Koefisien determinasinya r
2
= 0,843
2
= 0,712. Hal ini berarti 71,2 hasil belajar sejarah siswa ditentukan oleh pembelajaran
Quantum Teaching dengan metode Mind Mapping, melalui persamaan regresi
sisanya 28,8 ditentukan oleh faktor lain.
5. Peningkatan hasil belajar siswa
Analisis Peningkatan hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui hasil studi eksperimen tentang pengaruh pembelajaran Quantum Teaching
dengan metode Mind Mapping mampu meningkatkan hasil belajar siswa, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Tabel 17. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No Kelas
nilai Rata rata Peningkatan
Peningkatan Normal
Gain Kriteria
faktor g Pre
test Posttest
pretest - posttest
Pretest- posttest
pretest -
posttest pretest
- posttest
1 Eksperimen 62,50
82,91 20,41
32,7 54
Sedang 2
Kontrol 60,69
72,68 12,09
20,0 30,7
Sedang Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2013
Dari tabel di atas diperoleh keterangan peningkatan untuk kelas eksperimen sebesar 32.7 dan termasuk dalam kategori sedang, peningkatan
untuk kelas kontrol sebesar 20,0 dan termasuk dalam kategori sedang.
6. Uji Ketuntasan Hasil Belajar
Perhitungan ketuntasan belajar ini mengacu pada KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan sekolah, yaitu sebesar 73. Rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen sebesar 82,91dengan persentase ketuntasan
hasil belajar klasikal mencapai 91,18 ≥ 85 . Rata-rata hasil belajar
kelompok kontrol sebesar 72,68 dengan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal mencapai 70,59 85. Jadi hasil belajar kelompok eksperimen
telah mencapai target ketuntasan kelas, sedangkan kelompok kontrol belum mencapai target ketuntasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
siswa yang diajar dengan pembelajaran Quantum Teaching dengan metode Mind Mapping telah mencapai ketuntasan hasil belajar klasikal. Keterangan
data selengkapnya disajikan pada lampiran 23.
B. Pembahasan
Mata pelajaran sejarah merupakan kajian ilmu yang menjelaskan tentang peristiwa pada masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas.
Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Purbalingga masih cenderung kurang bervariatif karena masih banyak menggunakan metode konvensional yaitu
metode ceramah, sehingga guru belum dapat mendekatkan siswa dengan pengalaman belajarnya dan siswa masih kurang dalam hal kemampuan berpikir
kritis, kreatif, serta mengkonstruksi pengetahuannya. Peran guru didalam kelas masih sangat dominan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat
terbatas, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah. Hal ini berdampak pada hasil belajar sejarah siswa yang kurang memuaskan.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti pembelajaran tersebut. Sedangkan hasil belajar yang baik harus
didukung oleh pembelajaran yang berkualitas yakni pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan dan daya kreatifitas siswa. Oleh sebab itu perlu dipilih