen-momen dan kegiatan mereka di jejaring sosial agar lebih dikenal lagi oleh khalayak ramai. Hal ini merupakan bentuk dari stratifikasi dalam membedakan komunitas hijabers dengan kelompok lain. Menurut Sorokin, stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat hierarkis. Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah Narwoko, 2004: 153. Adapun keterangan mengenai pendapatan atau uang saku dan pengeluaran para hijabers untuk memenuhi kebutuhan penampilan dalam perbulannya pada tabel berikut: Nama Pendapatan Uang Saku Per Bulan Frekuensi Belanja Hijab Tempat Belanja Icho Farah Rp 5 jt – Rp 6.9 jt 2 – 3 kali bulan Butik Lissya Fitriana Rp 2 jt – Rp 4.9 jt 1 – 2 kali bulan Online Shop Ayu Chairunisa Rp 2 jt – Rp 4.9 jt 2 – 3 kali bulan Online Shop Yenni Syahreni Rp 2 jt – Rp 4.9 jt 2 kali bulan Online Shop Mita Novianty Rp 1 jt – Rp 1.9 jt 2 – 3 kali bulan Mall Najwa Amelia Rp 2 jt – Rp 4.9 jt 3 kali bulan Butik Dari tabel di atas dijelaskan bahwa anggota hijabers memiliki pendapatan atau uang saku lebih dari Rp 1.000.000 setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan fashion mereka, hal ini dapat dilihat pada frekuensi dan Universitas Sumatera Utara 49 tempat belanja kebutuhan hijab. Menutup aurat atau ber-hijab sudah bukan hanya sekedar kewajiban beragama, namun lebih kepada gaya hidup. Komunitas ini memiliki kegiatan untuk tetap berinteraksi sesama anggotanya, seperti arisan, sharing dan seminar. Kegiatan-kegiatan komunitas hijabers sering diadakan dirumah anggota atau di kampus, cafe dan di mall. Hal ini diungkapkan oleh informan, Mita 23 tahun sebagai berikut: “ Ngumpulnya di rumah commite hijabersnya” Hal lain diungkapkan oleh informan, Ayu 22 tahun sebagai berikut: “Kegiatannya charity, bazar, sharing-sharing, tempatnya nggak tentu kadang di cafe kadang di kampus” Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, Yenni 24 tahun sebagai berikut: “Ada charity, seminar, seringnya di cafe” Demikian yang diungkapkan oleh informan, Najwa 22 tahun sebagai berikut: “Ada kegiatan islamic fashion day, gathering. Ya ngumpulnya di mana aja, kayak islamic fashion day kan di acara biasanya di mall atau hotel kalau yang lain biasanya di cafe atau rumah anggotanya” Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggota dalam komunitas hijabers merupakan golongan ekonomi kelas menengah ke atas. Hijabers merupakan suatu bentuk gaya Universitas Sumatera Utara 50 hidup yang digunakan perempuan muslimah dalam berpenampilan. Komunitas hijabers juga memiliki kegiatan yang diadakan di rumah dan tempat-tempat umum yang menunjukkan kelas dengan komunitas lain, hal ini juga merupakan salah satu faktor yang menunjang gaya hidup para hijabers tersebut.

4.5 Gambaran Makna Simbolik Jilbab dalam Komunitas Hijabers