Berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sustainability Report
2.3.1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan ekuitas. Semakin tinggi
profitabilitas, maka semakin tinggi efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan
meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru, kemudian cenderung
memperbesar investasi atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat profit yang tinggi akan menandakan pertumbuhan perusahaan
pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan memerlukan pengungkapan yang lebih luas dalam memenuhi kebutuhan informasi sesuai
kebutuhan masing-masing pengguna Suryono dan Prastiwi, 2011.
2.3.2. Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang Riyanto,1995 dalam
Nugroho, 2011. Leverage mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage rasio hutangekuitas semakin besar
kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi, supaya laba yang
dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial.
Para stakeholder perusahaan, akan lebih percaya dan memilih untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan-perusahaan yang memiliki kondisi
keuangan yang sehat dan baik Suryono dan Prastiwi, 2011. Perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi akan menanggung monitoring cost yang juga tinggi.
Sehingga perusahaan akan mengurangi pengungkapan laporan yang bersifat sukarela seperti sustainability report.
2.3.3. Tipe Industri
Tipe industri adalah karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki, dan
lingkungan perusahaan. Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu industri high-profile dan low-profile. Robert 1992 dalam Anggraini 2006
menggambarkan industri yang high-profile sebagai perusahaan yang mempunyai visibilitas konsumen, tingkat risiko politis yang tinggi atau tingkat kompetisi yang
ketat serta tingkat risiko lingkungan yang tinggi. Perusahaan yang memiliki visibilitas konsumen diartikan sebagai perusahaan yang terpantau oleh
konsumennya dalam dunia bisnis sedangkan risiko politis yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut berada pada bisnis yang strategis
sehingga potensi politisi terhadap perusahaan tersebut tinggi. Perusahaan high profile juga memiliki risiko lingkungan yang tinggi berarti bahwa perusahan
memiliki pengaruh dan dampak yang besar terhadap lingkungannya sebagai akibat dari operasi perusahaannya. Keadaan tersebut membuat perusahaan
menjadi lebih mendapatkan sorotan oleh masyarakat luas mengenai aktivitas perusahaannya. Sedangkan industri low-profile adalah kebalikannya. Perusahaan
ini memiliki tingkat consumer visibility, tingkat risiko politik, dan tingkat kompetisi yang rendah, sehingga tidak terlalu mendapat sorotan dari masyarakat
luas mengenai aktivitas perusahaannya meskipun dalam melakukan aktivitasnya tersebut perusahaan melakukan kesalahan atau kegagalan pada proses maupun
hasil produksinya. Sebagian besar perusahaan high profile seperti industri pertambangan,
kehutanan, kimia, atau agribisnis memiliki spesifikasi operasional yang banyak bersentuhan dengan masalah pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan
kelompok industri high profile memiliki concern yang lebih tinggi akan masalah lingkungan dan dampak sosial yang lebih tinggi, sehingga pengungkapan
sosialnya pun lebih tinggi dibanding kelompok industri low profile.
2.3.4. Ukuran Perusahaan